Empat wanita terlihat asyik bercanda di ruang tamu. Mereka adalah sahabat Mala yang sudah lama tidak bertemu. Beberapa saat kemudian, Mala datang dengan menenteng beberapa camilan untuk dimakan bersama.
“Tina…” Mala memencet bel.
“Masuk, La.” Tina membuka pintu.
“Seneng banget akhirnya kita bisa kumpul lagi.” Tina memeluk Mala lalu diikuti oleh sahabat yang lain. Mereka tampak begitu bahagia. Setelah itu, Mala meletakkan camilan yang ia bawa di atas meja, di samping sebuah teko yang berisi sirup dan bongkahan es batu.
“Minum dulu, La.” Tina menuang sirup ke dalam gelas lalu memberikannya kepada Mala.
“Eh, kalian sudah izin kalo nanti kita nginep bareng kan ?" ucap Nia.
“Udah,” jawab Mala & Irma dengan kompak.
“Ada yang baru balikan nih,” celetuk Tina.
“Siapa yang balikan ?” tanya Tuti sambil menoleh ke arah Tina. Kemudian, Tina menggerakkan kedua alisnya dan melirik ke arah Mala.
"Mala balikan sama Dimas ?" tanya Irma.
"Yoi..." ucap Nia.
“Beneran ? Cie…pokoknya aku dukung kamu sama Dimas, La.” Tuti mengambil keripik lalu memasukkannya ke dalam mulut.
“Cie Mala, ihir. Gimana ceritanya, La ?” ucap Irma.
“Kepo ya...nanti aku cerita.” Mala tersenyum.
Malam harinya, mereka pindah ke ruang tengah rumah Tina. Di ruangan itu, mereka duduk berjejer di sofa sambil menonton film. Ibu Tina juga ikut menonton dan bercanda bersama mereka. Beliau cukup akrab karena anaknya sering mengajak mereka berkumpul di rumahnya.
Jam menunjukkan pukul 22.00, Tina mengajak sahabatnya untuk istirahat di kamarnya. Kemudian, mereka gotong-royong memindahkan kasur dari kamar lain ke kamar Tina supaya cukup untuk digunakan berlima. Tina tidur berdua dengan Irma. Mala, Nia, dan Tuti tidur di kasur yang berbeda, tetapi posisinya masih berdampingan. Lampu penerang sudah dimatikan, tinggal lampu tidur yang masih menyala dengan redup. Meskipun sudah larut malam, tetapi mata mereka masih terjaga. Tina dan Irma baru saja membagikan cerita hantu yang menyeramkan. Cerita itu membuat Nia ketakutan.
“Ho…ho…awas nanti kalo tidur ada yang bangunin,” ucap Mala meledek.
“Jangan gitu, La…” Nia ketakutan.
“Kan bisa aja aku yang bangunin kamu, ha…ha…” ucap Mala.
“Yaudah kita cerita makanan aja,” ucap Tina.
“Tau gak, ada lho makanan yang bisa berubah. Nasi berubah jadi belatung, mie berubah jadi cacing, dan…” ucap Irma.
“Ihhh….jangan gitu…” ucap Nia memotong ucapan Irma.
“Ha…ha…”Mereka semua tertawa melihat Nia ketakutan.
“Udah santai aja, di sini gak ada apa-apa kok. Aman.” Mala menghibur Nia karena tak tega melihat Nia ketakutan.
Waktu berlalu tanpa terasa. Semuanya tidur dengan lelap. Tiba-tiba Tuti bangkit dari tidurnya lalu duduk di lantai sambil memeluk kedua kakinya. Ia tampak ketakutan dan bingung. Mala yang menyadari Tuti tidak ada di sampingnya kemudian bangun mencarinya.
“Tut, kamu ngapain duduk di situ ?”