Penyebab kematian dokter hewan, Fero Darmawan, akhirnya terkuak. Tulis Bagas dengan tegas di kolom berita.
Munculnya sebuah catatan bunuh diri yang diduga ditulis oleh Evan Andreas, seorang dokter bedah di RS Taruna Negeri yang juga ditemukan tewas di rumahnya, membuat pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa catatan tersebut mencakup pengakuan mencengangkan tentang keterlibatan Evan dalam kematian Fero. Dalam surat tersebut, Evan mengungkapkan rasa bersalahnya dan mengatakan bahwa tekanan dari hubungan pertemanan mereka yang rumit tidak bisa ditanggungnya lagi.
Pada laporannya, Bagas mencantumkan informasi mengenai hubungan dekat antara Fero dan Evan, yang disinyalir sebagai penyebab dari kematian Fero. Menurut sumber yang Bagas dapat, Fero berencana mengungkapkan kebusukan yang dilakukan Evan di rumah sakit tempat ia bekerja.
"Bukti ini berhasil mengungkap rahasia gelap di balik kematian Fero." Begitu lah Bagas mengakhiri artikel pertamanya tentang insiden ini.
Tidak hanya itu, kabar mengejutkan lainnya menyebar bagai api yang memakan daun kering. Jurnalis muda yang selalu berdedikasi pada kebenaran itu, tanpa pikir panjang meluncurkan sebuah artikel yang mencengangkan. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Dengan berani, Bagas menulis artikel yang mengungkapkan semua keresahannya.
Aktivitas pasar merah di RS Taruna Negeri: Dr. Evan dan seorang oknum lainnya, berinisial JE, terlibat dalam manipulasi rekam medis pasien untuk kepentingan pribadi. Lanjut Bagas dalam tulisannya.
Pada artikel tersebut, Bagas menggambarkan bagaimana tindakan mereka telah merusak reputasi sistem kesehatan, dimana seharusnya menjadi harapan bagi setiap orang yang mencari kesembuhan.
Bagas menegaskan bahwa skandal tersebut bukan sekadar kesalahan kecil, tetapi sudah mencapai tindakan tidak profesional, juga pelanggaran serius, dan dapat berujung pada malapetaka bagi pasien yang tak bersalah. Dimana, hal ini dapat memicu krisis kepercayaan di kalangan masyarakat akan sistem kesehatan yang ada.
Bersama dengan bukti-bukti yang otentik, Bagas menyertakan kisah tragis salah satu tenaga medis, berinisial GP, yang menjadi tersangka dalam penyembunyian informasi dan percobaan pemusnahan bukti skandal tersebut. Bagas menyoroti bagaimana rasa bersalah dan ketakutan akan konsekuensi dari tindakan para oknum, akhirnya membuat GP memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Sebagian bukti yang dilampirkan Bagas dalam artikelnya, termasuk rekam medis yang terlihat jelas menunjukkan adanya perubahan data pasien, turut memperkuat tuduhan yang dilontarkan. Setiap lembar dokumen seolah melangkah ke hadapan publik, berteriak minta keadilan, menantang sistem yang telah melindungi para pelanggar hukum.
Berita-berita tersebut viral hanya dalam sekian menit, tak hanya mengundang kemarahan, tetapi juga rasa penasaran dan keresahan di hati setiap pembaca. Bagas tahu bahwa tugasnya bukan hanya mengungkap kebenaran, tetapi juga membangkitkan kesadaran sosial di masyarakat, terutama warga di kota tempat ia tinggal.
Di ruang kerjanya yang sederhana, Bagas melihat komentar masyarakat yang beragam. Sebuah gelombang komentar mengalir deras, mulai dari pujian atas keberaniannya, hingga desakan masyarakat agar pihak berwajib bertindak cepat. Tidak di pungkiri, bahwa pada zaman sekarang, opini publik memainkan peran besar dalam penegakan hukum.
Seulas senyuman muncul di wajah Bagas, saat ia membaca bagaimana gelombang kesadaran sosial menjalar di antara warga kota. Dalam sekilas, ia merasakan kehadiran ayahnya, seolah sosok yang selalu mengajarkannya arti kejujuran dan keadilan itu tampak hadir mendampingi langkahnya dalam perjuangan ini. "Kau pasti bangga," gumam Bagas, menatap layar komputernya, seolah ayahnya dapat mendengar setiap kata yang ia ucapkan.
Rasa lega membanjiri pikirannya. Setiap detik yang ia lewati setelah kematian ayahnya, setiap tetes air mata yang ia tumpahkan, kini terbayarkan. Bagas ingat betul bagaimana ayahnya, sosok yang menjadi teladan baginya, tewas akibat skandal yang melibatkan oknum berwenang. Ia mendapat perlakuan tidak adil atas kematian ayahnya, dan itu lah yang membuatnya bertekad untuk menjadi seorang jurnalis, yang selalu menerapkan prinsip kejujuran dan kebenaran diatas segalanya.
Namun, kini rasa takut perlahan merayap masuk ke dalam pikiran Bagas. Ia sangat menyadari bahwa setiap kata yang ia tuliskan bisa berakibat fatal – tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk teman-temannya yang mendukung penyelidikan ini.
Akan tetapi, adrenalinnya kembali mencuat, ketika ia teringat akan wajah Fero yang penuh semangat dan harapan, memperjuangkan keadilan sampai nafas terakhirnya. Dengan hati-hati, akhirnya Bagas pun melanjutkan pencariannya, bertekad untuk memastikan bahwa suara Fero dan korban lainnya tidak akan sirna dalam ketidakadilan.
Setelah berhasil menyebarluaskan berita-berita tersebut, Bagas mengirimkan pesan kepada teman-temannya, mengajak mereka untuk terus menggali fakta-fakta lebih dalam dan melakukan investigasi. Sebab, di balik setiap berita, ada kisah yang perlu diceritakan, dan di balik setiap kematian, ada keadilan yang harus diperjuangkan.
***
Sementara itu, di rumah sakit, keadaan semakin tegang. Para pegawai saling berbisik, mengupas rumor yang beredar tentang skandal yang mengguncang institusi mereka. Di tengah hiruk-pikuk tersebut, David yang hendak menghampiri Arya di kantin, mendapati dirinya dijegal oleh beberapa wartawan. Semua harapan tampak tertumpu padanya, untuk memberikan penjelasan atas tragedi yang menimpa rekan-rekannya.
“Dr. David, apa tanggapan Anda terkait kasus yang sedang beredar sekarang ini?” Mikrofon terarah tepat di depan wajahnya.