VALE N' TINO

Yant Kalulu
Chapter #1

LIMA GADIS KLEPTO

Hari mulai beranjak sore. Matahari sudah berada di ujung Barat. Udara kota Jakarta masih menyisakan hawa yang cukup panas. Lingkungan di sekolah sudah mulai lengang. Hanya kelepak burung yang terdengar di antara pohon-pohon. Mereka hendak menyiapkan tempat istirahat sebelum petang menjelang. Di kelilingi pohon-pohon yang rimbun dan halaman yang luas, sekolah itu tampak asri. Suasana sore di SMA Damai Jakarta atau SMA DJ memang terasa damai. Ya, begitu asri dan damai sesuai dengan namanya.

Tempat parkir sekolah tampak sepi karena guru dan murid-murid sudah pulang.

Gedung SMA DJ berbentuk U, terdiri dari empat lantai. Ruang-ruang kelas menyebar di semua lantai, berkelompok sesuai dengan kelas dan jurusannya. Ruang pendukung seperti Perpustakaan, UKS, Kantor Guru, Kantor TU, dan Kantor Kepala berada di lantai satu dan dua. Di Tengah Gedung terdapat lapangan upacara yang berfungsi juga sebagai lapangan basket. Di belakang gedung sekolah terdapat kolam renang, kantin, dan lapangan parkir.

Dari ruang kelas XI IPA-4 tampak seorang gadis membuka pintu kelas. Perlahan gadis itu berjalan menyusuri lorong sekolah dengan berjingkat, diikuti keempat gadis yang lain. Kelimanya berjalan pelan, menahan langkah agar tak bersuara. Kelima gadis itu pun mengendap-endap menuruni tangga dari lantai tiga menuju ke kantor kepala sekolah di lantai dua. Sesekali mereka menengok sekeliling koridor, dan berbisik satu dengan yang lainnya. Kelima gadis itu anggota geng yang namanya sudah tak asing di lingkungan SMA DJ. Geng D’Klepto.

Konon kelima gadis itu suka iseng dan jail. Bahkan mereka bukan sekedar jail, tetapi mereka punya kecenderungan mengambil barang milik teman-temannya dan warga sekolah. Kabar bahwa mereka itu mempunyai sifat panjang tangan, memang baru desas-desus belaka. Setiap ada berita kehilangan barang di sekolah, pastilah telunjuk mengarah ke Geng D’Klepto.

Sebenarnya belum ada bukti yang valid bahwa kelima gadis itulah pelaku pencurian. Tetapi yang menjadikan kelima anak itu sebagai tersangka karena setiap ada kehilangan barang, mereka sendiri yang berkoar-koar bahwa mereka tahu siapa pencuri dan di mana barang tersebut berada.

Dari tingkah mereka yang suka jail, dan banyaknya kasus kehilangan barang, serta dari pengakuan mereka sendiri sebagai kelompok yang bertanggung jawab atas hilangnya barang, sehingga warga sekolah memberikan sebutan D’Klepto bagi kelima gadis itu.

Di lorong sekolah, kelima gadis itu berjalan mengendap-endap. Tampak paling depan seorang gadis setinggi seratus tujuh puluh lima dengan rambut sebahu. Valerie Widjaya, pemimpin geng - Queen of The Gangsta - gadis paling tajir di di sekolah itu. Dialah yang disebut sebagai Putri Bos, karena faktanya Valerie adalah putri Pak Djaya Widjaya atau Pak DJ, yakni ketua yayasan sekaligus pemilik sekolah itu.

Pak Djaya Widjaya adalah salah satu orang penting di wilayah tersebut. Menurut gosip Pak Djaya Widjaya adalah teman main golf Pak Gubernur. Bahkan, konon kabarnya dia juga mantan teman TK-nya Pak Menteri Pariwisata tahun jebot dulu. Foto-foto Pak DJ bersama pejabat banyak di pasang di lorong-lorong kelas. Dan kenyataannya, Pak DJ adalah pengusaha sukses. Bisnis Pak Djaya Widjaya menggurita. Dia adalah konglomerat kelas kakap pemilik beberapa perusahaan berkelas internasional, mulai dari produsen mie, pabrik ban mobil, pabrik sepatu, sampai perusahaan pemasok sayap pesawat tempur di Angkatan Udara.

Pak DJ mendirikan yayasan yang menaungi beberapa sekolah sebagai bentuk kepedulian sosial. Perusahaan menyediakan beberapa persen dari CSR-nya untuk pendidikan masyarakat. Maka tak heran bila sekolah ini diberi nama SMA Damai Jakarta - SMA DJ, sesuai dengan inisial namanya. Di lingkungan wilayah itu, sekolah mereka terkenal sebagai sekolah untuk anak-anak borju. Maka tak heran kalau pada jam-jam sekolah, di tempat parkir sekolah berjejer mobil-mobil kelas wahid. Hampir sebagian anak membawa mobil sendiri. Sebagian lainnya diantar oleh sopir pribadi.

Kelima gadis itu masih mengendap-endap di lorong sekolah. Di belakang Valerie, seorang gadis berpostur langsing berjalan dengan setengah berjingkat. Aurel, adalah gadis paling centil di geng tersebut. Selain bercita-cita sebagai Miss Universe, dia juga ingin suatu hari menjadi Guru PAUD. Dua impian yang mulia, bukan? Teman-temannya suka menyebutnya IBG - Itchy Bitchy Girl, alias Cewek Gatel. Walau sebutan itu bernada melecehkan, tetapi Aurel sendiri tidak begitu peduli dengan sebutannya. Bahkan dia nampaknya justru bangga dengan label IBG tersebut. Terkadang dia malah meng-ekspos kegenitan dan kegatelannya itu di kelas, terutama di depan guru-guru yang good-looking.

Aurel suka over-acting dan caper kalau di depan Pak Kumis - guru Fisika mereka. Padahal seantero sekelas paling gemetar kalau berhadapan dengan Pak Kumis, tetapi tidak dengan Aurel. Oleh teman-temannya, guru paling killer itu mendapat julukan The Destroyer of School. Tapi bagi Aurel, Pak Kumis adalah The Sweetest Man of The World. Dan entah kenapa, Pak Kumis – Si Guru Sadis itu – bisa berubah seperti ayam sayur kalau berhadapan dengan dengan Aurel. Tiba-tiba dia jadi letoy, loyo, penurut, dan menjadi sangat lembut.

Walau begitu Aurel sebenarnya mempunyai jiwa yang lembut dengan tutur kata yang lebih runtut. Selain Pak Kumis, Aurel mengaku juga menyukai Pak Prapto, Guru Bahasa Indonesia berusia empat puluh lima tahun dan sudah menduda lima belas tahun. Baginya, Pak Kumis hanyalah unsur pelengkap dalam komposisi kimianya. Sedang Pak Prapto, mempunyai fungsi yang lebih vital. Pak Prapto bagaikan huruf-huruf dan tanda baca yang menyusun kalimat-kalimat indah dalam lembaran hidupnya.

“Enak kalau bicara dari hati ke hati dengan Pak Prapto, bahasanya tertata. Kalimatnya mendalam sampai ke dalam jiwa...!” ujarnya suatu hari. Dan keempat temannya hanya mengernyitkan jidat dengan ekspresi jijik. “Sakit lo!” sahut Valerie saat itu. Dan si Aurel cuma nyengir.

Anggota geng lainnya adalah, si kembar Lolly dan Poppy. Dua gadis kembar itu walau kadang agak-agak telmi, tapi merekalah anggota paling nekat dan paling sableng. Kedua gadis kembar ini suka dipanggil Lolly-Pop alias Permen Kenyot. Walau agak konyol, sebenarnya mereka berdua adalah anggota geng yang paling loyal. Mereka mau melakukan apa saja demi bisa bergabung di geng itu. Kekonyolan dan kenekatan gadis kembar itu kadang-kadang tidak masuk akal. Kalau sudah mendapat perintah dari Valerie, mereka berdua rela melakukan apa saja. Disuruh keliling lapangan sambil teriak-teriak dengan out-fit gila atau dengan jaket tebal di siang hari bolong pun, kedua anak itu akan lakukan demi menghibur Valerie.

Yang paling belakang yaitu Vinka, gadis dengan postur paling subur. Dia adalah anggota geng yang paling galak. Hobinya makan, sekaligus paling demen ngomel-ngomel. Si Gendut-Galak, begitu teman-temannya memanggil dia. Walaupun tukang makan dan over-weight, tetapi dia mempunyai pikiran yang paling encer di antara kelima gadis-gadis ini. Dialah otak dari geng itu. Hampir semua kejailan dan keisengan geng adalah hasil dari pemikiran Si Gendut ini. Dia adalah orang nomor dua di kelompok itu, sekaligus wakil geng.

Kelima gadis itu kini mengendap-endap masuk kantor kepala sekolah. Setelah merasa aman, kelimanya segera masuk dan mengunci ruangan dari dalam.

“Vale, kita sudah aman belom nih?” tanya Poppy. Gadis yang disebut namanya mengangguk.

“CCTV sudah diamankan, kan?” tanya Vinka pula.

“Santai aja, Gee! Anak bos ini pasti sudah membereskan tetek-bengek yang remeh-temeh semacamnya!” sahut Aurel menjelaskan. “Bukan begitu, Vale?”

Kembali Vale hanya mengangguk.

“Vale, boleh gak AC-nya dinyalain?” ujar Lolly setengah berbisik, “Gerah nih”

“Jangan...! Nanti kalau lo nyalain AC, dengungnya kedengaran dari luar. Satpam jadi tahu kalau ada manusia di dalam sini!” sahut Vale.

“Soalnya, udara panas banget nih!” Lolly mengeluh.

“Padahal ramalan cuaca bilang, sore ini Jakarta hujan gede. Nih, boro-boro hujan, mendungnya aja kagak keliatan!” ujar Poppy, saudara kembarnya ikut menimpali.

“Emang kalian dengar tentang ramalan ngawur itu di mana?” tanya Aurel.

“Di podcast Kiss Me Wildly

Kiss Me apa? Acara macam apaan itu, kedengaran parno banget di telinga. Jangan-jangan live podcast yang streaming tengah malam, obrolan yang penuh desahan-desahan mendayu?”

“Yeahhh, loe kagak gaul. Emang lo nge-fans podcast apaan?”

“Dia mah dengerinnya di frequensi planet jebot!” sahut saudara kembarnya gantian membela.

“Sudah..sudah! Berisik melulu kalian!” kata Vale menengahi.

“Iya nih, Ceking sama Permen Kenyot!” sahut Vinka sambil melotot.

“Woy dasar gendut, dia yang mulai!” ujar si kembar serempak membela diri.

“Ampun deh kalian! Kita kemari mau berantem apa mau beraksi?” tanya Vale sambil berkacak pinggang, “Kapan kalian kerjanya?”. Dan keempat gadis itu pun nyiut nyalinya begitu mendengar ketua geng sudah bicara keras. Kelima gadis pun mulai beraksi kembali, mencari sesuatu benda yang menjadi target klepto mereka.

Sesuai dengan kesepakatan geng, sore ini mereka akan meng-eksekusi alias mau ngembat tongkat milik Miss Eva, Ibu Kepala Sekolah mereka. Alasannya, mereka merasa terganggu kalau lagi belajar terdengar tak-tok-tak-tok, bunyi tongkat itu di lorong kelas. Miss Eva punya kebiasaan kalau monitoring kelas dia berjalan-jalan keliling seluruh sekolah. Dengan langkah yang dianggun-anggunkan dan bunyi tongkatnya sengaja di ketuk-ketukkan ke lantai. Biar kedengaran lebih wibawa. Dan bunyi langkah Miss Eva yang dipadu dengan bunyi tongkat tersebut ternyata cukup efektif membuat penghuni sekolah itu menjadi ciut nyalinya. Guru-guru yang semula loyo waktu mengajar atau sedang sibuk dengan HP-nya, begitu mendengar bunyi tak-tok-tak-tok itu menjadi lebih semangat dan langsung membuang HP-nya. Murid-murid yang awalnya rusuh atau mondar-mandir antara kelas-toilet, begitu mendengar bunyi tak-tok-tak-tok itu, tiba-tiba langsung tertib atau hilang nafsu pipisnya. Bunyi ketukan tongkat Miss Eva seperti mempunyai daya magic, membuat kelas, lorong, dan sekolah terasa mencekam.

Dari alasan-alasan itulah makanya D’Geng bertekad mau mengambil tongkat tersebut untuk disimpan di galeri mereka. Dan setelah melalui diskusi, berdebat, berantem, dan persiapan taktis, kini kelima gadis itu dengan mulus bisa masuk ke ruang kepala sekolah. Mereka harus menunggu di kelas beberapa jam menunggu Miss Eva pulang, keluar dari kantornya.

Setelah merasa aman dan bisa ‘menguasai’ wilayah Miss Eva ini, kelimanya leluasa beroperasi mencari tongkat itu di kantornya. Selagi teman-temannya sibuk mencari-cari targetnya, Aurel duduk di kursi kebesaran Miss Eva. Kakinya dinaikkan ke meja kerja di depannya sambil digoyang-goyangkan sepatunya. “Hello world, this is my Kingdom!” ujarnya lantang.

“Dasar sarap!” sahut Vinka sambil membuka-buka laci meja. Selama beberapa menit berempat pun kembali mencari-cari objek buruannya.

“Ihhh Vale, panas nih. Udahan yuk!” bisik Si Kembar Lolly.

“Iya nih... Gue mulai gerah nih!” sahut Poppy saudara kembarnya.

“Bentar, dikit lagi. Tanggung kita sudah sampai di sini!” jawab Vale sambil melongok belakang lemari arsip di pojok kantor.

“Wahai angin senja, tak bisakah engkau mengirim kesejukan pada jiwa-jiwa yang kering ini?” kata Aurel sambil menghembuskan nafasnya ke arah teman-temannya. Kakinya masih nangkring di meja.

“Aurel, shut up!!” sahut Vale

“Bila lisan harus tertutup, sementara jiwa panas menggelora, maka hanya akan melahirkan raga-raga kegerahan dengan keringat bercucuran di dahi kita!” jawab Aurel bergeming di kursi kebesarannya.

“Anj*r, berisik nih Ceking!” teriak Vinka, “Diem lo! Bukannya bantuin nyari, malah ongkang-ongkang kayak boss aja loe!”

“Nay-nay... Vinka Malinka! Tidak tahukah engkau, di sini adalah daerah kekuasaan Miss Syantik, you gak boleh marah-marah. Tak ingatkah kau akan petuah guru kita, kalau kerja harus dengan rasa ikhlas bukan dengan mengeluh begitu. Aku bekerja dengan gayaku bukan dengan caramu!”

Vinka cemberut dan tambah sewot. “Lolly-Poppy, kalau lo pada capek kerja, kalian berdua duduk aja di sofa itu. Loe seret Si Ceking dan jagain dia. Bekap mulutnya, biar tidak pusing kepala dengar ocehannya!”

“Stop..!” ujar Aurel sambil menjulurkan tangan ke arah Si Kembar yang hendak mendekati dirinya. “Kalian bantu mereka, biarkan diriku berfikir memeras otak untuk menemukan tongkat ajaib itu!” Dan Si Kembar pun menurut. Ketika keempatnya kembali sibuk mencari objek klepto-nya, Aurel berdiri dan memberikan instruksi, “Hei girls, coba kalian cari tongkat itu di keranjang payung sebelah sana!” ujarnya, “Mungkin Miss Eva naruhnya di antara payung-payung itu.” Keempat temannya nurut aja mengikuti perintahnya. Ternyata di sana tak ditemukan benda yang dicarinya. “Atau, coba kalian cari di belakang pintu itu!” Keempat temannya pun patuh mengikuti instruksinya. Nihil juga.

Lihat selengkapnya