Saat umur 14 tahun aku pindah ke Jerman. Tepatnya di kota Leipzig. Ayahku memutuskan untuk mengirimku ke sana untuk melanjutkan pendidikanku. Aku tidak mau pindah awalnya ke sana. Aku tetap ingin bersekolah di sini, bertemu teman-temanku, bermain bersama kedua adikku dan berkumpul dengan keluargaku. Tapi kata ibuku aku harus pindah. Aku harus bisa mandiri di negara orang dan harus mengejar cita-citaku di sekolah yang bagus di Jerman. Aku tidak bisa melawan untuk tetap bersekolah di sini kalau ibuku saja sudah setuju. Jadi, akhirnya aku pindah ke Leipzig. Di Jerman aku tinggal bersama paman dan bibiku dari keluarga ayahku. Pamanku bernama Niel Anthony dan bibiku bernama Ariana Amber. Mereka sangat baik. Mereka mengurusku dengan baik dan penuh perhatian. Kasih sayang mereka untukku membuatku bisa mengatasi rasa rindu dengan ayah dan ibu.
Pertama kali sampai di Leipzig. Melihat suasana Leipzig membuatku ragu. Apa aku bisa beradaptasi di sini? Ditambah lagi aku akan bersekolah di sini. Aku bingung harus memilih sekolah yang mana. Aku takut mungkin aku akan ditolak dan hanya membuat malu ayah, ibu, paman dan bibi. Bibi memilih beberapa sekolah untukku dan memintaku memilih sekolah mana yang aku mau. Akhirnya aku meminta paman dan bibi saja yang memilih sekolah untukku. Aku tidak bisa memilih. Bagiku semua sekolah bagus.
Paman dan bibi mendaftarkanku ke sekolah yang tidak jauh dari kompleks rumah. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri apakah aku mampu mengikuti pembelajaran di sini atau mungkin aku gagal. Aku tidak tahu bagaimana sistem pembelajaran di sini. Aku membaca beberapa ulasan dari beberapa buku tentang sistem pendidikan di sini. Tapi tetap saja aku tidak akan benar-benar tahu kalau aku tidak menjalaninya langsung. Ditambah lagi walau ayahku orang Jerman, tapi aku tidak pernah ke Jerman sebelumnya. Kakek dan nenek dari ayah sudah meninggal sebelum aku lahir. Jadi, tidak ada alasan ke Jerman untuk mengunjungi mereka. Jika ingin bertemu paman biasanya paman yang akan datang berkunjung ke Indonesia.