Gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya, penampilan yang amburadul menambah kesan bagi Uranus. Ia tersenyum, kemudian memakai lipbalm agar bibirnya tidak terlalu pucat. Puas dengan penampilannya, ia keluar kamar. Saat sedang menuruni anak tangga, ia mendapati Sonya tengah tersenyum pada Uranus. Namun ia tak menghiraukan dan tetap berjalan menuju Papanya.
"Pagi Pah." Sapa Uranus tanpa ekspresi.
"Pagi sayang." Sahut Sonya, namun ia diam.
"Pagi Uranus."
Uranus duduk berhadapan dengan Arseno, ia menikmati sarapannya dengan diam. Sonya mengamati wajah putrinya, berharap es pada gadis itu cepat mencair. Uranus yang hendak menyuapkan rotinya, merasa terganggu ditatap Sonya. Gadis itu menaikan satu alis.
"Kenapa anda menatap saya seperti itu?" Arseno yang mendengar, langsung buka suara.
"Panggil dia Bunda, Uranus!" Uranus diam tidak menanggapi.
"Uranus." panggil Sonya. Uranus menoleh namun ia diam, menunggu kelanjutan wanita itu.
"Hmm, Bunda mau antar Uranus ke sekolah. Uranus mau?" Tanyanya ragu. Arseno tersenyum pada Sonya, apapun pasti Istrinya lakukan demi mendapatkan hati putrinya.
Uranus menatap tidak suka pada Sonya. "Anda pikir, saya Anak kecil yang harus diantar?"
"Sekali saja Uranus, Bunda hanya ingin mengatar kamu ke sekolah barumu." Bujuk Arseno.
"Uranus sudah selesai, Uranus berangkat" pamitnya, sebelum itu ia menghampiri Arseno mencium pipinya kemudian mencium punggung tangannya. Uranus berlalu pergi.
"Uranus, pamit dulu pada Bundamu!" Teriak Arseno.
Tapi Uranus menghiraukan teriakan Papanya, ia terus melangkahkan kakinya keluar rumah. Sebelum itu, ia mengambil motor klasik red sweety kesayangannya. Setelah selesai, ia melajukan motornya meninggalkan area rumah.
Disinilah Uranus berada, berjalan menyusuri koridor sekolah yang sangat asing bagi Uranus. Ia berjalan mencari di mana letak ruang Kepala Kekolah. Banyak tatapan aneh yang mereka lemparkan pada Uranus, namun ia acuh dan mengabaikan.
Hingga tiba-tiba ada yang menabrak Uranus entah dengan sengaja atau tidak. Uranus terjatuh, dengan posisi pantat yang mendarat terlebih dahulu atau bisa dikatakan ia terpengkok. Uranus mendengus kesal, pada sosok sialan yang menabrak dirinya.
Ia tak kunjung berdiri, menunggu orang itu membantu dirinya berdiri. Saat Uranus mendongak, orang itu sudah berjalan meninggalkan Uranus. Uranus kesal setengah mati, ia bangkit dan mengejar pelaku tersebut.
"Eh lo!" Panggil Uranus, ia sadar namun ia menghiraukan panggilan tadi. Uranus geram, buru-buru dia menepuk bahu orang itu. Dia berhenti dan menoleh.
"Lo manggil gue?" Tanya nya santai. Uranus terpekik, melihat siapa orang itu.
"Lo?!"
"Ternyata dunia se sempit ini ya." Cowok itu mengernyit bingung
"Why?"
"Baru semalam kita bertemu, dan sekarang? Lo nguntitin gue ya?"
"Apasih! Gue gak kenal lo!"
"Mmmfttt haha, jadi lo lupa kejadian semalem? Lo amnesia atau bagaimana?" Cowok itu semakin tidak mengerti apa yang Uranus katakan, ia berlalu pergi meninggalkan gadis itu.
"Lo gak mau minta maaf sama gue?" Ucapan Uranus sukses membuat cowok itu berhenti.
"Minta maaf? Emang gue melakukan kesalahan apa?"
"Lo pelupa ya! Tadi lo nabrak gue, dan sukses bikin gue jatuh. Gue ingetin kalo lo lupa!" Cowok itu hanya ber-oh ria dan kembali meninggalkan Uranus. Ia kembali mengejar cowok tersebut dan...
Bruk, Uranus jatuh lagi. Sialan emang ini sepatu, ia mengijak sendiri tali sepatunya hingga menyebabkan dirinya terjatuh. Disaat Uranus sedang mengelus lututnya, ia melihat sepasang sepatu dihadapanya, itu bukan sepatu Uranus.
Dan lagi, ada sebuah uluran tangan, Uranus segera meraih uluran tersebut. Disaat ia sudah berdiri, ia tersadar bahwa uluran tangan itu dari cowok menyebalkan. Ia segera menghempaskan tangan tersebut, dan berlalu pergi.
"Maaf!" Uranus terperangah, ucapan cowok itu refleks membuat langkah Uranus berhenti. Uranus berbalik.
"Maafin lo gak segratis itu!" Ujar Uranus ketus, cowok itu mengernyit bingung.
"Jadi?"
"Anterin gue ke ruang Kepala Sekolah!"
"Oh" cowok itu kembali ber-oh ria meninggalkan Uranus.
"Anjir! Demen banget si lo ninggalin gue!