VALE N' TINO

Yant Kalulu
Chapter #15

MUSLIHAT

Enam bulan setelah kematian Vale N’ Tino.

Siang yang panas. Gerai fast-food ini cukup sepi. Hanya ada sepasang remaja yang sedang menikmati menunya di pojok sana. Sambil menunggu pesananku, aku keluarkan sebatang rokok mild. Beberapa minggu ini aku mulai terbiasa dengan asap rokok. Batangan-batangan sigaret itulah yang kini menjadi teman menggantikan anggota geng yang sekarang jarang kutemui.

Semenjak kematian Vale dan Tino, kami jadi jarang ketemu. Aurel dan Si Kembar Lolly-Poppy pun jarang berkabar. Kami saling menyapa kalau ketemu di sekolah, selebihnya berkomunikasi hanya untuk hal-hal yang benar-benar penting. Rasanya geng D’Klepto sudah bubar. Kami jalan sendiri-sendiri. Seperti siang ini, aku menikmati makan siangku seorang diri. Seorang waitress datang mengantar pesananku.

Sambil mengaduk mocktail pikiranku melayang, flash-back ke masa-masa indah saat kami masih berlima. Rasanya sedih, sakit, dan kasihan bila mengingat sahabat terbaik kami, Vale dan Tino yang pergi selamanya dengan cara yang mengenaskan. Ketika reels memori itu memenuhi kepalaku, aku kaget dan hampir tersedak. Sepasang remaja yang tadi duduk di pojok itu tiba-tiba sudah berada di bangku sampingku. Kedua remaja itu melepas rambut palsu dan kacamatanya. “Masih suka makan sendiri, Gee?” tanya gadis itu kepadaku. Aku perhatiin gadis itu dan cowok yang duduk di sampingnya.

“Vale...? Tino…?” tanyaku setengah berteriak.

“Sssstttt!” potong gadis itu sambil menaruh telunjuk di bibirnya. Keduanya menggeser duduknya lebih mendekat padaku. “Teruskan makanmu, jangan terlalu menarik perhatian costumer yang lain!”

“Beneran ini Vale sama Tino?” bisikku. Aku masih belum percaya dengan penglihatanku.

“Iya, ini aku!” jawab Vale, “Nih kamu pegang pipi aku!” Tangan Vale meraih telapak tanganku dan menaruhnya di kedua pipinya. Aku usap kedua pipinya. Aku dongakkan dagunya, aku lihat tahi lalat kecil di ujung lehernya. Benar, gadis ini Valerie Widjaya, my bestie yang mati karena kecelakaan setengah setahun yang lalu.

 “Vale, hooww d’you…? Whattt happened...?” ujarku terbata-bata. Tino tertawa kecil melihat aku masih shocked dan tampak kebingungan.

Just relax, Vinka Hadisubrata,” ujar Vale dengan gaya khasnya, “Tarik nafas pelan-pelan, kemudian tahan dua jam, okay!”

“Iiih, kamu masih aja nyebelin ya!” sahutku gemas. Gadis itu hanya tertawa. “Ini seriusan, kalian bukan hantu, kan?”

“Emang loe lihat wajah kami menyeramkan, atau jalannya melayang?” tanya Tino balik bertanya.

“Ya enggak sih.” sahutku, “Jadi, gimana ceritanya sampai kalian sampai mati, terus ngilang beberapa bulan, kemudian tiba-tiba muncul begini?”

 Vale bercerita bagaimana kisah yang sebenarnya. Pada waktu kecelakaan itu sebenarnya mereka dapat menyelamatkan diri. Awalnya, waktu itu bibi cerita kalau Papinya mau nekat membawanya ke Hongkong atau Washington untuk melanjutkan sekolah dan kuliah di sana. Alasannya agar Vale tidak mendapat pengaruh buruk di sekolahnya, dan menyiapkan dirinya untuk meneruskan perusahaannya. Setelah mengetahui niat Papinya, maka dia berniat minggat sejauh-jauhnya dari rumah. Dan kemudian disusunlah rencana pelariannya bersama Tino.

 

--- o0o ---

 

Sore itu Valerie main ke kontrakan Mr. Sidhi untuk menemui Tino. Ada sesuatu yang harus ia sampaikan. Tino baru pulang dari sekolah ketika Vale memarkir mobilnya di bawah pohon rambutan.

“Tee, besok pagi kamu jadi tanding bola?” tanya Vale tanpa basa-basi.

“Iya Vale, ada apa?”

“Emang Tino harus ikut main ya?” gadis itu menjawab dengan sebuah pertanyaan.

Lihat selengkapnya