UNSOLVED CASE

Gemini QT
Chapter #18

Ancaman

Setelah menyelesaikan autopsi pada kasus baru yang datang pagi itu, Arya dan Ojan melangkah keluar dari ruangan. Aroma antiseptik yang menusuk hidung mulai memudar seiring mereka menjauh. Meskipun kasus ini menyimpan beberapa misteri, tapi mereka merasa lega karena tidak menemukan kejanggalan yang berarti, kasus ini sepertinya akan tertangani dengan baik. Sementara itu, di luar ruangan ternyata sudah ada rekan mereka, David, yang duduk di kursi tunggu. David tampak memeriksa ponselnya, namun ketika melihat Arya dan Ojan keluar, dia segera menyimpannya dan menyambut kedua rekannya.

"Sudah selesai? Ku dengar kalian kedatangan kasus baru, bagaimana autopsinya?" Tanya David, menunjukkan ketertarikan meski lelah terlihat pada wajahnya.

"Tidak ada yang aneh, tapi kita masih perlu menunggu hasil lab," jawab Arya dengan tenang, matanya melirik laporan yang tergenggam di tangannya. Seperti semua hal ini sudah menjadi rutinitas bagi mereka, sebuah siklus tanpa akhir dari kehidupan dan kematian.

"Bang David gak jaga bangsal?" Tanya Ojan, sambil merapikan jas labnya. Suasana terasa akrab di antara mereka.

"Shift-ku sudah selesai," jawab David memberikan senyum manisnya sambil meletakkan kedua tangannya di dalam kantung jubah putihnya, berusaha mengabaikan rasa lelah yang menggerogoti tubuhnya.

"Ada apa kau kesini?" Arya bertanya to the point, merasa ada sesuatu yang tidak biasa dari sikap David.

"Aku ingin bicara denganmu tentang Lintang," jawab David, tegas namun lembut.

Seketika, wajah Arya berubah. "Lintang?" dia mengulangi, nada suaranya menunjukkan bahwa dia memahami seberapa pentingnya topik tersebut.

"Lintang? Siapa dia?" Tanya Ojan menyudutkan kearah David dan Arya, matanya penuh rasa ingin tahu.

David menatap Arya sejenak, "Ayo kita bicarakan di kantin saja," ajaknya, berharap suasana santai di sana bisa memberikan ruang untuk diskusi yang lebih mendalam.

"Ayo! Aku juga udah lapar banget!" Seru Ojan, melangkah cepat ke arah kantin. Arya dan David saling pandang, lalu segera mengikuti sosok di depannya.

 

***

Di kantin, aroma makanan yang menggugah selera mengisi udara, menjadikan suasana lebih hangat dan akrab. Ojan cepat-cepat mengambil porsi besar nasi dan ayam goreng, sementara Arya dan David memilih duduk di sudut yang tenang untuk berbincang.

"Jadi.., Lintang itu siapa, Bang?" Tanya Ojan sambil membawa makanan dan minuman di kedua tangannya, matanya berbinar menantikan jawaban.

David menghela napas, "Lintang itu temen SMA-ku. Kemarin dia datang kesini, meminta bantuanku untuk menindaklanjuti kesehatan ayahnya pasca operasi," tuturnya, lalu menjelaskan detailnya kepada Ojan. Sementara Arya mendengarkan dengan seksama.

"Aku nggak ngerti kenapa kasus ini bisa begitu rumit," respon Ojan setelah mendengar cerita dan beberapa spekulasi dari David.

"Jadi, kau menitipkan Lintang dan ayahnya di rumah Alexa?" David bertanya pada Arya, membuka obrolan lebih dalam. Sepertinya dia sudah tahu banyak dari cerita Lintang.

"Iya, kemarin saat aku mengantarnya pulang, ada pria misterius yang hampir menyerang ayahnya," ungkap Arya. Suaranya serius, memberikan penjelasan kepada Ojan dan David. "Aku rasa lebih aman jika mereka tinggal bersama Alexa untuk sementara waktu, karena tidak mungkin aku membawa mereka ke rumahku."

Lihat selengkapnya