Hari masih pagi. Jam baru menunjukkan pukul 06.05. Bahkan udara masih terasa dingin. Meski begitu halaman sekolah sudah tampak ramai. Di tempat parkir mulai tampak mobil masuk, milik guru dan murid. Beberapa anak sedang bergerombol di kantin. Walau belum banyak tenant kantin yang buka, tapi tempat itu sudah ramai. Sebagian mereka menikmati sarapannya, sebagian lagi menyelesaikan tugas yang semalam belum sempat dikerjakannya.
Di Pos Satpam, empat gadis anggota D’Klepto sudah nongkrong di situ. Pos Satpam adalah ruang transit bagi sebelum menuju ke base-camp mereka, yakni ruangan khusus yang disebut sebagai galeri. Pos Satpam sendiri letaknya bersebelahan dengan galeri. Para satpam yang bertugas jaga tidak bisa mengusir mereka karena tahu bahwa salah satu geng adalah anak Bos. Anggota geng D’Klepto sendiri sudah sangat familiar dengan para security yang berjaga di pos itu. Sering gadis-gadis itu membawakan minuman atau kue buat para security sehingga secara alami terjalinlah simbiosme mutualisme antara kedua belah pihak.
Pagi itu keempat gadis anggota D’Klepto sedang menunggu Valerie, ketua geng mereka. Keempatnya asyik dengan smartphone-nya masing-masing. Pak Wiryo – Satpam yang piket pagi itu, tampak masih pulas tertidur. Sementara televisi di depannya tengah menyiarkan acara musik goyang yang heboh.
Vinka sedang memencet-mencet HP-nya. Si Kembar Lolly-Pop mulai iseng ngerjain Pak Wiryo yang ketiduran di kursinya. Nampaknya Satpam itu kecapekan karena dinas jaga semalem. Sementara Aurel mondar-mandir sambil mulutnya berkomat-kamit mengikuti lagu dari HP yang dipegangnya. Head-set menempel di kepalanya.
“Kau jadi bagian hidupku...!” suaranya melengking mengikuti lagunya Tulus dari HP-nya.
“Si Vale kemana ya? Jam segini belum datang?” tanya Vinka, mukanya menoleh ke Aurel. Aurel cuek tidak menjawab.
“Walau harus menunggu, seribu tahun lamanya... Yey... yeah!” suaranya makin melengking tanpa acuh.
“Tadi Vale nelpon loe, gak?” tanya Vinka lagi, kali ini menoleh ke si kembar. Keduanya tidak peduli, mereka masih asyik ngerjain Satpam.
“Wooii! Gue ngajak ngomong kalian kagak ada yang nyambung, sih!” teriak Vinka merasa dirinya dicuekin.
“Apaan sih mengganggu orang aja. Lagunya lagi enak nih!” jawab Aurel sambil mengecilkan volume lagu.
“Eh, loe juga, Kembar Kenyot! Kalian kaya gak ada kerjaan orang lagi tidur dikilik-kilik gitu…!” ujar Vinka jengkel.
“Ssst…. liat, sebentar lagi Pak Wiryo bangun nih!” sahut Poppy.
Vinka bertambah jengkel. “Oohh, loe cuma mau bangunin Pak Wiryo? Percuma loe kilik-kilik gitu. Pake tiang listrik juga kagak bakalan bangun. Nih, gue kasih tau caranya….!” Kemudian Vinka mencet beberapa nomor dari HP-nya. Dia memutar nomor telpon yang terhubung ke Pos Satpam itu. Tidak lama kemudian telpon di meja jaga itu berdering.
Pak Wiryo yang tertidur kaget mendengar telpon berdering, hampir saja dia terloncat. Dia bengong di ruang jaganya sudah ada beberapa gadis. Dia beranjak mau meraih gagang telpon. Tapi dia kalah cepat dengan Vinka. Gadis itu sudah duluan mengangkat telpon. Dengan meyakinkan anak itu berakting pura-pura bicara dengan seseorang.
“Halo Miss Eva!” jawabnya pura-pura. “Ooh Miss Eva mau cari Pak Wiryo!” kata Vinka seperti berbicara dengan seseorang, “Pak Wiryo sedang tidur nih, Miss….!”
Miss Eva adalah Kepala Sekolah mereka. Selain jutek bin judes, orangnya suka ngomel-ngomel ke siapa saja. Guru, karyawan dan anak-anak paling takut kalau berurusan dengannya.
“Eeh…, saya sudah bangun Non! Saya sudah bangun!!” ujar Pak Wiryo gelagapan.
“Dia susah dibangunin, Miss!” kata Vinka lagi. “Dia disuruh ke kantor sekarang, Miss?”
“Waduh, Non! Saya sudah bangun, sini!” ujarnya sambil merebut gagang telpon dari Vinka. Ketiga temannya cekikikan melihat Pak Wiryo ketakutan sampai pucat seperti mayat.
“Halo, Miss Eva! Halo Madame …, gut murning, Miss Eva! Halo… Madame Eva!” teriaknya di gagang telpon, “Madame, gimana nih, halo!”
“Hayooo loe, Pak Wiryo! Sukurin dipanggil Miss Eva loe!” ledek Lolly.
“Hallo Miss Eva! Madame, saya datang secepatnya…!”
“Eh, Pak Wiryo kok pucat banget, emang kenapa? Ketahuan ketiduran ya” tanya Vinka.
“Waduh, gimana Non? Madame Eva kayaknya marah sama saya, telponnya diputusin. Wah, bakalan dapet ganjaran saya…!”
“Gak, Pak! Tenang saja! Pak Wiryo gak bakal diapa-apain! Malahan nanti bapak bakalan dikasih bonus karena sudah jagain sekolah semaleman!” hibur Aurel.
“Iya! Makanya buruan Pak Wiryo ke kantor sekarang…!” kata Vinka judes.
“Waduh, cilaka Non!” ujar Pak Wiryo sambil tergopoh-gopoh keluar pos menuju ke kantor kepala sekolah.
“Idih, Gendut!” kata Aurel sambil nonjok lengan Vinka, “Sadis sekali kau ya, tega sama orang tua!”
“Habisnya loe pada.... Gue ngomong, loe pada cuek!” sahut Vinka.
“Tapi gak bolehlah begitu juga!” lanjut Aurel, “Bagaimana pun kita harus menghormati para orang tua. Apapun status mereka!”
“Halaaahhh... Loe tadi juga ikut ngetawain!” ujar Vinka tak mau kalah
“Iya juga sih...! Itulah kelemahan jiwaku, tak bisa berkata tidak walau sebenarnya batinku menolak!”
“Ahh ta*k loe!” sahut Vinka lagi. Ketika mereka sedang berdebat dan beradu kata, tiba-tiba seorang gadis masuk ke pos satpam dengan wajah murung.
“Eh, nih dia! Dari mana aja loe Vale?” tanya Poppy begitu Vale masuk ke pos. Vale cuek, dia membanting tasnya dan duduk di kursi Satpam.
“Habis ngecengin anak-anak kampus sebelah loe ya?” sahut Lolly.
“Idih, kegatelan!!” jawab Vale ketus. Keempat temannya mengangkat pundak melihat bos-nya sewot. Mereka pun ikut-ikutan duduk tanpa ada yang berminat membuka pembicaraan. Di tengah kebisuan tiba-tiba Poppy menarik lengan Aurel.
“Hei Aurel sini loe, liat tuh Si Ricky Macho datang!” ujar Poppy. Dia menunjuk beberapa anak laki-laki kelas XII IPS yang lewat di depan pos satpam. Ricky, cowok kakak kelas yang paling suka ngejailin Aurel, ada di antara mereka. Begitu lewat di depan pos, Ricky menoleh ke gadis-gadis itu. Kerlingannya menggoda Aurel.
“Halo, Model! Kita ngapain yuuk!” teriak Ricky ke arah Aurel.
“Efff**ck youu!” balas Aurel dengan mulut monyong. Ricky ketawa sambil berlalu.