“Vin!”
Perhatian mereka terburai dari interior restoran yang elegan dan mewah ketika ada seseorang memanggil nama Calvin. Memasuki pintu restoran yang megah, Calvin nyaris menabrak seorang pria separuh Tionghoa separuh Jawa yang berlari-lari ke arahnya.
“Tak kusangka Natalia Hartono itu seorang laki-laki. Kamu ganti nama jadi Natalia?” gumam Calvin. Di sampingnya, Jose dan Silvia tertawa tertahan.
Pria berkemeja coklat itu memelototkan matanya. Tetap saja matanya terlihat sipit.
“Aku Yulius, Vin! Teman kuliahmu! Kita beda jurusan! Masa kamu lupa?” protesnya.
“Iya, iya. Tapi aku tidak merasa punya janji denganmu. Aku ada janji dengan Natali ....”
“Natalia Hartono itu ibuku, Calvin Wan.” Yulius menabok lengan Calvin saking gemasnya.
“Oh ya? Jadi, aku akan kerjasama dengan anaknya?”
“Semoga saja begitu.”
Sejurus kemudian, Yulius menggiring Calvin memasuki restoran fine dining di bawah komando Chef Gilles Marx itu. Alunan musik lembut dan penerangan temaram memanjakan indera mereka. Cahaya temaram berasal dari lampu gantung berbentuk struktur desain Menara Eiffel yang sangat mengagumkan.
“Ayah, lantainya mirip sama lantai rumah kita, ya.” Jose nimbrung, mengetukkan ujung sepatunya ke lantai.
“Iya, Sayang.”
Yulius menoleh, tersenyum pada Jose. “Ini anakmu, Vin? Gantengnya kayak bapaknya. Dan ... ini istrimu?”
Mendengar praanggapan itu, wajah Silvia memerah. Ia menunduk menatap sepatunya. Calvin cepat-cepat menjelaskan.
“Oh ... aku ikut berduka cita. Ngomong-ngomong kenapa istrimu meninggal? Sakit?” tanya Yulius bersimpati.
“Kecelakaan. Sudahlah, aku jauh-jauh dari kantorku di Bandung ke SCBD bukan untuk mengenang istriku.”
Pelayan pria dan wanita mengantar mereka berempat. Furnitur berkelas, detail unik pada dinding, balok ekspos, dan jendela besar menambah kesan elegan pada restoran yang terletak di lantai dua Medco Energy Building itu. Sekilas mereka melewati dapur terbuka di sisi pintu masuk dan wine room transparan yang memperlihatkan aneka wine yang didisplay di wine seller. Seorang pelayan wanita mengarahkan mereka ke ruangan pribadi yang telah direservasi Yulius.
Silvia, Calvin, dan Jose duduk bersisian. Yulius mengambil tempat di depan mereka. Menu mewah khas Prancis tersaji di depan mereka.
“Nah, kamu pasti suka ini, Anak Tampan.” Yulius tersenyum, menyodorkan Feuille (warm strawberry & vanilla ice cream.
Mata Jose berbinar senang. Ia pun menerima dan mencicipinya.
“Bilang apa sama Om Yulius?” Calvin lembut mengingatkan.
“Makasih, Om Yulius.”
“Sama-sama.”
Kelihatannya Yulius sengaja mengulur waktu. Ia menyuruh mereka menikmati Light Creamed Chestnut Soup (white truffle essence), Crispy Breaded Alaskan Founder (angel hair, dan pasta Aglio Olio. Makanan di Amuz Gourmet nikmat sekali. Harga makanannya akan membuat Silvia shock. Belum pernah dia makan di tempat semewah ini. Dia baru akan makan makanan mewah bila ada urusan kantor.
“Ayah, itu apa?” tunjuk Jose ke arah botol berisi anggur. Tangan Jose terulur hendak membuka botol itu. Lengan Calvin dan Silvia menahannya.
“Jangan Sayang, itu anggur. Kita nggak boleh minum itu,” cegah Silvia.
Yulius langsung paham. Ia menyeringai pada Calvin.
“Ayo, Vin, kita mulai bahas kerjasama bisnis kita. Tapi sebelumnya, minum ini dulu,” ajak Yulius, menuangkan minuman memabukkan itu ke dua gelas kosong.
“Tidak, aku tidak minum anggur. Terima kasih,” tolak Calvin tegas.
“Ayolah. Aku takkan memulai sebelum kita minum.” Yulius memaksa.
Sedetik kemudian, Yulius tahu kalau dirinya telah melewati garis batas. Calvin bangkit berdiri dalam gerakan cepat hingga Jose dan Silvia kaget.
“Baiklah. Aku juga takkan mau melanjutkan kerjasama kita kalau kamu terus memaksaku mengikutimu,” pungkas Calvin tajam.
“Via, Jose, ayo kita pergi.”
Terburu-buru Yulius mengejar Calvin. Ia baru mengerti jika teman kuliahnya berbeda dari yang lain.
“Vin, tunggu!”
Susah payah Yulius menjajari langkah Calvin. Ia tampak menyesal.
“Kamu berbeda dari yang lain. Kamu nggak pernah makan babi dan minum minuman keras. Dari dulu kamu memang begitu. Aku yang salah. Maaf, ya.” Yulius berkata tulus, amat berharap Calvin memaafkannya.