Utara ke Barat

Dina Oktaviani
Chapter #15

Merantau

Hari ini ada kerja bakti di jalanan dekat rumah Mala. Ayah Mala dan Lingga berjalan membawa sekop pencabut rumput untuk mengikuti kerja bakti itu. Dengan ramah, Ayah Mala menyapa beberapa warga yang sudah datang lebih dulu.

Pagi itu langit biru tak berawan. Berbeda dengan kota, di Desa semua warganya selalu mengedepankan gotong-royong. Satu demi satu warga datang untuk mengikuti kerja bakti. Tidak ada beban di wajah mereka, semuanya dengan senang hati membersihkan rumput yang tumbuh di jalanan. Beberapa orang juga tampak membersihkan saluran irigasi supaya airnya mengalir lebih lancar.

Bukan hanya bapak-bapak, kerja bakti itu juga diikuti oleh ibu-ibu dan anaknya. Beberapa ibu-ibu tampak sibuk menyapu dan mengumpulkan sampah. Untuk anak-anak, mereka dibebaskan.

“Ayo cabut rumputnya,” ucap Ayah Mala kepada Lingga.

“Berhasil, Yah.” Lingga menunjukkan rumput yang telah ia cabut kepada ayahnya. Ayahnya menoleh ke arahnya.

“Sip. Ayo cabut lagi, yang banyak ya,” ucap Ayah Mala sambil mengacungkan jempolnya.

Mala dan ibunya sibuk mengupas pisang di dapur. Mereka kemudian menyelimuti pisang itu dengan tepung terigu, lalu digoreng. Saat ibunya menggoreng pisang, Mala tampak sedang mengisi sebuah ceret dengan air dan merebusnya. Setelah mendidih, Mala memasukkan teh dan gula.

Makanan dan minuman sudah siap. Mala dan ibunya kemudian membawanya ke lokasi kerja bakti. Bukan hanya ibu Mala yang mengantar makanan, beberapa ibu lain juga tampak datang ke lokasi sambil membawa nampan yang berisi makanan.

Kerja bakti berakhir sekitar pukul sepuluh pagi. Setelah selesai kerja bakti, semuanya berkumpul di pinggir jalan sambil menikmati makanan dan segelas teh hangat.

“Kamu liburnya masih lama, La ?” tanya salah satu tetangga Mala. Ia wanita separuh baya yang duduk di samping Mala.

“Enggak, Bu. Besok sore saya merantau lagi. Soalnya sudah mau masuk kuliah,” ucap Mala.

“Naik apa ?”

“Kereta.”

Malam harinya, setelah menjawab telepon dari Dimas, Mala berjalan menuju kamar orang tuanya. Ia mengetuk pintu, lalu membukanya.

“Ada apa, La,” tanya ibu Mala yang duduk berselonjor di atas kasur. Ayahnya tampak sibuk di depan laptopnya. Lingga sudah tertidur pulas di samping ibunya.

“Bu, Yah, besok aku ke stasiun boleh nggak diantar Dimas,” ucap Mala. Ayahnya menoleh ke arah Mala.

“Ayah aja yang antar, La.” ucap Ayah Mala.

“Iya, besok diantar ayah aja. Nggak enak kalau ngrepotin orang lain,” ucap Ibu Mala.

“Tapi ini Dimas yang minta. Katanya dia mau antar aku ke stasiun. Aku sebenarnya sudah nolak, tapi dia terus minta izin. Akhirnya aku bolehin,” ucap Mala.

“Yaudah gapapa, jika ini memang kemauannya ayah izinin,” ucap Ayah Mala.

Lihat selengkapnya