UTOPIA

Rama Sudeta A
Chapter #1

Zero

Hujan meteor menghantam seluruh alam semesta, menghancurkan, membumihanguskan, dan mereset ulang segalanya. Dunia lama yang sudah rusak dan membusuk dihapus dan akan didaur ulang kembali dari nol oleh sang pencipta. Tak satu atom sekalipun ditinggalkan dalam kekosongan ruang dan waktu yang baru, semua lenyap dalam satu jentikan dan ledakan masif ke segala penjuru dan hanya akan menyisakan sebuah kegelapan abadi yang akan melahirkan secercah cahaya dan berbagai kehidupan baru yang akan menerangi seluruh alam semesta dengan begitu indahnya bak sebuah musim semi dengan berbagai bunga warna-warninya yang mekar dan merekah dengan aroma harum yang semerbak yang akan membawa kehidupan dan harapan baru bagi dunia setelah tertelan dalam keabadian musim dingin yang membekukan ruang dan waktu di sekitarnya.

***

Triliunan umat manusia berbaris rapih mengantri giliran masuk ke dalam sebuah tempat yang selama ini selalu mereka impi-impikan dan inginkan dalam hidup mereka yang sementara, sebuah tempat yang dipenuhi dengan cahaya abadi dan dikelilingi oleh sebuah pagar besi yang menjulang dengan sangat tingginya hingga tak terlihat ujungnya di atas langit kuning keemasan yang tak pernah padam dan dijaga serta dilindungi oleh para malaikat yang tak terhitung jumlahnya, surga, rumah yang telah lama ditinggalkan, sebuah Utopia yang mengesankan.

Mereka terus berjalan dengan sabar dan perlahan dengan senyuman bahagia di wajah mereka yang cerah, bersih dan berseri-seri bak segerombolan domba yang kekenyangan seusai merumput di sebuah padang rumput yang hijau dan luas seharian tanpa pernah tau bahwa ada seekor serigala gila yang ikut pulang bersama mereka menuju sebuah rumah yang tertutup dan terkunci dari luar.

Satu-persatu dari sekawanan makhluk beraneka warna itu mulai melewati gerbang atau pintu masuk surga yang dijaga oleh para malaikat yang mengawal mereka layaknya para tentara yang menjalankan tugasnya dengan baik dan sempurna hingga tak ada lagi seekor domba yang tertinggal dari kawanannya dan menjadi santapan makan malam bagi sekawanan serigala yang kelaparan di kegelapan malam yang dingin dan membekukan. Tepat sesaat setelah domba terakhir memasuki rumahnya yang luas dan bersinar dengan terang benderang dan mulai berlarian tak tentu arah dengan riang gembira bagaikan seorang anak kecil yang kegirangan saat memasuki sebuah taman bermain bersama teman-temannya gerbang besi raksasa itu pun ditutup dan dikunci untuk selama-lamanya.

***

Tak lama setelah itu, surga yang awalnya sepi dan kosong itu mendadak berubah menjadi sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan keajaiban-keajaiban yang diinginkan dan diminta oleh triliunan umat manusia itu hingga tak ada lagi keinginan dan permintaan lagi yang bisa dikabulkan.

Lihat selengkapnya