Mala masih mengobrak-abrik lemarinya, ia bingung memilih baju mana yang akan ia gunakan untuk pergi. Akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan hem polos berwarna navy dan celana levis. Mala menyelempangkan tasnya di bahu, mengambil sneakers putih polos, lalu bergegas menemui Dimas.
“Bentar ya, Dim,” ucap Mala sambil menali sepatunya. Mala menyelipkan rambutnya yang lurus ke telinga, mengenakan helm, lalu naik ke atas motor Dimas.
“Sudah, La ?” tanya Dimas.
“Iya, sudah,” jawab Mala sambil mengencangkan helmnya.
“Yaudah turun,” ucap Dimas tertawa.
“Jangan bercanda terus. Ayo berangkat, Dim.” Mala menepuk pundak Dimas.
Dimas menyalakan motor dan menarik gasnya. Ia mengendarai motor itu dengan kecepatan sedang. Mala mendekap tubuhnya dari belakang, rambut panjangnya terlihat menari-nari karena tertiup oleh angin malam.
Sudah lama Mala ingin menonton Pagelaran Sendratari Ramayana. Meskipun ia pernah menonton dan mengetahui jalan ceritanya, tetapi pagelaran itu sangat menarik dan tidak pernah membosankan. Ia pun akhirnya mengajak Dimas untuk menonton pagelaran itu.
Pagelaran Sendratari Ramayana Prambanan berlangsung meriah. Dimas dan Mala duduk berdampingan sambil berpegang tangan. Pagelaran itu bukan hanya ditonton oleh pengunjung lokal, tetapi banyak juga pengunjung dari berbagai negara yang sengaja datang untuk menyaksikannya.
Suara musik gamelan terdengar indah mengiringi sinden yang melantunkan tembang Jawa. Dengan gemulai, ratusan penari menggerakkan tubuhnya di atas panggung yang berlatar Candi Prambanan. Malam itu, Candi Prambanan terlihat sangat megah dengan sorotan lampu warna-warni.
Mata Dimas dan Mala fokus ke pelataran. Kobaran api tampak menyala dengan gagah. Ini adalah bagian yang Mala tunggu-tunggu, yaitu cerita saat Sinta mengorbankan dirinya di api suci untuk membuktikan kesucian dirinya.
Pagelaran selesai. Sebelum pulang, Dimas dan Mala menyempatkan waktu untuk berfoto bersama para penari. Tak lupa, mereka juga mengabadikan momen berdua. Setelah itu, mereka berjalan perlahan menuju tempat parkir. Setelah tiba di tempat parkir, mereka berdiri di samping motor Dimas.
“Lapar ngga, La ?” tanya Dimas. Mala menoleh.
“Iya nih, makan yuk,” ucap Mala.