Vandana: Tentang Cinta dan Semesta

Nuril Qomariyah
Chapter #2

Distorsi Ruang-Waktu

Ruangan persegi dengan dua buah papan tulis di dua sisi dindingnya. Sisi yang lain jendela yang membuatku dapat langsung menikmati langit biru yang cerah pagi ini. Ruangan kecil ini berada di Laboratorium mekanika, tempat ternyaman untuk kuliah dengan kelasku yang hanya berisikan lima orang saja. Hari ini aku sengaja berangkat lebih awal, karena ingin menikmati soto ayam khas Lamongan yang dijual murah meriah di belakang kampus. Hanya 5000 saja tiap porsi, itupun masih bisa menambah nasi dan juga dapat bonus krupuk dua biji, lumayanbisa hemat sampai nanti makan siang.

Ruangan masih sepi, karena kelas masih dimulai pukul 08.30, sekarang jam ditanganku menunjukkan pukul 08.00. Tiba-tiba seketika ruangan serasa gelap, ada distorsi yang sekaan menarikku pada pusaran dengan energi yang sangat besar.

Ada alunan yang membawakan ketenangan, dan ketika aku membuka mata bukan lagi ruangan persegi kecil dan dua papan tulis didalamnya. Aku sedang berdiri disamping sebuah sungai, sepertinya aku ingat tempat ini. Kondisi ini sering aku alami beberapa bulan terakhir, kenangan-kenangan itu seakan menyeruak memaksa untuk dihidupkan kembali.

Diseberang sana, seorang anak perempuan terlihat sangat bahagia bermain air, sampai kemudian aku terkejut mendengar teriakan "Vandaaa.. Dasar anak nakal, maen terus kerjaannya. Ayoo pulang." ada sosok perempuan yang tepat berdiri disampingku, tapi dia tak menyadari kehadiranku.

Tunggu dulu, aku mengenalnya, wajahnya mirip sekali dengan mama. Tapi tidak dia terlihat jauh lebih muda dan memakai kacamata. "Vaaanndaaaa..." teriakan perempuan tadi lebih keras lagi. Dan suara pintu yang tertutup seketika menyadarkanku, menutup distorsi ruang waktu yang tadi aku masuki, dan ruangan dengan jendela yang mengarah langsung ke langit biru di lantai tiga fakultasku kembali normal seperti semula.

"Kau begadang lagi Ana? Bisa-bisanya tidur lagi pagi ini" Riyan tertawa melihat aku yang kaget mendengarnya menutup pintu laboratorium, seakan-akan baru bangun tidur. Apa benar tadi aku tertidur? Siapa perempuan berkacamata tadi?

"Enggak Yan, aku merem aja kok tadi" aku tertawa menjawab pertanyaan Riyan.

"Eh gaes, hari ini belajar apa?" Ninis yang baru datang langsung mengingatkanku kalau pagi ini kita ada kelas.

Lihat selengkapnya