UNSPECIAL

Elizabeth Rotua
Chapter #12

EPILOG

Rasa ini hadir sejak pertama kali aku melihat senyuman tulus terkulum di bibir tipis seorang gadis seusiaku. Tangannya yang sedikit berotot dengan sigap mengangkat seorang wanita tua. Lalu dengan lembut ia letakan wanita itu di pundaknya yang bidang. Kakinya yang menggunakan sepatu lusuh melangkah cepat berpacu dengan detik waktu sebuah lampu merah. Gadis itu sengaja turun dari bis yang ia tumpangi hanya untuk membantu seorang wanita tua menyebrang.

Aksi heroik itu akhirnya menarik perhatianku. Namun aku semakin tertarik, tatkala aku mengetahui siapa dia sebenarnya. Dia yang aku temui diantara padatnya kendaraan di ibu kota. Ternyata adalah teman sekolahku yang letak kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Tiga bulan aku berusaha mengenal lingkungan sekolah, namun baru kali ini aku menemuinya. Itu pun aku menemuinya di jalan raya. Ketulusannya saat itu, membuat hatiku terpikat. Sosoknya tidak dapat aku hilangkan baik dari pikiran ataupun hatiku. Aku mulai mencari tau setiap hal tentang dirinya. Latar belakang keluarganya, hobinya, makanan dan minuman kesukaannya, aktivitasnya, bahkan masalah hidupnya. Kini aku mengetahui semua tentang dirinya. Pencarianku akan informasi tentang gadis itu, membuat aku semakin mengenal karakternya. Semakin aku memahaminya, semakin hatiku terpikat padanya.

Satu karakter yang kusuka darinya, ia terlalu gengsi menerima bantuan orang lain. Ia merasa sanggup menghadapi semuanya sendiri dan merasa tidak enak hati jika harus menyusahkan orang lain. Hal itulah yang membuat aku selalu membantu, membela dan menemaninya secara diam-diam. Aku harus memastikan agar semua usahaku tidak mengusiknya. Meski terkadang, aku ingin membuatnya menyadari kehadiranku di dekatnya. Agar dia mengetahui, bahwa masih ada orang yang mencintainya dengan tulus dan selalu mengharapkan kebahagiannya.

Aku ingin mendekatinya dan membuat dia berpaling kepadaku. Tetapi aku, adalah manusia yang tidak sempurna. Aku menyadari ketidaksempurnaanku suatu saat akan menyakitinya. Dua tahun aku berperang dengan kata hatiku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk memasuki kehidupannya lebih dalam. Kehadiranku tidak bermaksud untuk menarik hatinya. Aku hanya ingin membuatnya tersadar betapa berharga dirinya.

Semakin aku mendekatinya, semakin hatiku terpikat padanya. Namun, semakin jelas pula ketidaksempurnaanku dapat melukainya. Aku yang selalu berharap tentang kebaikan dalam hidupnya, pada akhirnya memilih melangkah mundur. Aku memilih menjauh, sebelum ia menyadari ketidaksempurnaanku. Sebelum dia semakin terluka dan bersedih. Sebelum senyum yang sudah susah payah aku usahakan, berganti menjadi tangis.

Ketidaksempurnaanku membuat aku tidak dapat mencintaimu dengan utuh. Tetapi aku telah mengusahakan semua yang terbaik. Aku selalu berharap usahaku yang singkat ini, dapat membawa kebahagian dalam hatinya. Kebahagiaan yang dapat ia kenang sepanjang umurnya, serta kebahagiaan yang dapat menyertai setiap langkah kakinya. Meski aku tidak selalu bersamanya, namun aku berharap dia bersedia mengenangku dalam hatinya. Aku harap dia mau berjanji padaku, untuk tidak pernah melupakanku. Tetapi dia harus tetap berbahagia bersama yang lain. Karena, kebahagiaannya adalah kebahagiaanku yang sesungguhnya.

dari

Kenzi Putra Halim

Lihat selengkapnya