USAI

Caca Sagita
Chapter #2

2018, Pertemuan Pertama

Aku baru saja memarkirkan motorku di depan teras rumah, hah! Lelah sekali, seharian ini kegiatanku full berada di kampus. Kulirik jam tangan yang melingkar di tangan kananku, sudah pukul 5 sore ternyata. Gegas aku memasuki rumah kontrakan yang dihuni oleh diriku tentunya dan dua orang sahabatku lainnya.

“Assalamualaikum, ya ahli kubur? Yuhuuu kok sepi banget ni rumah, kayak hati guee!” 

Berjalan semakin dalam memasuki rumah, ku buka pintu kamar pertama yang dihuni oleh sahabatku yang bernama Ratih. “Lah tidur dia.”

Lalu langkah kakiku kulanjutkan menuju kamarku yang di huni oleh diriku sendiri tentunya bersama satu orang lagi sahabatku yang bernama Beby. Karena rumah kontrakan ini hanya menyediakan dua kamar jadilah aku dan Beby yang memilih untuk sharing dalam satu kamar.

Ceklek!

“Lah pantes aja di panggilin nggak nyaut, kupingnya kesumpel!” Kesalku mendapati Beby tengah berbaring sambil memainkan gawainya dengan telinga yang ditutupi earphone.

“Loh! Udah pulang lo? Dari kapan?” Beby bangkit dari pembaringannya menatap padaku.

“Makanya tu kuping jangan di sumpel-sumpel Beb, gue panggilin pada nggak nyaut yang satu molor yang satu kupingnya di sumpel. Aduh gila! Capek banget diri ini.” Ucapku sambil ikut membaringkan tubuh lelahku di atas kasur empuk.

“Hehehehe,,, tapi iya, tumben lo sampai sore di kampus? Biasanya siang juga udah di rumah.”

“Ada jam tambahan sama salah satu profesor prodi gue, doi minggu lalu nggak masuk, jadi diganti hari ini deh. Lo masak nggak? Gue laper,”

“Masak, sana makan gih. Lo punya penyakit maag tapi doyan banget makan telat-telat.”

Perutku terasa sangat lapar tapi tubuhku juga lelah sekali, yang membuatku betah terbaring di atas ranjang. Bisa nggak sih makanannya datang sendiri gitu? Mandiri dikit kek, masak harus gue mulu yang nyamperin!

Seketika aku bangkit dari tidurku, mengingat hari ini kami akan bertemu dan berkumpul dengan beberapa teman yang lainnya.

“Eh ntar malem jadikan ngumpul di kontrakannya Regi?”

“Jadi dong! Kangen juga sama mereka udah lama nggak ngakak bareng.”

Benar sudah lama sekali rasanya tidak berkumpul dengan manusia manusia absurd bin ajaib itu. Jika sedang lelah gundah dan gulana, biasanya aku akan memilih bertemu dan berkumpul dengan mereka, dijamin setelahnya akan merasa lebih baik, mereka benar-benar obat mujarab bagiku. Sepertinya perutku sudah tidak bisa menahan rasa laparnya lebih lama lagi, lantas langsung saja kakiku melangkah ke dapur dan membuka tudung saji. Terpampang nyata masakan yang sangat menggugah selera ini, bahkan air liurku sampai membanjiri seluruh isi mulut.

“Wiiii,,, enak banget Bik menu masakan hari ini!” Teriakku dari dapur menggoda Bebiy yang masih betah berada di kamar.

“Bibik pale lo!”

Beby membalas teriakanku, aku hanya bisa terkekeh geli. Beginilah kami para anak rantau, tinggal jauh dari orang tua demi menempuh pendidikan yang lebih baik lagi dan demi terciptanya masa depan yang cerah secerah mentari pagi sihii!

Oh astaga sampai lupa, sudah sejauh ini kalian belum berkenalan denganku. Maafkan ya, antara sengaja dan tidak sengaja ini mah hehe.

Kenalin, aku Sekar Ayudia Ningsih. Baguskan namaku? Aku bisa sedikit berbangga hati karena selalu mendapatkan pujian betapa bagusnya nama pemberian dari kedua orang tuaku. Saat ini aku tengah menempuh pendidikan S1 semester 4 Manajemen Bisnis di salah satu universitas tersohor di kota Kembang ini. Bandung menjadi pelabuhanku untuk memilih melanjutkan pendidikan S1, kenapa Bandung? Kenapa tidak kota kota lainnya? Entahlah hatiku terpanggil dan memilihnya begitu saja. Aah, Bandungku! Sungguh aku sangat jatuh cinta dengan kota ini, kalau ditanya alasanya kenapa? Akupun tak tahu, cinta tak perlu penjelasan, bukan begitu?

Aku biasa dipanggil Sekar oleh orang-orang terdekatku, namun tidak dengan si Mbah Ku tersayang, beliau lebih menyukai memanggilku dengan sebutan Cah Ayu ku, karena parasku yang Ayu seperti putri keraton katanya, ehem! Aku anak sulung dari dua bersaudara, Papa dan Mama ku masih ada meskipun sudah terpisah. Sudah ah, segini saja perkenalannya. Inikan cerita kisah cintaku yang berakhir tragis, bukan cerita tentang keluargaku, jadi perkenalannya ku akhiri sampai disini saja.

***

“Beb, Laras nggak diajak?” Tanyaku pada Beby.

Laras adalah salah satu sahabatku yang berkuliah di universitas yang sama denganku, hanya beda jurusan saja. Dan wanita itu sedikit introvert, ralat sangat sangat introvert. Dia akan keluar kamar kalau bumi gonjang ganjing, itupun kalau Laras tidak mager.

“Hm… Kayak nggak tau Laras aja deh lo. Dia mah mending milih si kasur daripada kumpul-kumpul begitu. Lagian kalau pun dia mau, harus lihat dulu siapa-siapa saja orangnya, kalau menurut dia oke, baru tu bocah mau ikutan.”

“Bete deh! Nggak seru banget si Laras mah, nah si Ratih ikut nggak? Apa masih molor tuh bocah?!”

Diantara kami berempat Ratih merupakan anggota paling muda, anak itu juga berkuliah di tempat yang sama denganku dan yang lainnya. Kami berdua tengah bersiap untuk segera meluncur ke tempat tujuan yaitu rumah kontrakanya Regi. Regi merupakan teman sejurusan ku yang aku kenal melalui Laras, loh gimana? Gimana? Agak membingungkan ya? Nanti deh kalau sempat akan kuceritakan bagaimana sejarahnya aku mengenal para sahabat-sahabat baik hatiku ini, mereka sangat berarti bagiku, karena kehadiran mereka mampu membuatku sedikit beralih dari rasa sakit yang ditimbulkan oleh seorang lelaki yang bernama Sadewo.

“Coba lo cek deh dikamarnya.” Ucap Beby.

Kuketuk pintu kamar Ratih beberapa kali, namun tak ada jawaban darinya.

“Tih, Ratih? Bangun woy, udah lewat magrib nih, mau isya lagi malahan.”

Lihat selengkapnya