VALE N' TINO

Yant Kalulu
Chapter #4

IBU KEPSEK YANG KEMAYU

Jam pelajaran ketiga di SMK BUI baru mulai. Pak Sidhi masuk ke kelas XII Elektro. Dia menjelaskan tema tentang Electricity Tools. Selesai menjelaskan materinya, dia bertanya kepada anak-anak tentang topik yang dibahas. “Ok class, any question about the topic?” Anak-anak hanya diam. Kelas hening. Beberapa anak saling berpandangan, yang lainnya menundukkan kepalanya. Mungkin mereka sudah paham, atau mungkin gak ngerti yang diomongkan. Only God knows.

Karena tidak ada yang bertanya, Pak Sidhi memberikan tugas kelompok kepada anak-anak. Anak-anak berkelompok sesuai dengan tugasnya. Setengah jam kemudian mereka sudah selesai mengerjakan tugas.

Ketika jadwal mengajarnya di sekolah itu sudah selesai, Pak Sidhi buru-buru keluar kelas menuju ke kantor. Setelah menaruh kertas tugas itu di mejanya, dia menyambar jaketnya yang tergantung di kursi. Dia harus bergegas mengejar waktu untuk mengajar di SMA DJ pada jam 10.00 ini. Dia ada jadwal di sana dua jam pelajaran setelah istirahat pertama.

“Sid, mau kemana? Nanti ada meeting dengan yayasan!” kata Pak Siswo, guru Olah Raga.          

“Siippp, ntar aku nyusul deh! Jam satuan, kan?” sahutnya.

“Iya..! Hai, kamu mau kemana? Kalau ada proyek bagi-bagi dong!”

“Bereslah, kapan-kapan aku ciprat-cipratin!” kata Pak Sidhi sambil men-stater motornya. Setengah jam kemudian dia sudah sampai di tempat parkir SMA DJ. Motornya termasuk barang langka di tempat itu. Bukan karena tahun produksinya, tapi di sekolah itu motor hanya dipakai oleh karyawan atau pedagang di kantin. Tempat parkir itu sebagian besar dipenuhi oleh mobil-mobil guru dan punya murid-murid. Di pojok, di dekat koridor selalu terparkir mobil sport warna merah. Nomor polisinya mencolok; B 1 RU. Tak asing lagi, pasti mobil anak bos.

Ketika Pak Sidhi berjalan menyusuri koridor dari Aula Utama menuju ke Ruang Kantor Kepala Sekolah, Miss Eva sudah menunggu di ujung koridor.

Morning, Mr. Jawa, ehhh… Mr. Sidhi!” tegurnya.

Hey, good morning Miss Eva. Very glad to meet you!”

"Can I talk to you…?” ajaknya dengan nada kemayu.

Sure, saya tentu sangat gembira bisa memenuhi undangan Miss Eva….!” jawab Pak Sidhi sopan. Miss Eva nampaknya terkesan dengan sikap itu. Maka segera diajaknya Mr Sidhi ke kantor.

Miss Eva adalah Kepala Sekolah di SMA DJ. Namanya cukup disegani di kalangan guru dan karyawan. Selain orangnya disiplin, beliau memang sangat dekat dengan Pak DJ, Ketua Yayasan. Miss Eva orang yang sangat loyal kepada sekolah. Itulah sebabnya Pak DJ sangat percaya padanya. Bahkan loyalitas Miss Eva kepada sekolah ini melebihi siapa pun.

Pada waktu sekolah ini mendapat kritikan dari sebuah media karena dikenal sebagai sekolah yang ekslusif. Sekolah ini dianggap sekolah anak borju yang tidak menerima murid-murid dari keluarga miskin. Untuk mengklarifikasi berita tersebut, Miss Eva-lah yang turun tangan. Awalnya Miss sewot bukan main setelah membaca berita di media lokal tersebut. Dia segera mengundang beberapa wartawan untuk mengadakan press release.

Kepada para awak media Miss Eva menjelaskan tentang visi dan misi sekolah yang menjunjung tinggi kesetaraan, sekolah yang inklusif, lembaga pendidikan yang tidak membedakan strata sosial. Dan Miss Eva menggarisbawahi bahwa sekolah itu tidak identik dengan borju. Kalau kebetulan beberapa anak pejabat atau pengusaha banyak yang bersekolah di tempat ini, karena mereka cocok dengan kurikulum yang ditawarkan dan merasa nyaman dengan pelayanan staff sekolah. Walau begitu, kata Miss Eva, sekolahnya juga terbuka untuk siapa pun termasuk murid yang tidak mampu. Terbukti, katanya, setiap tahun SMA DJ memberikan beasiswa bagi murid-murid dari kalangan tidak mampu untuk bersekolah di situ. Semua biayanya ditanggung oleh yayasan. Bahkan untuk warga di sekitar sekolah yang masih menganggur, diberi pekerjaan untuk bekerja di sekolah ini, begitu penjelasan Miss Eva berapi-api.

Sebagai apresiasi untuk para wartawan, pada akhir acara Miss Eva memberikan sebuah map berupa amplop kepada masing-masing wartawan dan minta tolong kepada mereka untuk membuat berita yang positif tentang SMA DJ. “Tolonglah teman-teman wartawan, tulislah hal-hal yang positif tentang sekolah kami. Anda kan bisa mempopulerkan sekolah ini sebagai sekolah yang berprestasi dibanding sebagai ikon sekolah borju.”

Selama beberapa hari kemudian berita lokal dan media on-line memuat profile SMA DJ yang berprestasi, merakyat, dan sederhana. tetapi masyarakat tetap saja menganggapnya sebagai sekolah orang kaya.

Miss Eva figur sentral di sekolah itu. Dia sangat dekat dengan Pak DJ. Bahkan dia adalah tangan kanan yayasan untuk urusan sekolah. Walaupun dekat dengan Pak DJ, tapi Miss Eva sangat antipati dengan Valerie, anak Pak DJ. Dia cukup takut dengan Vale. Bahkan kata dokter pribadinya, Miss Eva mengidap Vale-phobia. Gejalanya adalah mual-mual dan masuk angin bila mendengar sekolah ada masalah yang menyangkut Putri Boss itu. Maka apa yang dilakukan Vale di sekolah itu tidak pernah ditegurnya walaupun sebenarnya dia mempunyai catatan kenakalan Vale dan teman-teman gengnya. Dia menaruh kecurigaan dengan anak-anak geng Valerie terkait dengan hilangnya barang-barang murid-murid di sekolah.

Pada suatu petang ketika sekolah sudah sepi, Miss Eva masuk ke ruangan di sebelah pos satpam. Tentu saja dia bisa masuk ke mana saja karena Miss Eva mempunyai semua kunci serep untuk ruangan di seluruh sekolah itu, jadi dia dengan leluasa bisa masuk ke galeri.

Miss Eva kaget melihat ruangan tersebut. Inikah yang dinamakan Vale’s Galerie? Miss Eva terkesima melihat isi galeri itu. Cara menatanya cukup artistik, ada keterangan nama benda, tanggal dan pemiliknya. Sudah pantas disebut sebagai Museum Klepto. Ada beberapa yang dipajang sesuai dengan jenis bendanya. Namun ada juga yang ditaruh begitu saja di rak atau di meja. Dia tidak heran dari mana anak-anak mendapatkan barang-barang ini. Ini pasti hasil kejailan Vale dan gengnya. Mereka benar-benar klepto? Di rak pajangan ada sepatu wanita, ada topi, ada kacamata. Di atas meja ada Buku Daftar Nilai milik Guru Biologi yang belum dipajang.

Miss Eva hampir melotot ketika mendapatkan pipa rokok milik Pak DJ, Ketua Yayasan. Dia ingat ketika Pak DJ sempat uring-uringan karena kehilangan benda miliknya beberapa waktu lalu. Ketika itu Miss Eva menyampaikan, mungkin pipanya ketinggalan di rumah atau di suatu tempat. Pak DJ malah membentaknya karena dia yakin benda itu terakhir dipakainya di kantornya. Miss Eva juga heran mengapa sodet penggorengan punya ibu kantin pun ada di sini juga? Miss Eva ngeri membayangkan ulah anak-anak itu. Mengambil kepunyaan orang lain, kemudian menyimpannya di sini. Wah, ini sudah termasuk tindak kriminal, pikirnya. Suatu saat dia mesti melaporkan temuannya ini ke Pak DJ, ujar Miss Eva dalam hati. Kalau benar begitu dia tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan diberikan kepada mereka. Tapi…., mau diapakan mereka? Kan tidak mungkin juga memberikan hukuman berupa skorsing kepada mereka. Jangan-jangan malah menjadi bumerang baginya. Lantas apa yang harus dia lakukan? Miss Eva tampak putus asa. The Hopeless Miss Eva.

  Hampir sejam lebih Miss Eva ‘menikmati’ koleksi galeri. Antara kagum, marah, dan takut. Miss Eva menjadi lebih kaget ketika menemukan kacamatanya yang dulu hilang tenyata ada di situ juga. “Tapi, mengapa kacamataku nempel di manekin bertopeng Kim Jong-Un?”, tanya Miss Eva dalam hati. Apakah aku sesadis Presiden Korea Utara itu? Sesangar itukah aku? Miss Eva cuma geram sendiri. Pantas dulu aku cari kacamata itu kemana-mana tidak ketemu, akhirnya dirinya pulang kantor naik taksi, karena takut nyetir mobil tanpa kacamata. Dan yang membuat Miss Eva naik pitam, di tangan “Kim Jong-Un” itu sedang memegang tongkat kesayangannya. Tongkat yang dikiranya hilang itu ternyata ada di sini. Diambil anak-anak itu? Ya Tuhan, ia benar-benar marah menyadari bahwa anak-anak itu sengaja masuk ke kantornya dan mencuri tongkatnya. Karena ia yakin bahwa tongkat itu selalu di simpan di tempat spesial di lemari kantor, jadi tidak mungkin tongkat itu ketinggalan di suatu tempat lantas ditemukan oleh anak-anak itu. Artinya mereka memang sengaja mencuri benda kesayangannya langsung di dalam kantornya.

“Kurang ajar!” gerutunya dalam hati. Dua benda miliknya raib di tangan gadis-gadis pencuri itu. Kembali dia mendengus. Apa yang harus dia lakukan, membiarkan dan seakan-akan tidak tahu, atau memprosesnya dengan resiko dia berhadapan dengan Ketua Yayasan. Kembali Miss Eva tampak putus asa. The Hopeless Miss Eva.

Ketika dia menuju pojokan galeri, kembali mata Miss Eva terbelalak melihat photo Pak Sidhi ikut terpampang di situ. Dengan senyumnya yang tak terlupakan, Mr Sidhi berpose terlihat sangat kekar. Rupanya photo wajah Pak Sidhi ditempel pada poster Ryan Gosling, seorang bintang Hollywood yang cuma memakai cawat. Di bawah poster itu tertulis : Mr CD, Big N’ Cool. Miss Eva tersenyum sambil mengira-kira apa kepanjangan CD tersebut. Apakah CD itu inisial namanya, Sidhi? Ataukah itu nama sesuatu yang dipakainya di pangkal pahanya? Tapi, apa pun yang dipakainya dia memang kelihatan cool. Tak bisa dibohongi kalau dia memang ada perasaan tertarik dengan guru Bahasa Inggris itu. Dan ia tersenyum, karena selama ini Pak Sidhi cukup perhatian kepadaku, demikian pikir Miss Eva. Cuma yang bikin jealous, kadang-kadang Mr.Sidhi terlalu dekat dengan murid-murid. Dia terlalu baik pada mereka. Terlalu memberi hati pada murid-murid itu. Miss Eva mulai risau sendiri. Namun yang pasti dia akan mengundang Mr Sidhi ke kantornya untuk berdiskusi tentang tingkah gadis-gadis D’Klepto ini. Selain itu dia ingin ngobrol lebih dekat dengan Mr Sidhi, walau pun dia sadar bahwa Mr Sidhi cukup dekat kelima gadis klepto ini. Gadis-gadis yang menjadi pesaing untuk merebut hati Mr. CD?

 

 ----- ***** -----

 

Pukul empat sore D’Geng masih berkumpul di galeri. Mereka sedang merencanakan target minggu ini. Vale mager dan rebahan di sofa. Sementara Vinka yang memimpin diskusi itu.

“Menurut loe, minggu ini kita mau ngapain, Blue?” tanya Vinka kepadanya.

“Gue sih, terserah aja. Asal semua sepakat, gue juga OK!”

“Gue usul gimana kalo kita embat ban mobilnya Liu, dia anaknya jayus banget’” ujar Poppy.

“Liu anak IPS? Kayaknya loe suka sama dia?” tanya Aurel

“Suka nenek loe!” sergah Poppy sengit, “Dia itu nyebelin banget, tau gak! Masa, pagi-pagi nelpon ke bokap gue katanya baju gue ketinggalan di rumahnya...”

“Padahal yang ketinggalan bukan cuma baju, kan?” sahut Vinka.

Lihat selengkapnya