Hari-hari berlalu, dan keresahan di kota Baktinusa mulai mereda. Semua warga tahu bahwa kejahatan mungkin tidak akan pernah benar-benar sirna. Namun, setelah kasus kriminal yang mengguncang tempat tinggal mereka terpecahkan, perasaan ketakutan perlahan-lahan memudar, digantikan oleh harapan baru dan kehidupan yang mulai kembali normal.
Di panti jompo, Nenek Gilang menjadi sumber cerita bagi para pengunjungnya. Kerinduan akan cucunya, Gilang, selalu menjadi topik utamanya. Dia menceritakan tentang bagaimana Gilang, dengan senyum menawannya, selalu tahu cara untuk membuat hidupnya lebih berwarna. David, rekan kerja yang paling dekat dengan Gilang, sering datang menjenguk, mendengarkan cerita-cerita itu dan mengenang saat mereka kerja bersama. Sesekali, teman-teman yang lain juga datang menjenguk, menjadikan suasana panti sebagai tempat penuh kenangan dan tawa.
Di sisi lain, Coky, anjing peliharaan Evan, diperlakukan dengan sangat baik di klinik milik Fero. Meskipun Evan dan Fero sudah tiada, tapi ingatan akan kebersamaan mereka selalu hidup di dalam hati teman-temannya, yang sering mengunjungi Coky. Mereka berkumpul untuk mengenang momen-momen lucu yang mereka habiskan bersama, mengingat bagaimana Evan dan Fero bersama Coky selalu menjadi penyemangat di saat-saat sulit mereka.
Sementara itu, di tengah keceriaan yang mengelilingi mereka, Aksa dan Alexa mengalami fase baru dalam hubungan mereka. Keberanian Aksa untuk menunjukkan perasaannya kepada Alexa, membawa mereka pada kemesraan yang konyol di depan teman-temannya. Mereka saling menjahili dan menggoda dengan cara yang manis, menciptakan atmosfer penuh keceriaan di antara kelompok pertemanan itu. Keduanya tak ragu menunjukkan betapa mereka saling menyayangi, meski tidak jarang menimbulkan gelak tawa di kalangan teman-temannya.
Di sudut lain, Arya dan Lintang akhirnya mengutarakan perasaan mereka satu sama lain. Mereka berbagi harapan dan impian, menjadikan hubungan mereka lebih kuat dan serius. Diskusi hangat mereka tentang masa depan membawa keintiman baru dalam hubungan mereka.
Dengan penuh warna, setiap karakter dalam kisah ini menemukan kebahagiaan dan harapan di dalam hidup mereka. Dalam kerinduan dan kenangan, mereka belajar bahwa cinta, persahabatan, dan tawa adalah pilar penting untuk menghadapi segala tantangan. Kota Baktinusa, dengan segala lika-likunya, menjadi saksi dari semua kisah ini, mengingatkan mereka bahwa harapan akan selalu ada.
***
Beberapa bulan kemudian.
Sebuah acara talk show di YouTube tentang perkembangan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Indonesia, mulai menarik perhatian jutaan pasang mata. Dipandu oleh pengacara terkenal, acara ini diharapkan dapat memberikan pencerahan dan harapan baru dalam pencarian keadilan bagi para korban.
Diskusi dimulai dengan pertanyaan tajam dari host untuk kepala BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia), “Siapa yang bertanggungjawab dan kenapa para cukong atau brokernya ada yang belum tertangkap?”
Penjelasan kepala BP2MI yang muncul berikutnya membuat suasana semakin tegang. "Negara pastinya yang bertanggungjawab, karena negara sudah memiliki gugus tugas melalui Perpres No. 22 Tahun 2021 dan 24 Kementerian Lembaga," Suaranya rendah namun tegas. "Seberapa parahnya, dan kenapa ada yang belum tertangkap? Itu karena para sindikat mafia ini di bekingi oleh oknum-oknum yang memiliki atributif-atributif kekuasaan."
Host dengan cepat melanjutkan, “Siapa saja beking dari semua ini?”
Seolah sudah siap, kepala BP2MI kembali menguatkan suaranya. "Ya, saya katakan ada oknum TNI, Polri, oknum kementerian lembaga yang terlibat, dan oknum di BP2MI yang saya pimpin sendiri," jawabannya mengguncang suasana.
"Namanya sudah ada?" Host kembali meneliti.
"Sudah, ada 5 nama bandar besar, dan sudah ada di tangan Polri," ujar kepala BP2MI, matanya memancarkan keyakinan.