VALE N' TINO

Yant Kalulu
Chapter #7

SKANDAL SUAP

Bel elektrik tanda pulang sekolah berbunyi. Vinka, Aurel, dan Si Kembar Lolly-Poppy segera beranjak keluar kelas dan bergegas menuju tempat parkir. Mereka sepakat mau main ke rumah Vale sepulang sekolah ini. Waktu ditelpon Vale bilang tidak di rumah, tapi mereka gak percaya. Daripada terus menunggu di galeri, mereka pun nekat mau langsung mendatangi rumahnya. Barangkali saja anak itu berbohong, dan dia tengah bersantai di rumah. Atau yang mereka khawatirkan, Vale lagi sakit sendirian dan tidak ada yang nemenin di rumahnya.

Minggu lalu mereka sudah mengirim video ancaman ke Vale. Dia memberikan respon berupa pesan bahwa dia baik-baik saja. Dia menjelaskan saat ini belum bisa ketemu karena masih ada beberapa urusan. Yang membuat kesel mereka, setelah itu nomornya gak bisa dihubungi, entah dimatikan atau nomor mereka yang diblokir.

“Emang urusan apa sih sampai gak mau ketemu kita?” tanya Lolly waktu itu.

“Urusan bisnis papinya ‘kali!” sahut Poppy.

“Tapi masak iya saampai segitu sibuknya, sampai gak masuk sekolah berminggu-minggu?” ujar Lolly tidak puas dengan jawaban saudara kembarnya. “Atau, jangan-jangan...?”

“Jangan-jangan apa?” potong Poppy.

Lolly gak menjawab. Dia menoleh kepada Vinka dan Aurel, sementara kedua temannya itu diam saja. Lolly yaakin kedua temannya mempunyai pikiran yang sama dengannya. “Jangan-jangan Vale kabur dan gak mau ketemu dengan siapa pun karena dia malu.”

“Malu kenapa?” tanya Poppy.

“Lha, loe pikir sendiri. Apa yang membuat seorang cewek malu sampai kabur dari dunia nyata?” jawab Lolly ketus, “Telmi loe!”

“Bukan begitu, Kenyot! Gue tahu yang loe maksud,” sahut Poppy, “Tapi cara berfikir otak loe terlalu absurd! Loe mau bilang Vale ngumpet karena hamil, kan?’

Poppy diam dan mengangguk pelan. Dia menoleh kembali ke Vinka dan Aurel seakan minta pembenaran pendapatnya. Sedang Vinka dan Aurel cuma diam, menarik nafas.

“Gue gak yakin kondisi Vale gak sampai seperti itu!” sahut Aurel pelan, “Kita tahu Vale emang cewek yang menarik buat cowok mana pun. Dia bisa bergaul dengan lak-laki jenis apa pun. Tapi dia gak sebodoh itu!”

“Iya sih!” sahut Poppy.

“Kayaknya dia memang lagi ada masalah atau sedang sakit, sehingga perlu perawatan khusus.”

“Tapi kenapa harus kabur dari kita? Sampai HP-nya dimatiin, kayaknya gak mau banget dihubungi.”

“Gue rasa betul,” ujar Vinka. Akhirnya dia buka suara juga, “Blue sedang ada masalah dengan keluarganya, sehingga dia diasingkan atau mengasingkan diri. Dan dia tidak boleh berhubungan dengan siapa pun termasuk kita!”

“Jadi kita hanya menunggu aja?” tanya Lolly.

“Gak! Besok kita datengin langsung ke rumahnya. Kalau memang dia gak di rumah kita tanya Satpam atau pembantunya!”

Mendengar rencana Vinka, ketiga temannya setuju. Mereka akan main ke rumah Vale sepulang sekolah, tanpa ngasih tahu Vale dulu. Karena toh percuma, nomor yang mereka simpan tidak bisa dihubungi.

Mobil si Kembar melaju dengan kencang. Walau sering dipanggil Telmi, telat mikir, tapi ternyata Lolly sangat lihai dalam urusan nyetir. Perasaan kangen dan penasaran yang membuat dia ingin segera sampai ke rumah Vale. Beberapa kali mobilnya zig-zag menyalip kendaraan di depannya. Vinka teriak-teriak kalau Lolly menyalip dari kiri atau bahu jalan.

“Santai dikit, Lolly!” katanya sambil pegangan hand-grip erat-erat. “Kita buru-buru, tapi jangan gila juga ‘kali!” Ketiga temannya hanya tertawa melihat Vinka pucat ketakutan.

Begitu sampai di pintu gerbang rumah Vale, seorang berseragam security sudah mencegat mobil mereka. “Non Vale tidak ada di rumah!” begitu bilangnya. Dengan penuh percaya diri Vinka bilang kalau mereka sudah janjian mau ketemu Vale. Satpam dan pembantu rumah di sini sudah kenal dengan sahabat-sahabat Vale. Apalagi mereka berlima sering kumpul di rumah ini. Jadi dengan santainya mereka bilang ada janjian dengan Vale. Rupanya Satpam itu juga tidak yakin apakah Nona rumah itu ada di dalam atau tidak. Dia langsung membukakan pintu gerbang begitu mendengar tamunya sudah janjian dengan Nona Vale.

Lolly sengaja memarkir mobilnya di depan pintu utama. Mereka langsung nyelonong masuk, begitu pembantu membukakan pintu. Rumah yang sangat besar dengan perabotan yang sangat berkelas, jelas menunjukkan siapa pemiliknya. Ruang utamanya dipenuhi dengan koleksi barang-barang yang lux. Beberapa lukisan klasik berukuran besar terpajang di dinding-dinding tembok. Bahkan di ujung ruang keluarga, mereka menemukan jazucy dan ruang sauna.

Keempatnya langsung menuju ke kamar Vale. Sebuah ruangan yang cozy banget. Kamar Vale berukuran lebih luas dibanding kelas mereka. Kamar itu dipenuhi gambar dan poster khas teenager. Selain menyimpan pernik-pernik perawatan tubuh dan aksesoris yang beraroma girlie, kamar itu juga dilengkapi dengan peralatan fitness di ruang sebelahnya. Dilengkapi juga dengan bath-tub dan ruang sauna di dalamnya. Sebuah penataan yang tidak artisitik, tapi sangat lengkap.

Bi Ijah, seorang pembantu yang sudah tua hanya, hanya terbengong-bengong melihat kelakuan keempat gadis itu. Dia sudah sangat kenal dengan teman-teman juragannya ini. Kalau main ke rumah paling-paling bikin berantakan atau bikin rebut. Bi Ijah tidak banyak berbicara melihat keempatnya keluar masuk di ruang tamu dan ke kamar Nona Vale.

Setelah puas keluar-masuk kamar dan ruangan yang ada di rumah itu mereka berteriak-teriak memanggil, “Vale! Loe jangan ngumpet deh. Please, loe tega amat sih ngerjain kita.”

“Non…!” kata pembantu itu setengah ketakutan.

“Iya, suruh Non Vale keluar!” potong Vinka ke arah wanita setengah baya itu. “Bilangin kita capek main petak umpet, tau!”

“Bukan begitu, maksud bibi, Non Vale sudah beberapa hari gak pulang. Dia lagi berantem sama papinya…” kata pembantu itu menjelaskan. Keempat itu kemudian menanyakan di mana Vale sekarang tinggal. Tapi dia bilang tidak diberi tahu.

"Terus, bibi dipesan apa sama Non Vale?” tanya Aurel mencoba lembut.

“Non Vale cuma pesan…, eh nggak kok, dia nggak pesen apa-apa…” kata bibi ragu-ragu. Tapi keempat anak itu menangkap sesuatu yang tersembunyi.

“Wahh, bibi ini pasti punya informasi penting…” kata Aurel sambil membuka dompetnya, “Kayanya dengan selembar gocapan kita baru dapat info itu.”

Aurel mencoba memperlihatkan uang lima puluh ribu itu ke bibi. Wanita itu tertarik sejenak tetapi kemudian mencoba menghindar.

“Bener, Non, saya nggak tahu apa-apa..”

“Nih, gue tambah goceng!” kata Vinka sambil mengulurkan selembar lima ribuan kepada Aurel.

“Nih buat bibi semua, terima aja! Non Vale nitip pesen apa?”

“Jangan Non, saya takut…”

“EL, loe tambahin kayanya upetinya kurang tuh!” kata Aurel kepada Lolly.

“Okey, nih gue nambah noceng!” kata gadis itu sambil mengulurkan selembar dua ribuan.

“Nih, sudah cukup banyak nih, lima puluh tujuh rebuuu!” kata Vinka, “Kalo gak mau saya mau kasih Satpam di depan, gimana?”

Wanita setengah baya itu nampaknya mulai termakan sama provokasi Vinka.

“Ya sudah, bibi kasih tahu, tapi Non jangan bilang kalau dapat cerita ini dari bibi, ya!” kata bibi sambil mengambil beberapa lembar uang dari Vinka.

“Tenang aja Bi, entar gue bilang ke Vale kalau kita dapat cerita dari setan!” ujar Vinka ketus.

“Jangan dari setan, Non. Nanti dikiranya…”

“Ya udah, gue bilang dapat infonya dari putri bidadari. Bawel amat, sih!” potong Poppy gak sabar, “Cepet bilang Non pesen apa!”

“Iya sebentar Non. Pelan-pelan…!” kata bibi sambil masukin uangnya ke lipatan kain.

“Waduhhh, gimana negara kita bisa bebas korupsi? Orang sampai tingkat pembokat aja mau disuap?”

“Begini Non, beberapa hari yang lalu kan Non Vale berantem sama papinya. Nah. Non Vale terus ngambek. Waktu itu..…!”

“Wah, kelamaan nih Bi! Kalau bisa langsung to the point aja, gimana, Bi?” potong Poppy.

“Apa maksudnya, Non? Bibi gak ngerti, tupoin.. tupoin…? Non Vale gak bilang tupoin.. tupoin, gitu Non!”

“Waduh, Kenyot! Loe tambah bikin lama, deh!” kata Vinka sewot. “Udah jangan dipotong dulu!”

“Iihhh, terserah leo ngomong apa aja deh!” sahut Poppy akhirnya ikut sewot.

Bibi itu mencoba kembali menceritakan masalah Vale. “Begini Non, beberapa hari yang lalu khan Non Vale berantem sama papinya. Nah. Non Vale itu ngambek…! Kemudian…”

Lihat selengkapnya