UNTAIAN MELODI HUJAN

El Garuty
Chapter #3

HAZE #3

Saigo no chikara ga karerumade

Koko kara ippo mo sagaranai

(Berjuanglah dengan setiap tetes kekuatan yang kau miliki

Dan berdiri teguh depan mereka)

=Ultraman Gaia ~ Tanaka Masayuki & Daimon Kazuya=

***

Ya, selama ini tak ada yang sungguh-sungguh bisa mengganggu Lea kecuali satu orang. Di sanalah dia berada. Seorang siswa berpenampilan kumal dengan kepala menoleh ke segala arah sedang berdiri tepat di tepi Lapang Basket.

Sadar tentang keberadaan lelaki itu, otak Lea dalam sepersekian detik segera memberi komando untuk menginjak rem tak kasat mata pada outsol sepatu sneakers miliknya. Pergelangan kaki kanan terasa ngilu kala ia berhenti tiba-tiba, cedera dari penampilan kemarin masih terasa rupanya. Tubuh Lea oleng, tapi ia lekas berpegangan pada dinding sehingga badan itu tak jadi roboh—untuk kedua kali.

“Oh no! Kenapa harus Rizal? Dia bukan orang yang bisa aku tangani.”

Langkah si gadis terhenti di ujung koridor, ia menahan napas menyaksikan siswa termaksud tengah sibuk mengoleskan gel pada rambut. Tak berniat berhenti sebelum poni lempar itu kaku ibarat sapu ijuk.

Rizal, anak paling badung seantero. Tukang cari gara-gara dan entah mengapa begitu hobi merusuh pada siapa saja yang ditemui. Naas, ia naksir berat pada Lea dan terlalu gencar mengejar gadis itu. Lea sendiri, jangankan menerima perasaan Rizal, melihat bulu betisnya saja sudah membuat ia merinding disko.

Lea balik badan, tangan bergerak tak tentu arah memilah jalan memutar agar bisa terhindar dari Rizal. Semua jalan masih sepi, sehingga ia tak bisa menyusup di kerumunan seperti kemarin-kemarin. Lea harus ekstra hati-hati, salah langkah bisa-bisa tertangkap basah.

“Ke sana? Ah jangan! Ke sana aja gimana? Duh pusing!” gumam Lea seakan ada dua orang yang tengah berdebat dalam dirinya.

Sampai akhirnya ia putuskan untuk menyeret kaki ke kebun kecil depan sekolah. Rute paling jauh untuk sampai di kelas Lea yang menghadap langsung ke arah Lapang Basket. Tak masalah selama bisa luput dari atensi Rizal. Ia berjalan perlahan melewati barisan pohon dengan mata tetap mengawasi lelaki itu dari jauh, sebisa mungkin tapak sepatunya benar-benar hening.

Lihat selengkapnya