Utusan Kristal Suci

Kecoak Terbang
Chapter #5

004: Kedatangan Sang Utusan Suci


Tanpa basa-basi Elina berdiri dan menarik napas panjang. Seiring dengan udara yang mengisi rongga hidungnya, tiba-tiba aura keemasan yang kontras dengan langit malam menyelimuti tubuh wanita penyembuh itu. Dia mengangkat tongkatnya setinggi mungkin lalu memancarkan sinar putih yang menyelimuti tubuh Dimas.


Seketika darah yang mengalir di kedua lengan pemuda tersebut berhenti diikuti dengan luka-luka yang menutup sempurna, seakan-akan tidak meninggalkan bekas sama sekali. Tiba-tiba Elina berlutut ke tanah dan menggenggam erat tongkatnya, berusaha menopang tubuh agar tidak jatuh ke tanah. Dengan wajah pucat dia mengatur napasnya yang tersengal-sengal, seolah merasa kelelahan yang teramat sangat. Rupanya wanita penyembuh itu menggunakan hampir seluruh kekuatan sihirnya yang tersisa. 


Karena khawatir, Cheryl berlari ke arah sahabatnya itu dan bertanya, “Elina, apa kau baik-baik saja?” 


Perempuan penyembuh itu hanya mengangguk lemah sembari mengatur napasnya yang berat, bahkan untuk berbicara pun dia tak mampu. Kebetulan Cheryl ingat membawa sebotol ramuan penyembuh dalam tas pinggangnya. Dia langsung mengambil ramuan tersebut lalu memberikannya pada Elina “Ini, minumlah. Aku yakin kau kehabisan tenaga sihir.” 


Elina duduk dan langsung menenggak ramuan penyembuh tersebut. Rasa lelah di tubuhnya berangsur membaik, ditandai dengan nafas yang perlahan semakin tenang. “Te–terima kasih, Cheryl. Maaf sudah merepotkanmu.” 


Perempuan pemburu itu hanya menghela napas. Dia memeriksa lelaki dari dunia lain tersebut lalu memberi tatapan tajam pada Elina. “Kau pasti menggunakan sihir penyembuh tingkat tinggi, ya?” 


Wanita pirang itu hanya mengangguk pelan dan menunduk. Dia sangat yakin bahwa sahabatnya sangat khawatir, sehingga menunjukkan ekspresi seperti itu. “Aku hanya... Aku hanya tidak ingin Dimas kenapa-napa....” ucapnya lirih. 


Untuk ke dua kalinya Cheryl menghela napas, namun lebih panjang daripada sebelumnya. Kemudian dia memapah Dimas dan berjalan pergi. “Sudahlah, Elina. Sekarang lebih baik kita kembali lalu istirahat.”


Elina yang dibantu oleh tongkatnya berdiri lalu menyusul Cheryl. Setibanya di perkemahan, dua wanita petualang itu langsung membaringkan Dimas ke dalam tenda. Setelah itu mereka langsung duduk di dekat tumpukan kayu bakar, bekas api unggun yang padam saat pertarungan tadi. Cheryl berinisiatif untuk kembali menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh. 


Keheningan seketika menyeruak. Baik Cheryl atau Elina hanya duduk terdiam menatap api yang bergoyang tertiup angin malam. Tak berselang lama, Cheryl melirik Elina dan bertanya untuk memecah sunyi. “Hey. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.” 


“Uhm. Apa itu, Cheryl?” 


Perempuan berambut merah tersebut menghela napas sejenak lalu bertanya, “Kenapa kau sampai sejauh itu menolong Dimas? Kita tidak tahu dia orang yang seperti apa.” 


Elina sempat tertegun dan diam menatap api unggun. Tidak salah apa yang dikatakan oleh sahabatnya barusan, kalau dia masih belum mengenal Dimas lebih jauh. Wanita penyembuh itu menarik napas panjang dan menjawab, “Aku tidak bisa membiarkan seseorang terluka, tak peduli separah apapun. Karena ini juga merupakan tanggungjawabku sebagai seorang Healer.” 


Cheryl hanya geleng-geleng dan berkata, “Ya ampun, Elina. Kau ini terlalu baik hati.” 


“Hmm? Kenapa memangnya?” tanya Elina lalu menoleh pada Cheryl. 


“Aku hanya takut seseorang menyalahgunakan kebaikanmu saja,” jawab wanita pemburu itu. 


Sontak Elina hanya tertawa pelan. Dia tidak menduga bahwa sahabatnya ini memikirkan sampai sejauh itu. Wanita penyembuh itu hanya tersenyum dan berucap, “Tenang saja. Aku yakin Dimas bukan orang yang berkelakuan buruk. “


“Kenapa kau berpikir seperti itu?” tanya Cheryl serius.


Elina menengadahkan kepala dan menatap bintang di langit. “Aku yakin Dewi Nadella tidak sembarangan memilih seseorang untuk menjadi utusan-Nya.” Perempuan pirang itu menatap tenda sesaat lalu menambahkan, “Pasti Dimas adalah orang yang baik hati.”


“Yah. Aku harap apa yang kau katakan tadi benar. Tidak seperti lelaki menyebalkan itu,” gumam Cheryl. 


Elina memiringkan kepala karena sempat kebingungan melihat reaksi sahabatnya itu. Terlintas sebuah ide jahil dalam benak Elina, membuatnya tersenyum nakal kepada Cheryl. “Apa mungkin kamu menganggap Dimas sama seperti Diky, karena mereka sama-sama berasal dari dunia lain?”


Seketika wajah Cheryl memerah. Dia langsung membuang muka dan berujar kesal, “Kau… Kenapa kau malah menyebut nama lelaki menyebalkan itu?!”

Lihat selengkapnya