Valdera - Dua Bayangan

Lora Arkansas
Chapter #3

Napas Bayangan Pertama

Napas Bayangan Pertama, Shadow Chamber, Ruang Latihan Dalam

Latihan pertama Ran di Shadow Chamber, di tempat yang tidak begitu terang lebih terkesan gelap, selain melatih tubuh, juga hati dan keberanian untuk memilih jalur hidupnya sendiri.

Langit-langit tinggi dan di beberapa sudut terlihat disinari obor. Dinding-dinding batu bergema oleh suara langkah kaki para murid. Hari ini, semua perhatian tertuju pada satu wajah baru: Ran.

Dari belakang, Master Sefu berdiri tenang, tangannya di belakang punggung, matanya tak berkedip.

“Di sini, kita tidak hanya belajar menyerang… kita harus tahu kapan tidak melakukannya. Itu jauh lebih sulit,” kata Sefu dengan lantang.

BAMMM!

Pintu kayu berat tertutup rapat.

Ran berdiri di atas pola lingkaran besar yang dikenal sebagai Ring of Shade.

Dari sisi seberang, keluar seorang murid senior berambut cepak.

Tangannya menggenggam dua toya kayu.

“Jurus pertama: Dengarkan sebelum bereaksi,” ucap Sefu.

SRAAKK!

Toya itu meluncur ke arah Ran, memecah udara. Ran terkejut, langsung menunduk. Nafasnya tersengal, gerakannya cekatan. Langkah mundur, lalu berputar ke kanan.

TAP! TAP!

Bunyi sepatu menyentuh batu. Matanya tajam, menanti celah.

TRAKK!

Toya menyerempet bahunya.

Ran terlihat menahan sakit. “Ternyata … lebih cepat dari jalanan .…”

“Tentu saja. Di sini, kami tidak hanya memukul. Kami membaca jiwa lawan,” ucap Sefu dengan datar.

Serangan kedua datang lebih cepat ... kali ini, Ran tidak mundur, menanti serangan itu datang kepadanya.

Dia memutar pinggang, lalu menjatuhkan tubuh untuk menyapu kaki lawannya.

BRUGHHH!

Murid senior tergelincir sebentar, waktu yang cukup untuk Ran melepaskan diri dan berdiri lagi, dadanya naik turun.

“Cukup,” kata Sefu. Ia kemudian menatap Ran. “Kau belajar cepat. Ku lihat kau menahan dirimu, kenapa?”

“…. Kalau aku terlalu keras, dia mungkin luka. Aku tidak ingin begitu,” sahut Ran.

Hening.

Beberapa murid tersenyum sinis. Master Sefu mengangguk pelan.

Sefu berkata dengan pelan, “Itu kekuatanmu, hati-hati … dunia tidak selalu menghargai belas kasihan.”

 ***

Larut Malam, Setelah Latihan

Ran duduk di sudut ruang, membalut lukanya sendiri.

Lihat selengkapnya