Beberapa tahun yang lalu, keluarga Ciputra dan Samudra Cipta adalah keluarga yang kompak menjalankan perusahaan. Semua berubah ketika Ciputra lebih unggul dan selalu dapat memenangkan tender karena mendapat kepercayaan yang baik di masyarakat. Sedangkan Samudra Cipta mulai dengan kebangkrutannya karena dinilai tidak profesional, selalu mendapat masalah saat pengembangan lahan. Niat jahat itu bermula setelah perjamuan besar Kakek Leon yang bisa memenangkan pengembangan lahan daerah perbatasan kota Malang. Mr. Handoko yang sudah gelap mata, meminta Niko untuk bersamanya dengan alasan Niko sudah dewasa dan harus ikut mengelola perusahaan. Niko yang senang dengan tawaran itu meminta kakeknya untuk memberinya jabatan tertinggi, namun ditolak dengan alasan masih ada papa dan dirinya. Mr. Handoko memanfaatkan itu dengan alasan Leon yang akan mewarisi semua itu karena ia adalah siswa yang jenius dan mirip sekali dengan kakeknya. Semua pada menyalahkan Leon.
Suatu hari, Mr. Handoko pergi ke sebuah klinik ilegal untuk membelikan obat Kakek Ciputra. Bahkan dengan alasan agar dipercaya, Niko diajaknya ke sana. Kakek yang sebenarnya tidak mengonsumsi obat-obatan tidak menaruh curiga karena Niko yang membelikannya. Sayangnya hal tersebut tidak berhasil. Akhirnya, Mr. Handoko menggunakan herbal khusus yang dapat dicampurkan dengan minuman atau makanan agar cepat dikonsumsi Kakek Ciputra. Niko yang masih tidak tahu itu percaya saja dengan kata-kata pamannya. Ia bahkan meminta Leon agar membawakan minuman itu untuk kakeknya, alih-alih agar ia bisa dianggapnya adik. Sayang itu semua tidak pernah terjadi.
Pagi itu Leon masih bermain dengan kakeknya dan makan makanan yang manis bersamanya. Mereka bahkan berpapasan dengan Sena yang tidak memedulikannya, dan Niko yang datang marah-marah bersama papanya. Baru keesokan harinya hal yang tak terduga terjadi. Kakek Ciputra tiba-tiba mendapat serangan jantung, tekanan darah yang meninggi hingga membuatnya komplikasi. Oleh Mr. Handoko dimanfaatkan lagi bahwa semua gara-gara Leon yang memberinya makan-makanan manis. Leon kecil begitu tertekan.
Orang tua Leon yang sangat khawatir dengan perkembangan putra kesayangannya memutuskan untuk memindahkannya ke Malang. Itupun juga atas ultimatum Niko, agar memilih dirinya yang pergi ataukah Leon. Semenjak saat itu, semua keluarganya terpecah belah.
Mr. Handoko yang mendapat citra baik oleh Papa Leon ditugaskan untuk menjadi Kepala cabang sementara bersama Niko di Magetan dan Surabaya. Namun karena bujukannya lagi, ia juga belajar memimpin di Malang karena jabatan direktur masih kosong. Terlebih juga Leon yang masih kecil belum memungkinkan untuk mengelola perusahaan. Papanya setuju, namun masih tetap diatasnamakan sementara Niko, sedang Mr. Handoko hanyalah perwakilannya saja atau manager pengelola. Karena sebenarnya yang ingin dikuasai adalah sekolah dan proyek pengembangan lahan yang dimenangkan Kakek Ciputra. Entah kenapa proyek itu gagal dan dijualnya pada perusahaan lain. Ia menggantinya dengan tanah di Kabupaten Wagir, di kawasan Gunung Kawi yang masih berkaitan dengan desa budaya.
Penolakan Ayah Nara waktu itu sudah sesuai prosedur, karena Ciputra pimpinan Mr. Handoko telah jauh dari komitmen sebelumnya. Bahkan terlalu gegabah untuk melakukan pengembangan lahan tanpa memedulikan dampak lingkungan sekitar. Mr. Handoko berjalan melenceng jauh dan menyuap beberapa oknum pemerintah daerah.
Malam itu adalah pertemuan Direktur Join Land, tempat Ayah Nara akan pindah bekerja, dengan Mr. Handoko perwakilan Ciputra di Hotel Kartika. Ayah Nara ingin menuntaskan permasalahan perusahaannya. Namun, karena diektur Join Land tiba-tiba sakit, semua itu tidak bisa diselesaikan. Ayah Nara yang marah berniat melaporkan dugaan kasus pengembangan lahan ilegal oleh Mr. Handoko. Sayangnya, semua itu tidak dapat dilaksanakannya akibat kecelakaan yang menimpanya. Data-data yang menjadi kunci utama kasus itu malah hilang saat kecelakaan terjadi. Padahal, pihak Mr. Handoko sudah berupaya keras mencarinya di kepolisian dan jalanan bekas kecelakaan. Di saat itulah dirinya bertemu dengan Nara kecil yang sedang keluar rumah.
Menyadari ada yang tidak beres di cabang perusahaannya, Papa Leon marah-marah dengan Mr. Handoko yang dibilang telah lalai. Oleh karena itu, Niko dimanfaatkan lagi untuk menghabisi papanya dengan menuangkan teh herbal beracun saat berada di ruang kerja. Beberapa hari setelah kejadian itu, papanya mengalami struk dan lumpuh sehingga ia curiga jika teh yang diberikannya adalah beracun. Niko berniat menyelidikinya sendiri dengan pergi ke Malang. Karena sedikit kerepotan dengan anaknya, ia berinisiatif membawanya juga untuk tinggal di rumah yang Leon tempati.
Sena yang hanya tahu Niko meracuni papanya, langsung meminta orang tuanya untuk mengungsi dan berobat ke Belanda. Mamanya hanya menangis dan menuruti semua kata-kata anaknya. Bahkan sampai tidak berpamitan dengan Leon. Sena tahu itu dari bukti rekaman CCTV yang dilihatnya di ruang keamanan. Satpamlah yang telah memberitahunya. Sayangnya, semua kebenaran itu telah terlambat. Semua berkas telah masuk ke dalam penyelidikan, kemungkinan akan melakukan pemanggilan terhadap Niko dan pamannya itu beserta pegawai sekolah Ciputra yang terlibat.
Mr Handoko masih tertawa mengingat kejadian itu, menyindir betapa rapuhnya keluarga Ciputra jika terpecah seperti ini. Leon yang geram dan marah berusaha untuk memukul Mr. Handoko, namun upaya itu dicegah oleh pengawalnya. Bahkan dirinya sendiri yang mendapat pukulan menyakitkan itu.
“Aku perlu menyingkirkan beberapa. Beberapa harus dikorbankan demi mendapat keuntungan lebih.”
“Keuntunganmu sendiri!”
“Aku sudah mengira, Pak Kim yang membantumu, terpaksa aku membuangnya ke sungai. Bahkan polisi tidak akan bisa menangkapku karena semua bukti sudah aku singkirkan. Oh, Tomi Andara. Dia juga pengganggu. Aku membuat remnya blong. Tapi Tuhan berpihak padaku dengan membuat kecelakaan beruntun yang lebih fatal.”
Nara yang mendengar itu menangis dengan keras meski mulutnya tertutup lakban. Semua misteri terjawab sudah.
“Satu lagi. Temenmu yang sok pahlawan itu, si hacker amatiran, juga sudah aku lenyapkan. Tinggal kalian berdua. Oh, kalian benar-benar sepasang kekasih, bahkan matipun hari ini juga kalian berdua. Tenang Kinara. Kamu akan menyusul ayahmu. Dan kamu keponakanku sayang, kakekmu di sana pasti sudah menunggumu.”
“Kau orang yang jahat, tidak tahu balas budi!” Leon meludah ke arah pamannya.
“Dasar kau keponakan kurang ajar!”