Via Martha Dananjaya nama gadis muda itu, putri tunggal seorang pengusaha sukses bernama Benny Dananjaya. Umurnya baru menginjak 19 tahun, sedang masuk kuliah di tahun pertama. Via, nama panggilannya, merupakan princess dan akan menjadi pewaris satu-satunya seluruh kekayaan dan perusahaan Benny Dananjaya di bidang kuliner, properti, dan pertambangan.
Sang papa sangat menyayanginya, apalagi setelah mamanya meninggal kasih sayang papanya kian bertambah. Apa pun keinginan Via pasti dituruti. Sayangnya karena kesibukan bisnis, papa Via tak selalu ada di rumah. Namun Via tak pernah merasa kesepian karena ada Bibi Harti, pelayan setianya yang selalu menemani dan melayani kebutuhannya.
Bibi Harti adalah pelayan yang sudah dianggap kerabat di keluarga Benny Dananjaya. Wanita berumur lima puluh empat tahun itu sudah merawat Via sejak bayi hingga kini telah menjadi gadis remaja. Saat mama Via meninggal, Bibi Harti lah sosok yang paling menghibur Via siang dan malam.
Karena kedekatannya dengan Via, Pak Benny sengaja memberikan kamar buat Bibi Harti bersebelahan dengan kamar Via. Karena Pak Benny sering keluar kota untuk urusan bisnis, jadi dengan adanya Bibi Harti lebih dekat dengan Via, maka gadis itu tidak akan merasa kesepian dan kurang kasih sayang.
Sore itu Via sedang menikmati secangkir teh hangat di ruang keluarga sambil menonton serial film kesukaannya. Di atas sofa itu, kedua kakinya diselonjorkan, dan posisinya setengah tiduran dengan kepala disandarkan pada bantal.
Bibi Harti datang membawakan sepiring pisang goreng. Pisang goreng itu diberi taburan sedikit gula dan coklat pada toppingnya. Via sangat menyukai makanan itu sejak kecil dan tak pernah bosan.
"Non, ini pisangnya," Bibi Harti meletakkan sepiring pisang goreng itu di meja kecil yang ada di samping sofa.
"Terimakasih Bibi. Bibi paling tahu banget makanan yang paling kusukai," Via langsung mengambil sepiring pisang goreng itu. Ia pun asyik menikmatinya menggunakan sendok kecil yang sudah disiapkan oleh Bibi Harti. Sesuap, dua suap, tiga suap...habislah satu buah pisang goreng berukuran besar.
"Enak nggak Non?" tanya Bibi Harti sambil terus memperhatikan Via makan.
"Wah, super enak... bagaimana kalau ini habis, dan aku mau lagi?" Via menjawab sambil terus mengunyah.
"Tuh masih ada di dapur. Nanti Bibi goreng lagi pisangnya buat Nona Via yang cantik jelita tiada tara!" Bibi Harti menjawab sambil menggoda Via.
"Oke oke oke, nanti aku dibuatin lagi ya. Tapi gulanya seperti biasa, sedikit aja..." lanjut Via.
"Iya, siap Tuan Putri!" Bibi Harti membawa piring yang telah kosong ke dapur. Wanita itu bermaksud menggoreng pisang lagi untuk Via.
Tak lama kemudian Bibi Harti kembali masuk ke dalam ruangan dengan sepiring pisang goreng yang hangat. Tanpa menunggu dingin, Via langsung mencomot pisang itu satu persatu hingga ludes tak tersisa.