Untuk Sebuah Kesempatan (Satu Detik Lagi)

S.S. RINDU
Chapter #26

Bagian Dua Puluh Enam

Di kantor Join Land, Paman Rahmat menemukan petunjuk tempat yang selaras dengan Batu Bengkung itu. Ia mengirim pesan pada Leon agar segera mengunjungi tempat itu meski sedikit jauh dari pemukiman. Leon yang sedang berada di sekolah segera memberi tahu Adit untuk melacak tempat yang dimaksud. Mereka tersenyum karena tempat yang dimaksud masih satu lokasi dengan rumah Kakek Leon. Paman Rahmat juga meminta Leon berhati-hati dengan apa yang dilakukannya.

Leon berharap semua yang dikerjakan harus sesuai dengan rencana. Pada acara pembukaan, dirinya masih di sana mendampingi para petinggi Ciputra. Dengan setelan jas hitam kemeja putih dan dasi yang berwarna hitam, serta celanan hitam yang terlihat baru, dirinya sudah seperti pemilik sah sekolahnya. Karena memang ia adalah pemiliknya, sudah tidak diragukan lagi. Wajah yang tampan dengan rambut pirang yang menawan membuat dirinya selalu dikagumi semua yang memandangnya. Ditambah lagi dengan kecerdasannya ikut mengelola sekolah sungguh melengkapi semua itu.

Suasana sekolah yang dibuka untuk umum membuat beberapa orang sulit untuk saling menemukan yang dicari. Apalagi dengan pakaian bebas dan dandanan yang seperti berlomba untuk mendapat perhatian. Para security yang bertugas paling depan sedikit kewalahan dengan banyaknya minat yang ingin melihat-lihat isi sekolah bergengsi itu. Mereka memeriksa dengan alat keamanan agar tidak terjadi hal-hal yang buruk. Semua petugas penjaga stand dalam kelas juga sibuk dengan apa yang mereka jajakan. Semua yang digunakan adalah kelas reguler. Kelas SS tidak memungkinkan untuk itu karena banyak monitor paten di beberapa bangkunya.

“Apa aku harus memakai ini? Ini sedikit berlebihan,” uangkap Nara yang masih berada di kamar.

Nara terlihat sangat cantik mengenakan dress berwarna putih dengan renda hitam menghiasinya. Di bagian belakang, terpasang pita kupu-kupu besar berwarna hitam yang memberikan kesan unik. Lengan yang dimodel bertumpuk menambah feminim yang memakainya. Dua orang penata rias yang dipanggil Keyla sangat terpana melihat Nara yang bak model papan atas.

“Apa saya tidak salah lihat? Anda setara dengan artis di tv,” salah seorang penata rias memujinya.

Keyla yang selesai dengan rambutnya melihat Nara yang benar-benar tampak memukau. Make up tipis natural yang dipilih Nara sangat sesuai dengan kepribadiannya saat ini.

“Apa aku aneh?”

“Hei, apa kamu benar-benar Kinaraku? Kamu seperti orang yang ada di majalah fashion. Tapi berani taruhan, kamu bisa menyaingi mereka.”

“Benarkah? Aku akan mengganti pakaianku.”

“Eits. Kita sudah tidak memiliki waktu. Kamu seperti bidadari yang keluar dari sangkar. Pasti nanti Andra dan Leon bakal klepek-klepek. Bukan itu saja. Kamu pasti akan jadi bahan perbincangan seluruh sekolah. Kamu seperti bukan orang Malang saja. Seperti orang Turki..” Keyla berbicara tanpa henti. Nara menggeleng, mengemasi tas mininya dan segera memakai sepatu wedges pemberian tantenya kemarin.

“Apa kamu akan terus ceramah? Pasti tamu dari Jakarta dan Singapura sudah datang. Cepat!”

Setelah mentransfer penata rias, Nara dan Keyla berjalan menuju sekolahnya. Benar-benar sangat ramai. Keyla mencium kedua pipi Nara lalu pergi ke tempat presentasi. Sedangkan Nara sedikit bingung mau ke mana, karena benar kata Keyla dirinya menjadi pusat perhatian. Semua mengira Nara adalah salah satu siswa dari kelas kecantikan yang akan melakukan show. Bisik-bisik terdengar di sana sini membicarakan dirinya. Ia juga beberapa kali diminta foto bersama, padahal tidak saling kenal.

Andra sedang berada di gedung olahraga dan kesenian melihat dari jauh seseorang yang amat disayanginya. Ia yang memakai jas dan pakaian serba putih tidak mengira bahwa Nara juga memakai pakaian yang hampir sama dengan dirinya.

“Apa Kakak dari kelas kecantikan? Sudah saatnya untuk perform,” seorang siswa yang bertugas di bagian acara meminta Nara untuk segera berkumpul. Nara sedikit repot karena tidak tahu bagaimana menolaknya.

“Maaf, dia kekasihku. Siswa SS dari PPWK,” Andra datang menengahi.

‘Kekasih?’ dalam hati Nara tersenyum. Siswa yang bertugas jadi canggung seraya meminta maaf lalu pergi.

Nara merasa lega setelah bertemu dengan Andra. Ia tidak habis pikir, mengapa semua mengira dirinya adalah jurusan tata kecantikan. Nara lantas bertanya apa memang terlihat seperti itu. Andra hanya tersenyum mengiyakan.

“Kekasih?” lanjutnya berbisik di telinga Andra. Andra tersipu. “Baiklah, biar aku bertanya. Apa kamu menyukaiku?”

“Ah, kenapa bertanya seperti itu di tempat seperti ini? Apa kamu ingin aku menciummu di depan publik?” Andra berbisik di telinga Nara. Nara memukul lengannya.

“Tidak sopan!” balasnya tertawa. “Kapan kamu naik? Apa masih lama?”

“Sekitar 2 jam lagi. Eh, apa kita bisa keliling? Ayo, ikut aku ke kelasku!”

Nara dengan digandeng Andra berjalan melewati lorong yang penuh orang menuju kelas SBK di atas. Banyak yang memuji mereka berdua sebagai pasangan. Kejadian itu tidak sengaja dilihat Leon yang selesai menjamu tamu spesialnya. Ia bergegas menuju ruang yang kedua sahabatnya tuju.

Banyaknya antrian untuk foto di dekorasi ide Andra membuat tukang foto kewalahan. Namun di balik susah payah, mereka benar-benar mendapat keuntungan yang fantastis. Meskipun hanya 10 ribu rupiah percetakan, peminat yang ingin difoto melebihi perkiraan sebelumnya. Andra yang sudah mengira akan terjadi seperti ini membuat inisiatif tempat yang lain dengan dekorasi yang hampir sama. Nara masuk ke dalam ruangan itu di belakang Andra. Ada Sandi dan beberapa siswa basket lain yang membawa kamera, sebagai persiapan untuk memotret.

“Wuih, siapa ini cantiknya?!” Sandi mengagumi seseorang yang digandeng Andra tapi sesaat setelah mengamati ia terkejut karena ternyata adalah temannya sendiri. “Ki- Nara?”

Lihat selengkapnya