Tiba-tiba Elina kebetulan datang langsung berjalan menuju meja resepsionis. Margaret yang menyadari kedatangan perempuan penyembuh itu langsung menyapanya dengan senyuman lembut. "Ah. Selamat datang, Elina."
Elina membalas dengan senyuman seraya mengangguk pelan. Namun, perhatiannya seketika teralihkan saat tak sengaja melihat kartu di tangan Dimas. Elina langsung menatap wajah lelaki itu dan bertanya dengan penuh antusias. "Apa itu kartu anggota Serikat Petualang milikmu, Dimas?"
Dimas hanya menggaruk kepalanya seraya tersenyum canggung. "Eh? Umm …, begitulah."
Seketika Elina tersenyum sumringah lalu kembali bertanya. "Jadi, sekarang kamu sudah resmi menjadi Petualang?"
"Yah .... Kurasa begitu," ucap Dimas yang masih merasa canggung.
Elina seketika mengalihkan pandangan kepada Margaret dan bertanya dengan antusias. "Kalau begitu, bisakah saya memasukkan Dimas ke dalam kelompok saya, Nyonya Margaret?"
Melihat reaksi Elina yang sedikit kekanak-kanakan itu, Margaret hanya dapat menghela napas panjang. Kemudian dia mengangguk pelan seraya tersenyum. "Boleh saja. Tapi, kamu harus mengajari dia terlebih dahulu."
Elina kembali tersenyum sumringah, seakan keinginannya terkabul dengan mudah. "Saya mengerti, Nyonya. Saya akan mengajarinya bersama dengan Cheryl."
Sementara itu, Dimas yang sedari tadi menyimak terpikir sebuah pertanyaan dalam benaknya. Merasa pensaran, dia pun bertanya pada Elina. "Umm. Apa kamu datang ke sini untuk mencari misi, Elina?"
"Eh, iya. Aku lupa," ucap Elina lalu menepuk keningnya. Dia langsung menatap wajah Dimas lalu menambahkan, "Sebelum itu, apa kamu mau menemaniku berbelanja?"
"Yah, boleh saja. Lagi pula, saat ini aku tidak ada kegiatan."
Elina tersenyum ceria. Dia menoleh ke arah Margaret lalu berkata, "Kalau begitu, kami pamit dulu, Nyonya Margaret. Aku akan kembali besok untuk memeriksa misi."
Margaret hanya mengangguk singkat untuk mengiyakan. Sementara itu, Elina seketika menarik tangan Dimas dan pergi. Melihat tingkah mereka yang dirasa sedikit kekanak-kanakan itu, Margaret hanya bisa geleng-geleng lalu menghela napas sejenak. "Ah, indahnya masa muda," gumamnya pelan.
Setelah meninggalkan Serikat Petualang, Elina bergegas membawa Dimas ke distrik utara, tempat dimana berdirinya pasar terbesar di Baviles. Benar saja, setibanya di sana berjejer puluhan kios beserta tenda menjajakan bahan makanan seperti daging, sayuran dan juga bermacam rempah-rempah. Tak hanya itu saja, mereka juga menjual peralatan memasak dan juga makanan ringan. Tiba-tiba hidung Dimas mencium aroma daging panggang. Rupanya beberapa meter dari tempat dia berdiri, seorang wanita sedang membuat makanan berupa daging dan sayuran yang ditusuk dalam kios tendanya
Aroma daging dan sayuran yang dipanggang membuat mulut lelaki itu mengeluarkan air liur. Tak pelak perut pemuda itu seketika keroncongan karena tak sempat sarapan. Melihat reaksi Dimas sontak membuat Elina refleks menutup mulutnya lalu tertawa geli. "Ya ampun, Dimas. Sepertinya kamu sedang lapar, ya?"
Wajah Dimas seketika merah padam. Dia merasa malu bukan main karena tergoda oleh aroma makanan. "Eh? Umm .... Yah …, a—aku belum sempat sarapan tadi. Ehehehe …." jawabnya kikuk sembari menggaruk kepala.
Elina terus tertawa geli, sampai-sampai salah satu tangannya memegangi perut. Setelah agak tenang, dia berkata, "Baiklah, aku akan membelikanmu makanan. Maaf, aku tidak tahu kalau kamu belum makan."
Dimas hanya diam untuk sesaat seraya tersenyum canggung. "Yah ..., ti—tidak apa-apa. Lagipula, tadi aku merasa sangat senang telah diterima sebagai petualang. Sampai-sampai lupa makan."
Elina akhirnya membeli beberapa tusuk daging panggang lalu memberikannya kepada Dimas. Tanpa banyak basa-basi, dia langsung melahapnya sampai habis. Elina dan pedagang daging itu hanya bisa tertawa saat melihat kelakuan pria tersebut. Setelah menyantap makanan, Elina dan Dimas kembali berkeliling. Perempuan penyembuh itu membeli sayuran, daging dan beberapa rempah-rempah. Tak terasa, 30 menit sudah berlalu begitu saja. Elina langsung mengajak untuk segera pergi dari pasar karena ingin membantu ibunya menyiapkan makan siang. Dimas dengan sigap membantu dengan membawakan belanjaan perempuan tersebut.
Di tengah perjalanan, Elina bertanya, "Oh iya, Dimas. Apa kamu bisa mampir ke rumahku?"
Dimas refleks menatap Elina lalu balik bertanya "Eh? Ada apa memangnya?"