Berawal dari pertemuan dengan sepiring sate yang menjadi alasannya, lahirlah pertemuan pertemuan berikutnya yang membuat hubunganku dan Sadewo semakin merekat.
Tali komunikasi itu terjalin mengalir begitu saja, obrolan-obrolan panjang selalu tercipta dikala sedang bersama. Sampai pada titik dimana aku mulai berani menceritakan bagaimana keadaan keluargaku, bagaimana aku sangat membenci pria yang ku panggil dengan sebutan ‘Papa’, bagaimana hancurnya pernikahan kedua orang tuaku disaat aku masih sangat membutuhkan mereka berdua untuk bersatu.
Sadewo telah mengetahui segalanya tentangku, tapi aku tidak pernah tau segala tentangnya. Dia tidak pernah benar-benar membiarkanku untuk tau, apa yang sedang ia rasakan, apa yang tengah mengganggu pikirannya. Pria itu seolah tak mengizinkanku untuk menyentuh hatinya, disaat dia telah berhasil menyentuh relung hatiku.
Hatiku ingin menampiknya, namun satu sisi aku ikut menikmati peran yang tengah dimainkan oleh pria itu. Kehangatan, kelembutan, kasih sayang yang ia berikan begitu nyata, bagaimana bisa hati seorang wanita yang haus akan kasih ini tidak terlena karenanya?
Kusadari hatiku yang telah lama kosong tak berpenghuni ini, kini mulai terisi oleh kehadirannya. Berminggu minggu sudah pria itu menemani hari-hariku. Tapi sudah selama itu juga tak kutemukan kejelasan hubungan di antara kami berdua.
Aku tidak bodoh. Tidak ada hubungan pertemanan layaknya seperti yang sedang terjadi di antara aku dan Sadewo. Tapi pria itu juga tidak terlihat ingin mempertegaskan hubunganku dengannya.
Aku benci berada diposisi seperti ini, aku tak bisa memanggilnya sebagai ‘milikku’ karena sejatinya memang dia bukan milikku! Terus apa arti dari semua perlakuan manisnya terhadapku selama ini? Wanita mana yang tak akan menaruh hati jika terus menerus diperlakukan layaknya intan permata? Hatiku yang beku lambat laun akan mencair jua jika terus saja diberikan kehangatan olehnya!
Iya, benar aku dengan sadar telah menaruh hatiku digenggaman pria itu, aku tak tau akan dia apakan hati ini, akankah ia rawat dan ia jaga? Atau malah meremukannya dalam sekejap mata? Aku telah mengambil resiko begitu besar dengan membiarkannya bermain dengan hatiku.
“So…lo dan si Sadewo itu udah jadian? Udah pacaran nih ceritanya? Makin lengket banget gue liat-liat, kayak perangko!” Kikik Laras. Bahkan Laras yang terbilang jarang sekali melihat kedekatanku bersama Sadewo saja bisa mengartikan kami sebagai sepasang kekasih.
“Beb, lo nggak di phpin kan sama doi?” Timpal Beby yang lebih mengerti bagaimana seluk beluk hubunganku dengan Sadewo.
Helaan nafasku terdengar kasar, kuletakkan ponsel genggamku sembarang tempat.
“Gue, gimana ya. Dibilang cuman temen tapi ini udah lebih dari sebuah pertemanan, dibilang pacar tapi gue nggak pernah merasa Dewo ada mengutarakan perasaannya sama gue…” Pundakku melemas.
Manik coklatku mulai memanas, jujur saja berada di posisi ini sangat menyesakkan bagiku. Ingin melepas tapi hati sudah terlanjur terikat, ingin terus bertahan tapi sampai kapan harus berada di keabu-abuan seperti ini?
“Perasaan lo sendiri ke doi gimana?”
Rasanya lidahku kelu untuk menjawab pertanyaan sederhana dari Laras. Aku takut banyu bening yang telah berada di ujung pelupuk mata itu jatuh begitu saja sebelum aku mampu menyelesaikan kalimatku. Kugigit bibirku kuat, menahan isak yang mungkin akan segera tumpah.
“Gue...gue sayang sama Dewo, Ras!” Tumpah sudah isakku. Kurasakan ada tangan yang merengkuh tubuh mungilku yang bergetar terisak dalam pelukannya.
“Gue nggak salahkan kalau jatuh hati sama Dewo setelah semua yang Dewo lakuin buat gue, Ras? Beb? Gue tau, Dewo tulus sama gue, Beb, tapi gue nggak tau apa yang ngebuat dia ngegantungin hubungan kita kayak gini. Gue udah sayang sama Dewo, Ras! Tapi buat lepas dari Dewo juga nggak bisa. Hati gue makin sesak karena gue nggak pernah tau perasaan dia yang sebenarnya ke gue gimana…” Ucapku terbata-bata dengan air mata yang terus jatuh mengaliri pipi.
Kedua sahabatku ini hanya bisa menyaksikan tangisan pilu gadis berambut pendek yang sedang kacau hatinya. Tak ada yang bisa kulakukan selain menangisi ketidakjelasan hubunganku dan Sadewo malam ini.