Semua orang sibuk mengemasi barang-barang. Kerdus banyak tertata diluar siap diangkut menuju rumah baru, Ayana masih sibuk mengkoordinir orang yang mengangkat perabotan rumah tangga. Seperti ibu-ibu pada umumnya yang mengkhawatirkan perabotan terutama alat dapur yang beraneka ragam.
“kakak adek barang kalian udah semuakan?” teriak Ayana pada anak-anak yang berada dikamar masing-masing mengemasi barang pribadinya.
“sudah ma” jawab teriak anak laki-lakinya
“dikit lagi ma, kak tolong angkatin ini berat tau” seru anak perempuan dari kamar sebelahnya.
Semua sudah siap kendaraan pengangkut juga sudah memuat semua barang tuan rumah ini. Tak ada lagi yang tertinggal mereka siap berpindah, mobil dan motor yang akan mengantar kerumah baru.
“sudah semua?” tanya Harry
“sudah pa ayo jalan” jawab Ayana
“kakak hati-hati ya bawa motornya. Tetep dibelakang mobil jangan sampai ketinggalan, dan jangan langsung main loh ya inget itu” peringat Ayana pada putranya yang memilih mengendarai motornya sendiri.
“iya mamaku sayang” jawabnya
“udah dipake seatbellnya sayang tolong kakak dipasangin ya” perintah Ayana pada anaknya yang lain.
“udah kok ma” terangnya.
Sekarang mereka memulai perjalanannya, menuju rumah baru. Memang tak begitu jauh dari tempat tinggal jika jalanan macet perjalanan membutuhkan waktu 3 jam, jika lancar hanya 2 jam waktu tempuh. Harry dan Ayana sekarang mempunyai 3 anak Ramadhan Putra Angkasa dan sikembar Satria Putra Angkasa dan Zevalia Putri Angkasa, sekarang usia sikembar sudah memasuki kelas 2 SMA dan sang kak masih di SLB setingkat SMA juga karena perkembangannya yang terhambat.
Rama masih setia memainkan rubrik kesayangannya sembari melihat jalanan dari dalam mobil, sedangkan Zeva masih tertidur dipundak kakaknya ini. Ayana yang melihatnya dari kaca tersenyum, ia memegang tangan Harry yang berada dipahanya.
“mas makasih buat semuanya” ucapnya sambil menunduk menitikan air mata menyiratkan isi hatinya sekarang.
“shut iya sayang udah nanti anak-anak tau gimana?” usap tangan Harry pada pipi sang isteri.
Halaman yang luas dengan rumah yang sederhana lebih terkesan kuno pada zaman belanda dengan dominasi warna putih. Truck pengangkut juga sudah sampai tak lama kemudian motor Satria terlihat memasuki halaman tanpa pagar ini.
“kak bangunin adek ya!” suruh Ayana
Pekerja mulai menurunkan barang menaruhnya kedalam rumah yang sudah dibersihkan oleh penjaga rumah sebelumnya yang sedang berbicara dengan Harry dan Ayana. Semua barang sudah tertata ditempatnya sedangkan barang pribadi mereka tata sendiri, setelah selesai menata semua langsung beristirahat.
“huh kelar juga” ucap satria mereggangkan badannya setelah menata kamarnya
“laper ada makanan nggak ya dibawah”
Diruang tamu terlihat Rama yang duduk dan memainkan monopolinya. Disampingnya ada Zeva yang menemani sembari memakan keripik dari mobil tadi. Ia segera mendekat.
“dek bagi dong laper ni!” pinta Satria
Zeva langsung menyodorkan toples kripiknya, melanjutkan menemani kakaknya bermain monopoli. Tak lama kemudian orang tua mereka tiba dengan belanjaan yang cukup banyak, Satria langsung membantu Ayana membawa kedalam dapur.
“ma beli mie ayam nggak?” tanya Satria yang membuka kantong plastik
“ada dibawa papa tuh kamu panggil yang lain suruh makan dulu” perintah Ayana
Satria langsung memanggil semuanya untuk makan
“woy ayo makan ada mie ayam ma bakso” teriak Satria pada Zeva yang mencolek bedak bayi ke muka Rama yang sudah seperti badut ini.
Semuanya sudah berkumpul dan memakannya dengan senyap sampai habis. 2 perempuan langsung membersihkan sisa makanan itu, sedang para lelaki masih duduk Rama dengan rubriknya Harry dan Satria yang berbicara.
“besok senin kamu dan Zeva masuk sekolah di SMA Garuda, udah taukan?” tanya Harry
“udah kok pa. Ehm harus boncengan sama Zeva pa?” tanya Satria
“iya biar irit pengeluaran hahaha” canda Harry, ia paham Satria arah pembicaraan anaknya itu.
Ia tak mau ada yang tau bahwa dia punya kembaran perempuan dan kakak laki-laki, karena ada suatu alasan tertentu. Kejadian masa lalu yang menjadi alasan terkuatnya yang membuat jarak antar saudara itu jika diluar rumah.
“mulai berubahlah nak semua akan baik-baik saja tak perlu dikhawatirkan, papa berharap kamu bisa” ucap Harry menepuk punggung Satria
Hari semakin larut semua sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Harry dan Ayana dikamar bawah, dan anak mereka diatas kamar Zeva berada diantara kedua kamar kakaknya. Rama beralih mendekati tembok kamar dan menyentuhnya seperti menyentuhkan jarinya seperti menggambar di 2 sisi tembok yang berbeda entahlah apa yang ada dipikirannya. Setelah bosan ia beralih membuka buku bersampul coklat dari tasnya dan mulai menulis.
“mas keluar yuk liat bintang” ajak Ayana
Ia hanya mengikuti kemauan isterinya ini keluar rumah. Mereka berdua duduk dibangku teras Ayana bersender didada bidang suaminya dan menggenggam tangannya. Udara malam ini tak begitu dingin, Harry masih diam saja memejamkan matanya hingga Ayana yang memulai pembicaraannya.
“apa semua aman? Apa dia berulah lagi?” tanya Ayana
“semua aman sayang, oh ya besok aku dinas mungkin 3 hari baru pulang. Kamu jaga anak-anak terutama Rama ya” ucap Harry
Ayana mencibikkan bibir mendengar ucapan Harry pamit bekerja untuk 3 hari kedepan.