Empat belas bulan telah berlalu sejak Kartika dan rekan-rekannya bertemu dengan makhluk luar angkasa sungguhan dan kapal induk mereka yang bernama Velrakis.
Para makhluk luar angkasa yang menghuni Kapal Induk Velrakis merupakan sekelompok pengembara alam semesta yang cinta damai. Mereka tidak ingin menjajah ataupun menghancurkan Bumi, seperti yang ditakutkan oleh beberapa orang. Mereka bahkan tidak ingin mengambil sumber daya alam Bumi. Mereka bilang, mereka tidak butuh sumber daya yang dimiliki oleh Bumi, karena mereka dapat memperolehnya di tata surya lain, kalau mereka mau.
Teknologi yang dimiliki oleh penghuni Velrakis sangatlah maju. Mereka dapat melintasi tata surya demi tata surya hanya dalam hitungan hari, jika bukan jam. Mereka bahkan telah melintasi beberapa galaksi! Dengan menggunakan teknologi mereka yang sangat maju, mereka melintasi alam semesta untuk mencari hal-hal baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
Sungguh sulit dipercaya, memang, namun keinginan mereka untuk bertemu umat manusia hanyalah sebatas rasa ingin tahu. Mereka ingin mengenal umat manusia lebih dekat, untuk bertukar ilmu satu sama lain. Tentunya, hal ini disambut baik oleh nyaris seluruh umat manusia, terutama para insinyur dan ahli astrofisika.
Oleh sebab itu, diadakanlah sebuah pertukaran untuk mempelajari satu sama lain. Beberapa manusia akan dikirim untuk mempelajari segala hal tentang Kapal Induk Velrakis, dan sebagai balasannya, beberapa penghuni Velrakis akan dikirim untuk mempelajari segala hal tentang Planet Bumi. Pertukaran ini akan berlangsung selama beberapa tahun; selama itu, Kapal Induk Velrakis akan berhenti di dekat Planet Pluto, kecuali jika ada keadaan darurat yang mengharuskannya untuk pergi ke tata surya lain.
Selama empat bulan pertama sejak Tika dan rekan-rekannya kembali dari Planet Pluto, para pemimpin Bumi berdebat untuk menentukan siapa yang akan terpilih untuk mewakili umat manusia. Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, Jepang, dan negara-negara Afrika saling berebut untuk mengirim perwakilan mereka. Pada akhirnya, voting pun diadakan untuk menentukan negara mana yang dapat mengirim perwakilan mereka, dan Indonesia muncul sebagai pemenangnya. Wajar saja, di abad kedua puluh dua, Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang ahli-ahli luar angkasa terhebat di Bumi.
Setelah itu, anggota kontingensi Bumi pun dipilih, dan Tika sangat terkejut ketika ia ditunjuk sebagai salah satu manusia yang akan dikirim ke Kapal Induk Velrakis. Bukannya apa-apa, namun ia bukanlah seorang diplomat yang dapat mewakili umat manusia. Ia hanya seorang pilot pesawat luar angkasa, yang telah membawa manusia ke batas terluar Tata Surya. Kendati demikian, ia paham mengapa ia ikut ditunjuk.
Sejak kembali dari Planet Pluto, nama Tika menjadi terkenal di media massa, bukan hanya sebagai salah satu manusia pertama yang mencapai batas terluar Tata Surya, namun ia juga salah satu manusia pertama yang melakukan kontak dengan makhluk luar angkasa. Ia bahkan pernah diundang ke Istana Kenegaraan untuk bertemu dengan Presiden Maharlika dan menerima penghargaan Bintang Jasa Utama, serta diwawancarai tentang pengalamannya bertemu dengan makhluk luar angkasa.
Selain Tika, Profesor Arga dan keluarganya pun turut serta dalam misi pertukaran; Tika kenal cukup dekat dengan istri Profesor Arga, Profesor Ratri, serta kedua putra-putri mereka, si kembar Bayu dan Indah. Tika, Indah, dan Bayu bahkan pernah menjadi teman sekelas sewaktu SMA beberapa tahun yang lalu.
Tika dapat mengerti mengapa Profesor Arga dan keluarganya ditunjuk sebagai anggota kontingensi Bumi. Profesor Arga merupakan salah satu ahli astrofisika ternama, sejajar dengan Carl Sagan dan Neil deGrasse Tyson. Putranya, Bayu, merupakan salah satu ahli matematika dan biologi terkemuka di usianya yang masih sangat muda, sedangkan Indah merupakan ahli mesin. Sementara itu, Profesor Ratri merupakan ahli antropologi terkemuka yang namanya telah dikenal di seluruh dunia. Bersama-sama, mereka diharapkan dapat mempelajari Kapal Induk Velrakis, dari sisi teknologi maupun humaniora.
Anggota terakhir dari kontingensi mereka merupakan seorang perwakilan dari Lembaga Antariksa Bumi, Komandan Jonathan. Tika memang tidak cukup kenal dengan Komandan Jonathan, namun ia tahu bahwa sang komandan merupakan seorang astronot terkemuka yang sering turun langsung dalam misi-misi berbahaya seperti Misi Eksplorasi Saturnus dan Misi Eksplorasi Uranus-Neptunus.
Pada hari yang telah ditentukan, mereka dijemput oleh dua anggota Velrakis-Aran, yang merupakan organisasi elit militer yang melindungi Kapal Induk Velrakis. Varka merupakan salah satunya, dan ia ditugasi untuk mengawal Tika dan rekan-rekannya selama berada di dalam Kapal Induk Velrakis.
Tika cukup terkejut ketika ia melihat sosok Varka yang sesungguhnya, tanpa helm berkaca pelindung gelap maupun baju luar angkasanya.
Untuk ukuran makhluk luar angkasa, Varka lebih mirip manusia berkulit biru, dengan bercak-bercak putih menghiasi kulit wajahnya. Ia mengenakan pakaian warna hitam tanpa lengan yang berkesan formal, dengan kerah mewah berhias batu biru gemerlap seperti safir. Rambutnya yang berwarna putih panjang sebahu dikepang dan dililitkan di sekitar lehernya yang jenjang. Di sabuk yang dikenakannya, sebuah pedang menggantung.
Anggota Velrakis-Aran yang lain merupakan seorang pilot bernama Thu’ada, dari kaum Ndalu. Ia bermata empat dan berbulu ungu-kemerahan, dengan empat lengan yang ramping seperti ranting pohon. Surai merah cerah dan panjang menjuntai dari puncak kepalanya. Berbeda dengan Varka, ia membawa dua buah pistol di pinggangnya dan sebuah bros merah delima tersemat di dadanya.