Mala dan Dimas berjalan berdampingan menyisiri bibir pantai berpasir putih dengan tebing karang yang menjulang tinggi. Beberapa gazebo juga tampak berderet rapi di sekelilingnya. Pantai itu terletak di daerah Gunung Kidul.
Secara teratur, ombak bergiliran membasuh sebagian dari kaki mereka. Matahari memang belum turun sepenuhnya. Jadi, mereka menggunakan kesempatan itu untuk menikmati suasana pantai sebelum sirna ditelan gelap.
“Coba liat deh, bentuknya apa ?” tanya Mala sambil menunjuk salah satu awan.
“Yang mana ?” Dimas menatap langit dengan bingung.
“Itu !” Mala memperjelas.
“Badak.”
“Hmm…bukan dong, badak kan bercula.”
“Kan culanya lagi jalan di sebelahku.”
“Enak aja.” Mala tertawa sambil menampar lengan Dimas.
Dimas mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia tidak mau mebuang kesempatan untuk mengabadikan momen bersama Mala.
“1,2, cekrek.” ucap Dimas saat foto bersama Mala.
“Coba liat, Dim. Ih, kok aku jadi kaya gitu ?” Mala sedikit cemberut.
“Gapapa…keren ini lho.”
“Dim, fotoin aku di depan situ ya. Pokoknya harus kelihatan tebing karangnya.” Mala memberikan ponselnya kepada Dimas.
“Iya, santai. Serahkan pada ahlinya. He…he….” Saat mengambil gambar Mala, Dimas diam-diam juga menggunakan kamera depannya untuk mengambil gambar wajahnya sendiri.
“Ya ampun, serem….” Mala terkejut karena melihat banyanknya gambar wajah Dimas di ponselnya.
“Ada penampakan, La ?”
“Nih, penampakan makhluk bernama Dimas.”