"Sudah puas?" Tanya Arion dengan senyum penuh kemenangan. Ralissa jengkel melihatnya.
"Aku pulang sekarang. Tolong bilang sama semuanya ya. Bye, kak." Ucap Ralissa terdengar sedikit malas.
"Biar aku mengantarmu sampai gerbang." Ucap Arion sedikit memaksa. Tidak ingin berdebat, Ralissa mengangguk mengiyakan.
Mereka berdua pun berjalan menuju gerbang mansion pack Silvermoon.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ralissa menikmati indahnya pemandangan yang tersaji di sekelilingnya. Rumput yang hijau, pohon berdaun lebat, burung-burung yang berkicau, cahaya matahari yang tidak terlalu terik, serta awan tipis yang menghiasi langit melengkapi keindahan itu.
"Akhirnya, aku bisa merasakan kenikmatan untuk menikmati indahnya pemandangan ini." Seru Ralissa tersenyum lebar.
Ia menghirup nafas panjang dan kembali mengembangkan senyumnya. Ia sangat berterimakasih pada neneknya yang telah membuatkannya ramuan itu. Walau rasanya tidak enak setidaknya itu sangat bermanfaat untuknya.
*
Sementara itu di tempat lain..
Dunia manusia..
Melviano Zachary Edzar, siapa yang tak mengenal laki-laki yang populer di Universitas Ex*** itu. Terkenal karena ketampanan, kepintaran dan sifat dinginnya pada semua orang. Tapi, siapa sangka? Dia adalah seorang demon yang sedang menyamar sebagai manusia. Tidak ada alasan khusus selain mencari matenya. Kata seorang peramal terkenal di dunia immortal (Pantuonius), Melviano akan bertemu dengan matenya di dunia manusia. Dan sejak itulah Melviano berfikir kalau matenya adalah seorang manusia dan sekarang, ia menggunakan kekuatannya untuk menyamar sebagai manusia, tidak akan ada yang tahu kalau dirinya adalah seorang demon, bahkan sesama makhluk immortal sekalipun karena ia adalah Raja para kaum immortal.
Melviano berjalan menuju ke ruang kelas dengan wajah dinginnya. Walau sudah berlaku cuek, ia masih menjadi sasaran perempuan-perempuan di universitas itu. Semua laki-laki iri dan geram dengannya, karena hampir 100% perempuan memperebutkan dirinya bahkan dosen-dosen wanita sekalipun.
Duduk di bangku paling belakang sudah menjadi kebiasaannya sejak mulai kuliah di sana. Jika ada perempuan yang duduk di dekatnya ia tak segan-segan untuk menyuruhnya pergi atau dia yang akan berpindah ke tempat lain bahkan ia tidak akan mengikuti pelajaran yang akan berlangsung hanya karena tidak ingin berbaur dengan orang lain.
"Sampai kapan dia akan bersikap dingin seperti itu?" Bisik Kayla D Sworth pada Shena Flowdish.
Mereka berdua merupakan contoh dari sekian banyak perempuan yang mengincar Melviano.
"Entahlah. Yang pasti, siapapun yang bisa meluluhkan hatinya kelak akan kujadikan teman." Jawab Shena menengok ke belakang.
Kayla mengerutkan dahinya. "Maksudmu, kau akan menjadi PHO?" Simpulnya. Dan..
Plaaakk