Ran
Hujan turun deras di malam itu. Langit tampak gelap, seperti sengaja menyembunyikan sesuatu dari dunia. Di sebuah gang belakang, sepi, becek, bau alkohol dan darah yang belum kering, seorang anak remaja berdiri sendiri.
Ran, remaja 15 tahun. Matanya tajam, tidak terlihat kejam. Tangannya berdarah.
Tiga pria dewasa terkapar di belakangnya, dua masih mengerang, satu tak bergerak.
Dia tahu cara bertarung dan bertahan.
Dari ujung kegelapan, muncul satu sosok tua berpakaian merah gelap.
Wajahnya tenang. Sorot matanya tajam, dan dalam.
Namanya, Master Sefu.
Sang master yang sudah lama menghilang dari dunia bela diri.
“Anak sepertimu biasanya mati malam ini.”
“Tapi kamu tidak.”
Ran menoleh, lelah ... tidak takut.
“Kalau kau mau ikut mukulin aku, antri aja.”
Sefu tersenyum samar.
“Aku tidak tertarik memukulmu. Aku hanya ingin tahu… kenapa kamu tidak lari?”
Ran diam sebentar.
Lalu menjawab, “Aku tidak terbiasa lari dari lawan”
Di situlah dimulai, pertemuan antara Ran remaja dan Master Sefu, awal diakuinya Ran sebagai calon murid oleh Master Sefu, untuk saat itu Ran tidak diajak ke Dojonya, masih sebagai seseorang yang harus dia uji.
“Bela diri bukan soal menghajar orang. Beladiri itu tentang memilih siapa yang kamu izinkan berdiri di belakangmu,” lirih Sefu.
***
Sementara itu, di sisi Lain …
Di sisi lain kota, jauh dari kehancuran dan tanggung jawab, ada anak lain. Juga remaja.
Namanya Ray seumuran dengan Ran.
Seseorang yang ingin menjauh dari semua hal berat dalam hidup, penuh pelarian, enggan terlibat konflik besar maupun kewajiban yang harus dipikul, walaupun pada akhirnya konflik besar itu akan jadi takdirnya.
Bertarung di arena bawah tanah.
Bertaruh nyawa bukan untuk melindungi siapa-siapa, hanya untuk membuktikan satu hal: Kalau dunia ini brutal, maka aku harus lebih brutal darinya.
Guru Ray bukan sosok tenang.
Namanya hanya dikenal sebagai Kellen, mantan pasukan bayangan, pelatih dari dunia hitam, pencipta petarung-eliminator.
Ray adalah murid terbaiknya.
Penuh kemarahan, penuh teknik, penuh luka.
Berbeda dengan Ran, Ray tidak pernah menolak kekerasan.