"Gue enggak habis pikir, bisa-bisanya kalian ketahuan sama kakak kelas cewek pas mau kabur!"
"Yah, maaflah, Gar. Mana tahu kita kalau ada kakak kelas ternyata lihat kita. Iya, enggak Day?"
"Lo juga, Day. Diem aja lo tahu pas ketahuan, bukan diapain kek tuh cewek. Takut lo?" kata Gara sambil mengisap rokoknya. Sementara yang sedang ia ajak bicara barusan adalah Dayyan.
Ia segera melirik tajam Gara dan menjawab omelan Gara. "Gue bukan laki-laki pengecut yang cuma ngeladenin cewek buat gue ajak sparing untuk gue permalukan, apalagi di sekolah. Kalau mau sparing, sekalian aja di ring tinju. Kalau itu pasti gue jabanin," katanya kemudian beranjak. "Lo tahu enggak siapa kakak kelas yang mergokin gue dan anak-anak buah lo ini pas kabur? Mereka itu kakak-kakak kelas yang nolongin si Karmen pas kalian berusaha bikin si Karmen trauma!"
"Terus mau lo apa? Lo mau kita gimana? Diem aja gitu kalau ada cewek-cewek tengil yang sok superior sama anak-anak cowok? Mau jadi banci lo?!" Kini Gara dan Dayyan berhadapan saling bertatap tajam dengan pemikiran mereka masing-masing.
Dayyan kemudian menyeringai di salah satu sudut bibirnya. "Pake ngomongin banci lagi. Inget, ya, Gar. Cuma cewek yang bakalan iri sama keberanian dan pencapaian ke sesama cewek. Lo mau lihat kenyataan? Ya begitu keadaannya. Kalau mau ngalahin cewek, pakai otak, jangan pakai kekerasan, artinya lo sama aja insecure sama harga diri lo sebagai laki-laki." Dayyan kemudian berlalu dari tempat tongkrongan mereka. "Oh, iya. Walau pun lo menganggap gue bagian dari kelompok ini, jangan harap gue mau melakukan hal yang sama kayak temen-temen lo ini ke cewek-cewek di sekolah. Gue bukan banci!"
Gara terdiam di sana setelah sempat bersitegang dengan Dayyan barusan. Membuat seluruh ruangan juga ikut tegang, jadi beberapa teman-teman Gara seperti Adi, Ian, Rangga dan beberapa orang lainnya di tempat itu hanya bisa saling lirik, saling menunduk dan beberapa yang duduknya berdekatan sikut-sikutan.
"Lo aja yang kasih tahu Gara," bisik Adi ke Ian.
Sehingga Gara yang sempat mendengarnya samar-samar menolehkan kepala ke mereka berdua.
"Eh, lo berdua! Kenapa bisik-bisik? Sini!" kata Gara. Sementara Adi dan Ian saling dorong mendorong karena takut Gara memukul mereka. "Cepat! Lama amat lo kayak motor gak punya bensin! Adi, sini lo. Gue lihat tadi lo yang bisik-bisik ke si Ian. Ada apa sih?" Akhirnya Adi memberanikan diri menghampiri dan berdiri di hadapan Gara. "Apa informasi yang lo punya sampai kayak takut banget? Ada hubungannya sama Dayyan?" tanya Gara lagi. Adi kemudian mengangguk meski tampak ragu. "Cepet ngomong. Yang jelas."
"Anu, Gar. Kayaknya, si Dayyan suka sama kakak kelas itu, makanya dia ... ngebiarin cewek itu nyaksiin kita kabur," ujar Adi.
Gara mengernyit. "Dayyan suka sama kakak kelas itu? Dari mana lo tahu?"
Adi kemudian menoleh ke Ian seperti minta bantuan untuk ikut bersuara. "So-soalnya gue sama Ian lihat sendiri. Sudah dua kali si Dayyan selalu bilang kalau dia bakal bikin kakak kelas itu jatuh cinta sama dia."
"Bener, Ian?" tanya Gara dengan ekspresi yang masih sama galaknya seperti tadi.
Kini, Ian mulai memberanikan diri untuk ikut memberi kesaksiannya, ia kemudian melangkah maju mendekati Adi. "I-iya Gar. Kalau enggak salah gue ingat-ingat, yang pertama di kantin pas pertama kali mereka ketemu dan kakak kelas itu hampir ngeributin kita juga. Dan yang kedua kalinya, pas kakak kelas itu mergokin kita cabut."
Gara tampak mengeratkan rahangnya dan bola matanya fokus ke satu arah seperti sedang berpikir. "Sialan. Berani juga tuh cewek," gumamnya. Kemudian Gara mendongak kembali dan kini menatap ke salah satu anak buahnya. "Rangga, lo tahu apa yang harus lo lakuin besok di sekolah," perintahnya.
"Oke, Gar," jawab Rangga dengan senyum lebarnya.
***
"Namanya ... apa sih ya, gue lupa lagi sama yang dibilang si Sugeng, tuh."
"Coba lo inget-inget lagi, Bang," ujar Atin pada Ribut, abangnya.
"Ya sabar. Itu nama kelompok mereka soalnya rada ribet. Pake bahasa Inggris gitu-gitu. Oh! Pro ... Pro apa, ya?"
"Promaag?" selak Atin.
"Itu mah obat lambung!" sahut Ribut lagi menimpali selakan Atin.