Untuk Sebuah Kesempatan (Satu Detik Lagi)

S.S. RINDU
Chapter #13

Bagian Tiga Belas

Nara bersama Keyla berada di dalam taksi online menuju kampung halamannya. Perasaannya tidak menentu. Sudah lama dirinya tidak pulang, ia begitu merindukan neneknya. Keyla yang duduk di depan sedikit memperhatikan Nara yang gelisah. Ia tahu, temannya itu memang sulit ditebak. Meski tidak tahu pasti apa yang menjadi masalahnya, Keyla tetap setia menemani Nara. Nara selalu bisa melakukan banyak hal untuknya. Bahkan saat keluarganya membutuhkan uang, Nara rela menyerahkan hasil dari bekerja hanya demi keluarganya. Keyla sering bertanya, mengapa peduli dengan masalahnya, tetapi Nara selalu menjawab , ‘Sama seperti dinas sosial yang menjalankan tugasnya’.

“Kalau bukan karenamu, aku tidak akan bisa melanjutkan sekolah, Ra. Terima kasih.”

Nara memandang Keyla yang tersenyum menatapnya. Ia bertanya kenapa, namun Keyla hanya menggeleng.

“Apa kita punya tujuan? Kenapa kita tidak pulang saja ke rumahmu?”

Nara tidak langsung menjawab, ia malah membuka tablet PC-nya. Ia mengecek beberapa email yang masuk, yang ternyata adalah tawaran pekerjaan.

“Kita akan ke penginapan paling dekat dengan Batu Bengkung. Kita bukan mau bernostalgia.”

“Apa kamu tidak merindukan keluargamu? Miss Nisa selalu bertanya kapan kamu pulang, Nenek rindu.”

“Akan ada waktu sendiri.”

Keyla mengerti dan tidak berani untuk bertanya lagi. Agak malam mereka sampai, hingga hawa dingin pedesaan mampu menembus kulit di jaket yang tebal. Mereka langsung masuk penginapan itu, karena Nara sudah membookingnya beberapa hari sebelum ke sini.

Di dalam kamar yang memiliki 2 ranjang tersebut, Keyla langsung tengkurap dan berniat ingin segera tidur. Nara menata laptop lalu meletakkan beberapa gambar yang dibawanya di atas meja. Kepalanya sedikit pening dan badannya meriang.

“Apa aku terkena demam?” katanya berusaha kuat. Ia tidak ingin sakit disaat-saat seperti ini. Dicarinya minyak kayu putih dan dioleskan ke beberapa bagian tubuhnya. Ia lalu menyusul Keyla yang tidur di ranjang sebelahnya.

Pagi hari, sama dinginnya dengan malam. Keyla sudah bangun dan berjalan-jalan ke luar. Tubuh Nara semakin berat, namun dipaksanya untuk tetap bangkit. Ia berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan.

Di luar, Keyla yang menikmati udara pagi begitu senangnya. Suasana sepi yang disukainya membuat pikiran tenang. Ia berniat untuk berjalan sedikit jauh melewati pepohonan dan rumah yang jarang. Saat melewati rumah bergaya lama, kakinya berhenti dan terkejut melihat wajah yang dikenalinya.

“Leon?”

Leon yang saat itu sedang merenggangkan tubuhnya di halaman heran ada seseorang yang mengenalinya. Meski tidak begitu yakin, dihampirinya gadis itu.

“Apa kamu anak SS? Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Wah, Leon. Benar, aku satu jurusan denganmu. Tidak menyangka akan bertemu di sini. Apa kamu tidak mengingatku? Aku teman sebangku Nara.”

“Oh, makanya tidak asing. Kamu selalu bersama Nara.”

“Hmm, iya. Aku tidak bisa berpisah dengannya. Bahkan kemanapun dia pergi aku selalu menemaninya, seperti sekarang. Oya, kamu di sini, apa kamu sedang melakukan sesuatu?”

“Apa? Kamu di sini menemani Nara? Di mana!!” Leon menatap sekeliling tidak melihat siapapun. Keyla lalu menceritakan tentang tujuan Nara ke sini yaitu untuk mengetahui tentang pengembangan lahan Citra Land dan ia juga menyelidiki mengapa kualitas Ciputra bisa turun begitu banyak. Padahal para siswanya masuk melalui tes pilihan.

Leon terbelalak mendengar semua cerita Keyla. Nara ternyata masih peduli, hanya saja dirinya malu untuk menunjukkannya. Senyum tipis mengambang di bibirnya, hatinya begitu tersentuh.

“Sekarang di mana dia?”

“Di penginapan. Di belokan kedua.”

“Dia ke sini bahkan tidak ingin kembali ke rumahnya?!”

Lihat selengkapnya