VALE N' TINO

Yant Kalulu
Chapter #8

THE SKY FULL OF STARS

Dengan mengendarai mobil Lolly, ke-empat gadis itu membuntuti motor Pak Sidhi menuju apartemen Vale. Sampai di sana Vale sedang berbaring di tempat tidurnya. Dia kelihatan sangat pucat dan lebih kurus. Dia hanya tinggal berdua dengan seorang pembantu, Mbak Siti namanya. Menurut Pak Sidhi, dia sengaja mencarikan pembantu untuk menemani Vale di situ. Wanita itulah yang merawat dan membersihkan kamar Vale.

Sengaja Pak Sidhi pulang duluan dan meninggalkan mereka berempat di apartemen supaya mereka lebih leluasa ngobrol. Sepeninggal Pak Sidhi keempat gadis itu menemanin Vale. Awalnya mereka akan menginterogasi sahabatnya dengan pertanyaan yang sudah menggumpal di kepala. Namun begitu melihat kondisi Vale, keempat gadis itu sendiri tidak tega tanya macam-macam ke Vale. Mereka juga sudah mendengar cerita tentang Vale, tentang keluarganya, dan tentang semua dari pembantunya dulu. Jadi mereka berjanji untuk tidak nanya-nanya tentang masalah itu secara detail. Kecuali Vale sendiri yang cerita.

“Gimana keadaan loe Blue? Sudah mendingan?” tanya Aurel sambil duduk di samping bed. Vale tidak menjawab, dia hanya tersenyum.

“Loe cuma tinggal berdua dengan bibi itu?” tanya Poppy juga. Vale mengangguk.

“Papi loe ke mana Vale?” tanya Lolly nggak nyambung.

“Ssst, diam!” bisik Vinka dengan melotot. Lolly pun terdiam, ceming.

“Katanya papi loe nggak pernah pulang, ya?” kini giliran Poppy yang nanya.

“Bego, loe!!” bentak Vinka akhirnya hilang kesabarannya. Kini giliran Poppy yang ceming. Kedua gadis kembar itu pun saling berpandangan.

Vinka mendekati Vale. Dipegangnya tangan temannya itu kemudian disentuh dahinya. Rasanya panas badan Vale. Dia bingung mau ngomong apa. Keempatnya hanya diam, sampai akhirnya Aurel mencoba menghibur Vale dengan bercerita tentang keadaan kelas dan galeri. Vale minta maaf karena ninggalin mereka. Menurutnya dia tidak tega kalau harus melibatkan mereka dalam masalahnya. Dia tidak ingin teman-temannya ikut tertekan dan menjadi sedih karena dirinya. Vale pun akhirnya bercerita, bagaimana papinya punya selingkuhan dengan seorang wanita muda, tentang kelakuan maminya, juga tentang kondisi kakaknya.

“Vale, sesungguhnya kami sudah mendengar semua cerita tentang keluargamu!” potong Vinka. Vale hanya mengangguk. Dia mengaku saat ini merasa sangat sedih dengan kondisi keluarganya itu. Dia merasa hidupnya sudah tidak berguna. Dan dia merasa tidak punya siapa-siapa lagi kini.

“Vale, gua tahu loe sedih karena dikecewakan bokap sama nyokap loe…,” potong Aurel. “Papi loe punya pacar baru terus loe merasa jealous? Mami loe juga punya selingkuhan terus loe merasa ditinggalin? Kemudian kakak loe hidup dengan dunianya sendiri, loe pun merasa sendiri, gitu? Jadi anak loe kerdil banget sih!!”

Mendengar kata-kata Aurel, teman-temannya pada melongo.

“Kalo menurut gue, biarin aja papi loe bajingan. Biarin aja mami loe punya pacar baru sebelas biji. Biarin aja abang loe mati over dosis. So what’s wrong…?? Loe nggak usah pikirin mereka. Peduli setan dengan mereka..!” sambung Aurel meninggi, “Mengapa harus peduli dengan mereka? Loe harus mikirin diri sendiri. Yang penting loe hidup happy. Mereka hidup dengan caranya, loe juga harus hidup dengan cara loe sendiri. C’est la vie. Memang seperti itulah kehidupan, Valerie!! ujar Aurel semakin tinggi.

“Hei Ceking, loe tuh kalau ngomong nggak pakai otak ya!” potong Vinka.

“Sekarang loe pikir, Gee!” kata Aurel lagi sambil memegang pundak Vinka. “Jalan hidup keluarga kita memang sudah berantakan, kalo kemudian kita ikut-ikutan gila kaya mereka, apa nggak tambah kacau hidup kita. Kaya gue, bokap gue sudah kabur waktu gue masih bayi. Mami gue juga nggak tanggung jawab, ninggalin gue begitu aja di rumah nenek gue.” ujar Aurel  pelan. Wajahnya yang semula tampak marah, berubah menjadi sedih. Matanya berkaca-kaca.

“Terus sekarang, dengan melihat kenyataan hidup seperti itu, apakah gue harus peduli sama mereka? Apakah gue harus terus larut dalam kesedihan hanya gara-gara bokap sama nyokap gak merhatiin kita? Kemudian gue sakit, depresi, kemudian mati konyol?” ujar anak itu semakin lirih. “No way! Uhukkk…,” suaranya menjadi semakin hilang tertelan oleh isak tangis. Teman-temannya cuma melongo mendengar suara tertahan Aurel.

Vinka memapah Aurel dan membantunya untuk duduk di sebuah sofa.

“Jalan hidup kita nggak harus tergantung pada orang lain, kan?” lanjutnya dengan suara pelan. “Gue sadar banget, bahwa hidup ini nggak harus sempurna. Gue harus jalani apa pun bentuk kehidupan yang gue dapat. Karena gue tau bahwa kehidupan bahagia yang sempurna itu hanya ada dalam cerita-cerita fiksi, di film-film drama. Keluarga yang bahagia, punya ayah yang baik, punya ibu yang penyanyang, punya pacar pengertian, punya kehidupan yang lengkap…, itu semua hanya ada dalam dongeng. Karena kenyataannya…uhhukkk!” kembali isakan Aurel terdengar. Gadis itu tidak melanjutkan kalimatnya. Suaranya benar-benar menghilang. Kini tangisnya terdengar semakin kencang.

Teman-temannya mendekat dan duduk di sekelilingnya. Mereka memeluk dan menghiburnya. Bahkan Vale ikut menangis, “Loe benar, Aury, bahwa hidup tak harus selalu sempurna!”

“Iya Cee, loe benar!” sahut Lolly menambahkan.

Keempat temannya baru sadar bahwa Aurel, gadis ceking yang selalu mimpi jadi photo-model itu ternyata mempunyai filosofi hidup yang dalam. Gadis berbadan ramping kaya papan penggilesan, ternyata mempunyai teori tentang kebahagiaan yang masuk akal. Ternyata otaknya tidak sekerempeng dadanya. Mungkin karena masalah yang sudah dia rasakan sejak kecil itu membuat Aurel tampak bersikap cuek dan masa bodoh . Tekanan dan masalah hidupnya dia sublimasikan dalam sikap yang cuek dan gayanya dandanan yang modis. Dia memang selalu pas memakai stelan apa saja. Meski dengan aksesoris yang sederhana, tapi tetap kelihatan trendy and cozy. Ditambah, Aurel memang pintar cari perhatian, bahkan kadang-kadang penampilannya terkesan penuh sensasi. Dia tidak peduli dengan komentar teman-temannya. Dengan dandanan dan gonta-ganti model rambut, justru dia menikmati sensasinya itu.

Dia sangat confident pergi ke sekolah dengan dandanan model apapun. Kadang-kadang dia berpenampilan anggun dengan model rambut Swing Hair Style, tak jarang pula dia ke sekolah dengan rambut diacak bergaya Scatter. Bahkan pernah pula rambutnya di-set ala Jappanese Harajuku. Yang paling bikin heboh ketika habis liburan dia masuk dengan kepala botak. Dan tanpa merasa berdosa, besoknya pada hari kedua Aurel sudah tampil dengan kepala ditutup wig blonde. Semua komentar dan ledekan temannya tak digubris. Baginya semua yang dilakukan adalah sah-sah saja.

“Yang penting gue nggak ngerugiin orang kan?” begitu komentarnya cuek.

Tapi setelah pengakuannya sore ini, keempat temannya jadi paham mengapa dia bersikap begitu tak peduli. Nampaknya semua yang dia lakukan hanya untuk menutupi perasaan luka yang telah dia derita bertahun-tahun. Semua sensasinya hanya sebagai pelarian dari kesendirian atas perilaku orang tuanya. Aurel ternyata memang pandai menyembunyikan tekanan batinnya selama ini. Dia cukup pintar menyimpan kesedihannya dengan mengekspresikan pada penampilannya.

Teman-temannya juga baru menyadari arti nama gadis itu : Le Aurelle Kinanti Wangi. Nama yang merupakan kombinasi antara aroma Perancis dan Jawa. Sebuah perpaduan nama yang menunjukkan asal-usul keturunannya. Jadi ternyata selama ini Aurel menyimpan dendam kepada orang tuanya. Entah dia selalu mikirin papanya yang sutradara asal Perancis, atau bisa jadi dia risau dengan keberadaan mamanya yang mantan artis.

Tapi dengan penanampilan dan bentuk badan yang ceking seperti itu, orang kadang-kadang hanya menebak bahwa gadis itu mempunyai masalah dengan nafsu makannya. Atau malah orang mengira kalau dia kecanduan obat-obatan. Aurel memang paling tidak kompromi dengan urusan bentuk dan berat badan.

Untuk menjaga kerampingan bentuk tubuhnya, dia ngakunya vegetarian. Dulu dia memang paling doyan bakso ceker sama yoghurt. Tapi sekarang makanan seperti itu menjadi pantangan yang diharamkannya. Saat ini dia paling demen ngemil keripik bayam atau hobby minum jus jengkol. Pokoknya semua yang tidak berlemak, dan bebas kolestrol .

Pernah pada suatu hari, setelah pulang sekolah dia main ke rumah Vinka. Dia pergi ke dapur dan mencari makanan di freezer, nggak ada apa-apa. Dia cuma menemukan makanan-makanan berkolesterol. Di situ hanya ada daging, nugget, bakso, corned-beef dan semua makanan kegemaran Vinka. Akhirnya dia nekat pergi ke halaman belakang. Katanya mau cari rumput segar. Dengan segenggam rumput, dia makan daun-daun itu pakai saus.

Dia bilang, “Kalau kambing yang makhluk kelas rendah saja bisa bertahan dengan rumput, manusia macam kita pastinya juga mempunyai pertahanan yang lebih baik di perutnya.”    

Dan kini, si gadis cuek itu masih terisak-isak di pelukan teman-temannya. Ketiga anggota geng mencoba menghibur kedua temannya yang saat ini mendapat masalah.

“Vale, Aury, kalian kan tidak sendiri!” ujar Vinka, “Kami akan tetaap menjadi sahabat, pendamping kalian, teman curhat bila ada masalah. Kita bisa saling mengisi kehidupan ini dengan kisah-kisah konyol kita. Harusnya kalian nggak perlu terus meratapi nasib dengan cara bersembunyi.” Vale meraih pundak Vinka, kemudian dia memeluknya. “Thank you!” ujar Vale.

“Vale!” kata Vinka kemudian. Kata-katanya tertahan. Dia ragu mau menyampaikan sesuatu. Vale menatapnya. Akhirnya Vinka melanjutkan kalimatnya, “Lo kan punya sahabat yang hebat seperti  kita, kenapa sih Vale lo lebih suka lari ke bapak-bapak yang jauh lebih tua? Apa lo sudah nggak percaya sama kita? Lo lebih percaya ke Mr. Jawa daripada kita?” tanyanya ketus. Nampaknya dia masih sakit hati dengan fakta bahwa rahasia mereka sudah diketahui Miss Eva dan Mr. Jawa.

“Oh ya, tentang Mr. Jawa...” tiba-tiba Lolly ikut nyeletuk, “sejauh apa hubungan loe dengan Mr. Jawa?”

Vale cuma tersenyum. Ternyata temana-temannya salah paham. Teman-temannya mengira dia punya affair dengan Pak Sidhi. Vale tersenyum memandangi keempat temannya. Akhirnya dia cerita tentang Tino, sepupunya Pak Sidhi.

“Gue ke rumah Mr. Sidhi bukan karena apa-apa. Gue gak pacaran sama Mr Sidhi. Awalnya gue ke rumahnya buat ngerjain ulangan susulan.” Vale bercerita awal komunikasinya dengan Pak Sidhi. Dari urusan sekolah, sampai akhirnya dia dekat dengan keponakannya. “Di sana gue dapat temen yang bisa gue ajak bicara. Kayanya gue merasa nyaman kalo deket sama dia. Anaknya sederhana, jujur, penuh perhatian….!”

“Oh ya? Namanya siapa Vale?”

“Namanya Tino!”

“Gue kira loe jadian and minggat sama Pras, Si Baby Face.”

“Terus, sudah sejauh apa lo dengan keponakan Mr.Jawa?

“Enggak, kita cuma berteman kok!” Vale tersenyum. Ada kegembiraan terpancar dari wajahnya ketika anak itu bercerita tentang Tino. Wajah yanag tadi kelihatan pucat kini sudah nampak berbinar.

“Kalian sudah sering jalan bareng ya?” tanya Aurel. Vale mengangguk. Senyumnya merekah.

“Wuihhh ayik dong!” sahut Lolly.

“Eh kapan-kapan kita ajak main bareng yuk Vale? Sekalian kenalin dong cowok itu ke kita!” kata Poppy

“Atau entar malem kiat ajak dia dugem ke Venus. Mumpung lagi ada  acara bagus di sana!” sahut Aurel

Lihat selengkapnya