Di sebuah pohon biru tua, Nara kecil meletakkan secarik kertas tanpa amplop sembari melihat keadaan sekitar. Dikatakan biru karena batang pohon di cat berwarna biru melingkar. Tidak ada siapapun, karena para siswa sudah pulang sedari tadi. Setelah sedikit lama berada di sana, Nara melangkah pergi.
Seorang anak laki-laki berambut pirang mengambilnya. Ia tersenyum karena akhirnya mendapat balasan.
(Nara) : ‘Hai Super-Man. Apakah kamu membaca tulisanku? Aku Nara. Aku tahu kamu mungkin siswa sekolah ini, atau anak SMP sebelah. Karena kamu sudah tahu namaku. Aku hanya ingin kamu mengatakan jujur padaku, siapa kamu sebenarnya. Tapi terserah.”
(Super-Man): ‘Kamu tidak perlu tahu dulu siapa aku, karena aku akan mengatakannya jika sudah saatnya nanti. Apa kita bisa berteman lebih dekat? Balas ya.”
(Nara) : ‘Boleh saja, aku juga ingin teman cerita. Tapi aku juga punya teman yang biasa bersamaku. Namanya Inka, Andra, Dion, dan Gege. Dan satu lagi ada anak seperti bule namanya Leon, dia pindahan dari Yogyakarta katanya. Padahal dia lebih mirip orang Inggris. Kalau kamu, apa juga punya teman seperti itu?’
(Super-Man): ‘Aku juga punya teman sama sepertimu. Oya apa kamu suka salah satu temanmu itu? Nara, hari ini hujan. Letakkan di bawah batu ya.’
(Nara) : ‘Maksudmu aku suka Andra? Andra itu seperti saudaraku. Aku tumbuh dari kecil bersamanya. Dia kadang-kadang tinggal bersamaku. Orang tuanya bekerja sangat sibuk. Semua teman-teman tahu kami. Memang Super-Man kelasnya sebelah mana? Jangan-jangan kamu berniat ngeprank aku?’
(Super-Man): ‘Tunggu, nanti kita akan bertemu, tapi janji jangan marah. Aku tidak ingin kamu meninggalkanku.’
(Nara) : ‘Aku tidak akan marah. Hari ini aku lelah. Apalagi melihat Andra dan Leon dengan gaya rambutnya seperti landak kesetrum. Kamu tahu, mereka menirukan Riyan, anak SMP yang menyukaiku. Dasar malu-maluin saja. Apa yang terjadi dengan mereka ya?’
(Super-Man): ‘Aku tahu itu. Mungkin mereka menyukaimu. Apa benar kamu tidak menyukai mereka? Lalu, siapa yang kamu sukai? Anak SMP itu?’
(Nara) : ‘Ada, namanya Tedy, sayangnya dia menipuku. Emm, Tapi mungkin juga Leon, dia selalu perhatian denganku. Dia pintar dan bisa mengalahkanku. Aku heran, berapa sih IQ dia. Mungkin rambut pirangnya itu menyimpan kekuatan. Apa kamu bisa mengalahkannya?’
(Super-Man): ‘He, he, he. Jadi kamu suka sama Leon? Aku mengerti. Oya. Aku letakkan cokelat sebagai hadiah untukmu. Apa kamu sungguh menyukainya?’
(Nara) : ‘Terima kasih cokelatnya. Aku suka sekali. Itu seperti mahal, kata Inka pernah melihatnya di hotel ayahnya bekerja. Apa kamu punya uang banyak? Ayo bertemu?!’