Utusan Kristal Suci

Kecoak Terbang
Chapter #2

001: Hadirnya Sang Terpilih

Dimas Santoso adalah seorang lelaki yang tinggal di Kota Depok. Ia tinggal di sebuah rumah kontrakan seorang diri setelah ibunya meninggal dunia satu tahun silam. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari lelaki tersebut bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran milik kenalan ayahnya, yang lebih dahulu tiada tiga tahun lalu.


Pada tanggal 24 Juli, tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-28, Dimas menemui pemilik restoran untuk meminta izin tidak masuk kerja esok hari. Alasannya karena dia diajak oleh teman semasa Sekolah Menengah Atas untuk reuni bersama, sekaligus merayakan ulang tahunnya. Sang pemilik awalnya tak mengizinkan, dengan alasan tidak bisa merubah jadwal kerja secara mendadak. Dimas terdiam sejenak dan memikirkan cara agar mendapat izin, mengingat dia jarang dapat bertemu dengan teman-teman sekolahnya.


Tak berselang lama, ia mengusulkan untuk mengubah jadwal kerjanya sampai malam dan meminta salah satu pelayan lain menggantikannya di keesokan hari. Sang pemilik sempat menanyakan apakah Dimas mampu bekerja dalam dua shift dalam satu hari. Dengan penuh keyakinan, ia mengatakan kesanggupannya. Sang pemilik akhirnya mengizinkan pria itu untuk bekerja hingga malam dan memberinya izin cuti.


Awalnya pekerjaan dirasa baik-baik saja. Namun, suasana seketika berubah saat waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Puluhan pelanggan silih berganti mengunjungi restoran yang kebanyakan adalah pasangan kekasih dan sebagian lainnya adalah suami istri beserta anaknya. Dimas baru menyadari bahwa hari ini adalah Sabtu, saat di mana orang-orang menikmati malam akhir pekan. Benar saja, hampir setiap meja terisi pasangan kekasih yang kebetulan singgah untuk makan malam. Mau tak mau Dimas harus bergerak cepat untuk mencatat maupun mengantarkan pesanan para pelanggan dan membereskan meja.


Waktu berlalu begitu cepat, dan tak terasa jam telah menunjukkan pukul 10 malam. Setelah membersihkan meja dan menutup restoran, Dimas pergi menuju parkiran dan mengambil sepeda motornya. Ia langsung tancap gas tanpa pikir panjang, mengingat shift-nya yang panjang dan melelahkan. Tubuhnya seakan remuk di sana-sini setelah satu hari penuh bekerja, membuat lelaki itu ingin beristirahat secepat mungkin.


Dinginnya angin malam ditambah suasana jalan yang lengang seakan membuai tubuh Dimas yang lelah. Kedua matanya sempat terpejam untuk sesaat, tetapi dia berusaha agar dapat terjaga. Rasa kantuk yang teramat sangat kembali menyerang. Untuk kali ke duanya, mata pria itu terpejam. Kali ini ia tidak bisa membuka kelopak matanya, bak tertempel lem yang sangat lekat. Dimas pun tertidur sambil mengendarai sepeda motornya, yang melaju dengan kecepatan sekitar 30 km per jam.


“TIIIN…. TIIINNN....”


Suara klakson yang sangat keras membuat Dimas terperanjat dan terbangun. Lelaki itu terkejut melihat sebuah mobil angkutan umum tepat beberapa meter di depannya. Namun, ia sama sekali tidak bisa bergerak, seolah ada kekuatan misterius yang menahan tubuhnya. Dimas hanya bisa pasrah melihat mobil yang semakin mendekat ke arahnya. Sesaat sebelum kecelakaan terjadi, sebuah lubang hitam terbuka dan menghisap Dimas dan sepeda motornya.


***


Dimas yang sudah siuman membuka kedua matanya. Tiba-tiba ia panik sehingga jantungnya berdetak cepat, kala mendapati keadaan di sekitarnya sangat gelap. Lelaki itu berteriak memanggil siapapun yang ada di dekatnya, namun sama sekali tidak ada jawaban. Yang terdengar hanya suaranya yang bergema dan perlahan menghilang. Dia merasa sekujur tubuhnya lemas, setelah terperosok ke dalam lubang hitam misterius tadi. Tapi lelaki tersebut berusaha bangkit dan kembali berteriak meminta pertolongan 


Tak peduli seberapa keras ia berusaha, tetap saja tidak ada satu orang yang menjawab. Dimas terduduk di lantai dan mengatur napasnya yang terengah. Tenggorokannya terasa serak karena terus berteriak, membuat lelaki itu sampai terbatuk beberapa kali. Tiba-tiba, ingatan saat akan tertabrak mobil melintas dalam benaknya. Dalam ketakutan yang seketika menyelimuti, Dimas menggenggam kepala dengan kedua tangan yang gemetaran diikuti dengan napas berat.


Setelah cukup lama terdiam, mulutnya mengeluarkan gumaman bernada lirih. “Di mana ini? Apa aku... Apa aku sudah mati?”


“Jangan ganggu dia, Elina! Biarkan dia beristirahat!”


Suara teriakan seorang gadis bergema, membuat Dimas sedikit terperanjat. Dia berdiri dan berteriak meminta pertolongan, tapi lagi-lagi tidak ada jawaban sama sekali.


“Yang ada dia akan terbangun karena suaramu terlalu keras, Cheryl.”

Lihat selengkapnya