VAY

Zulfara Wirawan
Chapter #10

Kakel Idaman Fay Bukan Ketua Osis yang Itu

Sudah lewat seminggu aku ikut berangkat sekolah lebih pagi seperti yang Niar mau, namun selama beberapa hari dalam seminggu itu, selalu saja aku yang datang paling duluan dibanding Niar dan Pita.

Jadi untuk hari ini, aku lebih memilih untuk santai mengulur waktu. Aku merasa entah mengapa waktu kadang terasa aneh bagiku. Seperti hari ini, aku sudah berusaha mencoba mengulur waktu agar datang tak terlalu cepat, setidaknya Niar sudah di sekolah saat aku tiba, namun sayangnya itu sepertinya takkan pernah terjadi.

Tetap saja, hari ini baru aku yang datang sendiri. Apa yang salah? Mengapa Niar atau Pita belum datang juga? Padahal sepertinya aku sudah banyak membuang-buang waktu untuk leha-leha di rumah, kenapa tetap kepagian?

Oh, iya. Selama menunggu waktu jam kelas dua di siang hari dimulai, aku dan kawan-kawanku; Niar, Atin dan Pita memang menghabiskan waktu di bilik warung Mang Ujang.

Bahkan beberapa hari, seminggu lalu kami sempat membantu Mang Ujang menjadi pelayan dadakan di kantin.

Hal itu juga yang akhirnya membuat Niar bisa puas melihat Yugie yang berkumpul bersama teman-temannya di kantin ketika mereka semua keluar kelas dan beristirahat. Selama seharian itu, Niar pasti akan membicarakan Yugie sampai kita pulang sekolah di sore hari.

Meski saat itu, beberapa kali aku sempat tak sengaja bertemu pandang dengan Kak Yugie yang menyunggingkan senyum kecil seakan menyapaku.

***

Karena kupikir Niar mungkin masih lama dan aku masih kenyang sebab di rumah aku sudah sempat sarapan demi mengulur waktu, hari ini aku berniat akan menunggu Niar di perpustakaan saja, membaca buku demi membunuh waktu agar tidak jenuh.

Di tengah langkah kakiku di koridor untuk menuju Perpus, seketika tasku ditarik seseorang sambil memanggil namaku.

"Fay."

Aku menoleh saat langkahku terpantul sebab tarikan kuat dari orang itu, akhirnya membuatku memutar tubuh.

"Atin?" kataku semringah saat melihatnya.

"Mau ke mana, sih? Buru-buru amat." Atin kini menghampiriku dan kami berjalan beriringan.

"Kok tumben bisa datang jam segini, Tin?" tanyaku semringah melihat Atin akhirnya datang lebih awal daripada biasanya. Selain karena aku senang melihat Atin akhirnya bisa menepati janjinya untuk datang lebih pagi hari ini, aku juga senang karena akhirnya aku ada teman mengobrol, setidaknya aku tidak merasa jenuh untuk menunggu Niar datang seorang diri bermenit-menit lamanya.

Lihat selengkapnya