VAY

Zulfara Wirawan
Chapter #16

Kelompok Tari Untuk Perpisahan Kelas Tiga

"Jadi anak-anak sekalian. Walaupun hari ini terakhir kalian sebagai kelas dua, ingat bukan berarti kalian bisa santai-santai saat liburan panjang. Sebab di kelas tiga nanti kalian justru akan memulai perjalanan yang lebih hebat. Jadi tetap belajar, terutama buat yang nanti rankingnya jelek nih, oke? Kalau gitu, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ibu ucapkan selamat untuk yang berhasil naik kelas dan selamat liburan semuanya."

Waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin aku, Niar dan Atin baru naik ke kelas dua dan bergabung membentuk sebuah genk sampai jadi pembicaraan banyak orang di antar kelas karena kebobrokan tingkah kami. Salah satu kebobrokan kita bertiga adalah sempat melakukan hal konyol yang sering menguntit Kakak kelas tiga. Dan sebentar lagi, justru kami yang akan naik kelas dan menjadi Kakak kelas tiga, dan lagi-lagi harus bersiap dengan kemungkinan terburuknya, yaitu pecah atau acak kelas.

Kami akan kembali memulai tahun ajaran baru dengan teman-teman baru. Yah, walau kami sudah hampir tiga tahun di sekolah ini, tetapi masih banyak teman-teman yang belum terlalu kenal sebab di kelas satu dan kelas dua kami selalu berbeda kelas. Atau bahkan di kelas tiga nanti, kami bisa juga dapat teman-teman lama yang memang sudah pernah berada di satu kelas saat kelas satu dan kelas dua.

Walau sepertinya kami sudah bisa memahami dan menanggapi dengan dewasa jika ada acak kelas, tetapi aku tetap berharap aku bisa pergi sekelas lagi dengan Niar dan Atin di kelas tiga.

Oh, iya. Jika dari kalian banyak yang bertanya-tanya ke mana Pita selama ini? Sebenarnya, sudah lama sekali Pita saat kelas dua absen dari sekolah, alasannya sakit. Tetapi saat ujian, dia harus mengulang banyak sekali mata pelajaran, sehingga dia kemungkinan bisa naik kelas juga.

Aku tidak paham soal itu, pasti ada hak prerogatif guru atas nilai-nilai sekolahnya Pita selama ini.

Dan, tentang pengakuan Yugie waktu itu. Aku tak pernah lagi datang pagi seperti biasa. Sebab aku tak ingin Niar tahu bahwasannya kebodohan yang kita lakukan jadi salah sasaran, sebab dibanding Yugie membalas perasaan Niar seperti harapannya, Yugie malah justru menyukaiku. Nanti dia bisa kecewa, namun soal ini hanya kuceritakan pada Atin. Sebab dia yang paling peka dan lagi-lagi menanyakan, "Lo nyembunyiin sesuatu lagi ya dari kita? Gue tahu banget sikap lo kalau lagi ada yang lo tutupin, Fay. Sudah, deh. Mending lo cerita aja sama gue. Toh, yang kemarin juga aman aja kan? Rahasia lo aman di gue."

Dan memang, sampai detik dan hari ini, sikap Niar tak berubah sedikit pun padaku, itu artinya, Atin telah menepati janjinya untuk tak menceritakan soal perasaan Yugie padaku ke Niar.

Walau saat itu Niar hampir marah sebab aku memutuskan untuk tidak menemaninya di pagi hari, dan sayangnya lagi, hal itu didukung oleh kondisi Umiku yang malamnya masuk rumah sakit. Jadi aku punya alasan pasti mengapa aku tak lagi bisa datang pagi, akhirnya Niar pun mengerti.

Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan perasaan Niar pada Yugie, sebab ketika di sekolah, kami mulai bisa move on membahas topik lain daripada Yugie dan kawan-kawan. Kedua sahabatku itu juga sepertinya sangat paham, jadi kami sekarang lebih banyak membahas bagaimana kondisi Umiku? Apa yang terjadi? Sebab setiap pagi, hari-hariku sebelum masuk sekolah, akan kugunakan untuk menjenguk Umi di rumah sakit.

Dari rumah sakit, barulah aku langsung ke sekolah.

Malamnya, dua hari tepat setelah Yugie mengungkapkan perasaannya padaku, Umi tiba-tiba mengeluh sakit kepala, seorang tetangga membantunya ke rumah sakit. Aku dan Fawza tidak tahu sama sekali apa yang terjadi karena saat itu Aku dan Fawza sudah tidur, sementara Umiku merasa tak tega jika harus membangunkanku dan Fawza.

Ia tak mau membuat anak-anaknya khawatir dan panik. Akhirnya berkat tetangga yang lewat, Umi berhasil ditolong dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dan hasilnya, Umiku harus dirawat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Meski begitu, hari ini Umiku sudah boleh pulang, mereka bilang Umi hanya kecapekan dan harus istirahat selama beberapa hari. Jadi alhasil Umi harus minta izin ke kantor untuk tidak kerja sampai ia pulih.

***

"Kalian sudah siap, kan?" tanya sang operator pada kami di belakang panggung.

Aku dan tim mengangguk. "Ya, sudah."

"Oke. Nanti lampu panggung dimatikan, kalian segera bersiap ya?"

Hari ini, kelompok kami menjadi kelompok tari terpilih untuk memeriahkan pentas di perpisahan kelas tiga.

Akhirnya setelah kurang lebih hampir sebulan kami berlatih menari dengan lima orang anggota, termasuk dua sahabatku juga ikut di dalam tim, Niar dan Atin. Dua orang lagi diisi oleh teman sekelasku yang lainnya.

Tim kami berhasil terpilih sebab menurut guru kesenian kami, gerakan tari kami sungguh variatif dan presisi. Aku yang didapuk sebagai ketua tim tari saat itu memilih lagu punya Agnes Monica yang berjudul Tak Ada Logika. Lagu tersebut memang sedang booming pada zaman itu. Sebab Agnes Monica baru meluncurkan albumnya.

Tentu saja aku akan memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan sebuah eksposur tinggi karena menari dengan lagu yang orang-orang zaman sekarang menyebutnya 'Viral.'

Dan hasilnya sesuai ekspektasiku. Buktinya, kami terpilih menjadi salah satu penampil terbaik di perpisahan kelas tiga.

Selain itu, kami juga mendapatkan antusiasme yang bagus dari penonton. Mereka menyukai tarian kami dan tim kami mendapat tepuk tangan paling riuh ramai, entah dari penonton sebelah mana, pokoknya di antara mereka beberapa membuat siulan nyaring usai kami selesai tampil dan membungkuk bersama sebelum meninggalkan panggung.

Meski banyak beberapa teman-teman seangkatan dari kelas dan kelompok lain iri. Mereka banyak mengatakan kalau grup ini sukses hanya karena cowok-cowok cuma ingin lihat aku bergoyang, dan aku sengaja membuat gerakan yang agak seksi untuk dinikmati mereka.

Mata mereka terkadang menatapku dengan penuh jijik. Tetapi aku tak peduli. Aku melakukan tarian sebab aku suka. Bukan karena aku ingin digoda, jika aku menciptakan sebuah gerakan dan itu disukai banyak orang, itu artinya aku berhasil menampilkan yang terbaik. Hanya saja, orang-orang yang tak terima itu mungkin tak menyukai apa yang mereka lakukan, jadi mereka tidak bersungguh-sungguh menampilkan yang terbaik.

Musik mulai terdengar dan lampu sorot di atas panggung mulai kembali menyala menerangi tim kami yang sudah mulai berpose ketika intro terdengar. Dan kami mulai dengan gerakan santai, hingga ke energik saat lagu sudah sampai di-reff. Menurut guru kesenianku, salah satu alasan tim kami terpilih adalah karena selain tim kami memiliki gerakan tim yang kompak, kami juga memiliki kelebihan untuk memberi spotlight pada setiap anggota tim si bagian-bagian musik dan gerakan tertentu.

Jika kalian kpopers dan sering melihat grup-grup kpop tampil, pasti kalian sangat familiar dengan julukan 'Center.' Kata guru kesenian kami, tim kami berhasil membuat semua anggota menjadi 'center of the group.'

Aku cukup bangga dengan pencapaianku saat itu. Dan kerja kerasku ini tak hanya kulakukan sendiri, kami bekerja sama atas gerakan, formasi dan banyak hal. Terutama Niar yang sangat membantuku menambahkan koreografi agar tim kami bisa menari dengan gerakan yang bagus.

Usai tim kami tampil, akhirnya sampai pada pertengahan acara untuk sekolah menyerahkan beberapa penghargaan kepada murid yang cukup berprestasi secara simbolis.

Rupanya, dari kelas tiga-enam, yang maju sebagai penerima penghargaan adalah Yugie Adhruv. Kami semua bertepuk tangan saat nama Yugie dipanggil dan ketika Yugie menunjukkan plakatnya di atas panggung. Aku melirik pada Niar yang tampak semringah dan berseri-seri. Rupanya ia masih menyimpan perasaan itu pada Yugie. Aku harap, ada keajaiban yang bisa menyatukan Niar dengan Yugie.

Lihat selengkapnya