“Aku terlambat, aku terlambat..!!”
Andra berlari di sepanjang jalan menuju sekolahnya. Ia adalah salah satu dari sekian siswa yang menolak untuk tidur dalam asrama sekolah, begitupun Leon. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 lewat 10 menit, kemungkinan gerbang sekolah telah ditutup adalah hal yang wajar. Ia terkejut saat sampai gerbang masih terbuka lebar, namun tetap dalam penjagaan. Pada akhirnya Andra tetap dihukum untuk menulis artikel satu halaman penuh tentang sekolah.
“Apa satpam tidak tahu kalau aku jurusan SBK! Malah dihukum dengan hal-hal yang mudah,” Andra bergegas menuju gedung perpustakaan. Sepi, tidak ada siswa yang berkeliaran di sana. Mungkin tidak adanya jadwal kelas yang berkunjung. Di sana, Andra langsung menyalakan laptop dan mulai mengerjakan tugasnya. Sesekali ia memperhatikan sekeliling yang benar-benar sepi.
Tiga puluh menit telah berlalu dan artikel itu telah selesai dibuat. Ia mengkopi ke dalam flashdisk lalu segera mencetak artikel tersebut di mesin pencetak. Letak mesin yang agak jauh membuat langkah sepatunya terdengar jelas.
Seorang siswa perempuan tengah duduk menelungkupkan tangan di meja untuk menyembunyikan raut wajahnya. Di dekatnya, ada beberapa lembar gambar rancangan suatu tempat dan tablet PC yang masih menyala.
‘Siapa dia? Mengapa ada di sini di awal pembelajaran? Apa dia tidur? Coba lihat logo jurusannya. SS. Dia salah satu siswa SS.’
Andra mendekati siswa itu seakan ada magnet yang menariknya.
‘Rambutnya panjang dengan jepit bunga berwarna putih. Seperti pernah lihat. Eh. Tapi kenapa aku jadi penasaran? Biasanya aku tidak pernah peduli dengan hal semacam ini. Tapi bukankah tidak baik untuknya jika memang terkena hukuman sama sepertiku?’
“Anu, excuse me..” Andra semakin mendekat. Mereka sudah berjarak kurang dari satu meter. “Emm.. Excuse me, Kak?” sapanya lagi.
Siswa perempuan itu terbangun. Ia mengusap-usap mata kemudian merapikan rambut panjangnya. Ia juga merentangkan tangan ke depan dan menggerakkan kepala ke kanan kiri. Suaranya sedikit melenguh. Wajah imut itu tampak kelelahan, tak menyadari ada makhluk yang mengawasinya.
Andra membelalakkan matanya. Hatinya berdesir. Juga jantungnya yang semula normal ikut berdegub kencang. Tubuhnya tiba-tiba menjadi panas dingin. Kejadian ini seperti pernah dialaminya waktu kecil. Entah kagum atau terpesona, ia hanya bisa mematung.
Itu terjadi untuk beberapa menit setelah siswa perempuan itu menoleh dan keduanya terkejut. Andra tidak dapat berbicara, malah salah tingkah. Sedangkan siswa perempuan itu melihat jam tangan sembari tergesa-gesa mengemasi barang-barangnya.
“Huhfhh..,” gumamnya lirih. Andra ditinggal pergi. Ia masih berdiri di tempatnya.
‘Barusan apa yang aku lakukan? Sebentar. Aku di sini, aku menegurnya, lalu jantungku berdebar. Dia tiba-tiba pergi. Tapi kenapa dia mengusikku? Aku bahkan tidak mengenalnya. Oiya. Aku kan jarang mengenal perempuan ya,’ pikirnya. Oh, tidak.. Bukankah dia..’ lanjutnya menyadari sesuatu. “Tunggu..!!’
Andra berlari keluar dan melihat sekeliling. Siswa perempuan itu berjalan cepat menuruni tangga. “Sudah kuduga, ternyata dia,” katanya lagi masih mengejar siswa perempuan itu.
Dari kejauhan, siswa perempuan itu berbicara dengan seorang guru. Ia membungkuk seperti minta maaf lalu kembali berjalan menyusuri lorong. Andra masih mengejarnya, kali ini sudah berjarak 10 meter dan segera ingin menyapanya.
“Kinara!” seorang siswa perempuan lain memanggilnya. Ia berlari kecil melewati Andra. Sepertinya dari kelas yang sama karena memiliki logo SS.
“Ya...” jawabnya menoleh.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Ayo, kita masuk kelas!”
“Ah, Key. Aku berniat untuk tidak ikut kelas lagi.”
“Apa ada freelance lagi?”
“Hmmm..”