Untuk Kamu

Sucayono
Chapter #13

Malam Bertabur Darah

Rencana pernikahan langsung disusun malam itu juga. Acara akan digelar secara sederhana di KUA dalam tiga hari dan hanya akan mengundang beberapa orang terdekat saja. Segala biaya yang muncul akan ditanggung sementara oleh Asri.       

“Sekali lagi, terima kasih atas semua bantuannya, Mbak,” ujar Wisnu pada Asri setelah produsernya itu merancang semua agenda pernikahannya dengan Alana. Meski belum menikah, Asri nampak ahli dan cekatan dalam mengatur semua keperluan yang dibutuhkan untuk merayakan hari besar Wisnu dan Alana.  

“Sudah nggak usah sungkan. Ingat! Bantuan gue nggak gratis. Kalian harus bekerja keras supaya album kalian sukses sehingga gue bisa untung gede. Ngerti?” 

Wisnu dan Alana lagi-lagi tertawa. Meski Asri kerap mengungkit-ungkit soal laba rugi, mereka tak bisa menampik bahwa produser mereka itu amat perhatian. “Iya, Mbak. Kami janji,” jawab Wisnu.

“Satu lagi. Mulai malam ini, kalian tinggal di rumah gue aja. Gue ada beberapa kamar kosong. Nanti setelah menikah, gue juga pengin kalian pindah. Nanti gue bantu cariin tempat yang lebih layak. Atau kalau mau, gue ada rumah kosong yang bisa kalian pakai setelah menikah. Rumah itu nggak gede, tapi jauh lebih layak dibanding rumah yang kalian tempati sekarang. Tapi tentu saja, itu nggak gratis. Kalian bisa mencicil rumah itu dengan potongan honor kalian. Gimana?”

Wisnu memandang Alana. “Gimana, Al?”

“Aku setuju saja asal kamu juga setuju, Nu. Tapi untuk malam ini, aku masih ingin tidur di rumah kita. Setidaknya, aku harus mengucapkan selamat tinggal pada rumah itu kalau aku harus meninggalkannya. Ada banyak kenanganku di sana. Rumah itu telah menjadi peneduh bagiku ketika aku nggak tahu harus tinggal di mana.”

“Baiklah kalau itu mau kamu, Al,” ujar Wisnu. “Ehm… Mbak Asri. Sepertinya untuk malam ini, kami masih ingin tinggal di rumah kami. Besok kami akan mulai tinggal di rumah Mbak. Toh, ada banyak barang juga yang perlu kami bawa dari rumah itu.”

Asri menyilangkan kedua tangannya di dada. “Kalian yakin?”

Wisnu dan Alana mengangguk.

“Oke, kalau gitu.” Asri mengeluarkan sebuah kartu nama dari dompetnya. “Ini alamat rumah gue. Besok pagi kalian bisa langsung ke situ sambil bawa barang-barang penting kalian.”

Wisnu menerima kartu nama itu. “Terima kasih, Mbak. Kalau begitu, kami pamit pulang dulu sekarang.”

“Perlu gue antar kalian pulang? Sekarang udah malem.”

Wisnu dan Alana menggeleng. “Tidak perlu, Mbak. Kami masih bisa naik bus jam segini.”

“Beneran? Gue emang nggak suka jasa gue atau kerjaan gue nggak dibayar. Tapi, untuk kali ini, gue bisa anter kalian secara gratis.”

Wisnu dan Alana kembali menggeleng. “Tidak perlu, Mbak.”

“Yaudah. Kalau gitu ati-ati, ya. Kita ketemu besok di rumah.”

Wisnu dan Alana beranjak pergi. Dari halaman depan kantor Dream Record, mereka menaiki bus yang biasa mereka tumpangi. Sepanjang perjalanan, Alana menyandarkan kepalanya pada pundak Wisnu. Titik itu adalah tempat berlindung ternyaman bagi Alana. Telah berkali-kali ia hinggap dan mencurahkan seluruh kesahnya di sana. Namun, kali ini ia merasakan sensasi yang berbeda. Karena sekarang, ia bersandar sebagai calon istri pemilik pundak itu. Seolah mengerti apa yang dirasakan Alana, Wisnu menggodanya. “Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Al?”

“Ah, nggak… apa-apa...” Alana tergagap. Ia segera mencari topik untuk mengurangi kegugupannya. “Aku cuma teringat Mbak Asri. Dia baik ya, Nu?” Alana bernapas lega. Beruntung otaknya bisa cepat menemukan pokok bahasan lain. Seandainya tadi Wisnu tahu kalau ia tengah memikirkan rencana pernikahan mereka, ia bakalan sangat malu.

Wisnu mengangguk pelan. “Iya. Meskipun dia keras dan kadang judes, tapi, kita nggak akan bisa sampai di titik sekarang kalau bukan karena bantuannya.”

“Kamu benar, Nu.”

“Karena itu, kita nggak boleh ngecewain dia. Kita harus berjuang dan bekerja keras agar album kita sukses.”

“He em.” Alana berucap seraya tersimpul. 

“Al. Terima kasih, ya, udah menerima lamaranku. Aku bahagia banget hari ini. Ini adalah hari yang paling membahagiakan sepanjang hidup aku.”

Lihat selengkapnya