UNSOLVED CASE

Gemini QT
Chapter #13

Kebersamaan

Sebelum situasi berubah. Mereka pernah sedekat itu pada masanya.

Saat itu, di Rumah Alexa yang modern, suasana kian hangat dengan pencahayaan lembut dan aroma makanan yang menggoda. Suara tawa dan obrolan mengisi ruangan. Semua berkumpul, melepaskan diri sejenak dari penatnya pekerjaan masing-masing. Para sahabat ini telah berjanji untuk menghabiskan malam bersama, melupakan sejenak rutinitas yang membebani pikiran mereka. Di sinilah mereka bebas menjadi diri sendiri, tanpa harus memikirkan betapa beratnya pekerjaan mereka.

“Selamat datang, semua! Ayo, ayo, duduk. Jangan malu-malu ya, anggap aja rumah sendiri," sambut Alexa dengan ceria. Senyumnya mengembang lebih lebar, saat melihat teman-temannya sudah berkumpul di ruang tamunya yang cukup luas. "Aku sudah siapin pizza dan camilan buat kalian!” Serunya. Semua mata langsung tertuju padanya.

Tak sabar, dengan langkah cepat, Alexa berlari kecil menuju dapur untuk mengambil pizza dan camilan yang telah dipersiapkannya, berharap para teman-temannya bisa menikmati hidangan tersebut.

Sambil menunggu, suasana semakin hidup dengan kehadiran Evan yang baru saja tiba dengan gaya santainya, mengenakan hoodie abu-abu sambil menggendong Coky, anjing peliharaannya yang berbulu coklat lembut.

“Ayo, Coky! Sapa teman-teman kita,” kata Evan sambil menurunkan Coky. Segera saja, anjing kecil itu berlari

keliling ruangan, mengejutkan setiap orang dengan kegiatannya yang penuh energi. Raut wajah Coky yang ceria, menyebarkan keceriaan di antara mereka, membuat tawa mereka semakin lepas.

“Hati-hati, Coky! Jangan sampai menyenggol barang-barang, ya. Rumah ini sudah sangat rapi,” David memperingatkan dengan nada canda, tak bisa menahan tawa melihat tingkah laku Coky yang lincah. Namun, Coky tampak tak peduli, terus berlari dan melompat-lompat, berusaha menggoda semua orang.

“Iya, tempat ini nyaman banget ya,” kata Gilang yang selama ini dikenal sebagai pendiam. Ia menatap sekeliling dengan tatapan puas, senyum lebar menghiasi wajahnya. “Senang bisa kumpul lagi,” lanjutnya sambil menggulung lengan sweaternya.

Seiring waktu berlalu, suasana kembali hidup oleh ucapan Ojan, “Jadi, malam ini kita benar-benar tidak akan membahas pekerjaan? Rasanya aneh,” sela Ojan dengan tawa, mencuri perhatian semua orang yang mendengarnya. Semua hening sejenak, merasakan ada kebenaran di balik perkataannya.

Aksa, dengan gaya santainya, mengambil alih pembicaraan. “Sekali-kali kita butuh waktu kayak gini, berhenti sejenak dari memikirkan pekerjaan," ungkapnya. “Lihat tuh Coky! Dia juga butuh waktu bermain dengan majikannya,” ujarnya, menggoda Evan. Sementara coky berusaha menggoda Fero untuk bermain.

“Betul! Kali ini gua setuju sama lu! Kita semua butuh istirahat dari semua tekanan pekerjaan,” balas Alexa, seakan merasakan lelahnya rutinitas harian, meskipun ia sangat menyukai pekerjaannya.

Seiring dorongan rasa lapar, satu persatu dari mereka mulai mengambil potongan pizza dan camilan yang disajikan di atas meja. Tawa dan canda mengalir bebas di antara mereka, mengisi ruangan dengan nuansa kebersamaan yang hangat.

Guys, gimana kalo kita saling berbagi cerita konyol dari pekerjaan kita? Kayaknya bakal seru deh,” Usul Fero yang selalu bersemangat untuk menghidupkan suasana.

“Ide yang bagus! Ayo, ayo, siapa duluan?” Ojan melompat, tidak sabar untuk mendengar kisah-kisah lucu dari teman-temannya.

“Gua duluan dong! Tapi, ini lebih ke jengkel sih kayaknya,” celetuk Alexa, masih bersemangat tapi terlihat sedikit kesal.

“Waktu itu gua kan sama Wili lagi penyidikan di kawasan yang banyak pengemis, dan gua ditugasin buat nyamar jadi salah satunya. Eh, gua di kasih duit beneran dong! Terus, selesai itu Aksa ketawain gua, dan bilang kalo gua emang segembel itu. Nyebelin banget!” Keluhnya.

Tawa merebak memenuhi ruangan, setelah mendengar pengakuan Alexa. Aksa, yang tidak bisa menahan diri, menyalakan suasana dengan komentarnya. “Tapi, beneran woy, muka lu waktu itu kasihan banget, bikin orang mau ngasih duit!” Ledeknya yang masih terbahak-bahak, membuat yang lain ikut tertawa.

Sementara itu, Wili yang duduk santai di sudut sofa, hanya bisa tertawa melihat kekonyolan teman-temannya. Dengan gaya dinginnya yang khas, dia menanggapi, “Kau berhasil menipunya, Alexa. Itu pencapaian tersendiri.” Suaranya tenang, namun senyumnya menunjukkan bahwa dia juga cukup terhibur oleh cerita Alexa.

"Iya, bener. Bagus dong, berarti penyamaran itu berhasil," timpal Arya seakan membela Alexa, meski terlihat menahan tawa.

"Aaaaa, bang Arya bisa aja," ucap Alexa sambil membuat wajah manja khas-nya, yang selalu berhasil mencairkan suasana.

“Sekarang giliran siapa, nih?” tanya Fero menantang, menatap sekeliling. “Ojan? Gimana dengan cerita konyolmu?” Todongnya, mendorong agar cerita terus mengalir.

“Aku?" Ojan mulai menggali ingatan lucunya. "Ok! Aku juga punya satu cerita yang pasti bakal bikin kalian ngakak,” lanjutnya sambil mulai meracik cerita dengan semangat. “Jadi, waktu itu aku harus mengambil beberapa foto untuk laporan autopsi. Tapi, aku malah ambil foto Bang Arya lagi ngunyah camilan, dan hasilnya kayak dia lagi introgasi mayat!”

“Oh, yang itu?!” Balas Arya setengah malu, meski tawanya mulai menggelora.

Lihat selengkapnya