VEIL OF LIES

Ao Helmalia
Chapter #2

Chapter 1 : Lunar Eclipse

Suara derap langkah yang terburu-buru memenuhi lorong kantor stasiun Seiran TV.  Seorang wanita muda berusia 24 tahun berjalan terburu-buru, dengan memegang sebuah map berisi lembaran kertas.


"Sora!" Suara laki-laki bersahutan langkah kaki. Seorang pria mengikuti wanita tadi dari belakang, kini mempercepat langkah. "Sora tunggu!"


Pergelangan tangan Sora dicekal sebelum bisa meraih pintu. Wajah mungil berbingkai rambut ikal sebahu itu mendecak kesal. "Apa lagi, Izaki? Aku harus pulang sekarang."


"Jangan berbohong padaku, Sora." Kedua tangan Izaki kini memegangi bahu Sora. Memaksa rekan kerjanya itu untuk diam dan mendengarkan. "Mau kemana kau dengan semua berkas Atsushi Nii-san malam-malam begini?"


Dua bulan yang lalu, Nakajima Atsushi ditemukan bunuh diri di ruangan pribadinya—tepatnya di kantor percetakan Kanzaki. Ia ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala, bersama sepucuk catatan bunuh diri di atas meja. Polisi menutup kasusnya hanya 3 hari setelah kejadian itu terjadi. Kesimpulan satu-satunya yang polisi ungkapkan adalah Atsushi bunuh diri karena terlilit hutang. Dan dengan kematiannya, ia berharap istri dan calon anak pertamanya nanti akan mendapat uang asuransi yang cukup untuk kehidupan mereka kelak.


Izaki adalah adik kandung dari Atsushi, sementara Sora hanya orang asing. Orang asing yang punya hutang budi begitu besar pada Atsushi hingga ia tak bisa tinggal diam saat melihat banyak kejanggalan dari kematian Atsushi.


Dua hari sebelum Atsushi bunuh diri, pria itu mengajak Sora dan Izaki makan malam bersama. Ketiganya makan ramen di sebuah kedai pinggir kota, malam itu Atsushi menyampaikan kabar gembira bahwa ia akan segera menjadi ayah. Raut wajah Atsushi malam itu, Sora tidak percaya jika raut wajah sebahagia itu punya niat bunuh diri hanya 2 hari setelah ia mendeklarasikan diri akan menjadi seorang ayah.


"Aku mendapatkan sesuatu," jelas Sora. Ekspresi wajahnya tampak sangat serius dan yakin. "Aku harus memeriksa kantor Atsushi sekarang. Atau bukti itu akan hilang seperti bukti-bukti yang selama ini aku cari."


Selama dua bulan Sora menghabiskan hidupnya untuk mengungkap kematian Atsushi. ia berjanji pada Sanoko—istri dari Atsushi — bahwa jika ia berhasil membuktikan kasus ini adalah pembunuhan, ia akan memastikan dalang dibalik semua ini akan masuk ke penjara. Agar Atsushi bisa beristirahat dengan tenang.


Tatapan Izaki sarat akan kekhawatiran, ia tahu dua Minggu kebelakang ini Sora terus mendapat ancaman dari seseorang yang tak dikenal. Baik melalui telepon atau sebuah surat yang tiba-tiba ada di depan pintu apartemen Sora. Ancaman itu berisi perintah agar Sora tidak melanjutkan penyelidikan tentang kasus Atsushi lebih dalam lagi, bahwa banyak hal di dunia ini yang sebaiknya tak perlu muncul ke permukaan.


"Aku akan baik-baik saja, Izaki. Aku akan menemui mu di rumah Sanoko Nee-chan 3 jam lagi," ucap Sora kemudian. "Aku janji."


"Biarkan aku mengantarmu," tubuh Sora masih ditahan di depan pintu. "Akan ada badai malam ini, Sora."


Sora menurunkan tangan Izaki dari bahunya. "Justru karena akan ada badai malam ini, kau harus ada di samping Sanoko Nee-chan. Temani dia."


Genggaman Izaki terlepas, bersama dengan pintu kaca terbuka. "Sampai ketemu 3 jam lagi!" Sora berseru sambil agak berlari menuju mobilnya. Meninggalkan Izaki yang mematung di balik pintu kaca.


Pintu mobil ditutup dengan keras, tumpukan kertas disimpan di atas kursi penumpang. Kertas itu berisikan catatan transaksi ke rekening Atsushi, ini aneh, ada begitu banyak dana keluar masuk ke rekening Atsushi tapi dana itu bukan berasal dari kantor tempatnya bekerja. Melainkan dari rekening atas nama 'Hakai-Gumi'


Stir mobil digenggaman erat-erat, Hakai-Gumi adalah salah satu kelompok Yakuza di Tokyo. Selama berhari-hari Sora mengumpulkan informasi dan semua itu mengarah pada satu hal. Atsushi mungkin adalah seorang Yakuza.


Mesin mobil mulai dinyalakan, pikiran Sora tenggelam pada semua kemungkinan yang terjadi. Jika memang Atsushi adalah seorang Yakuza, dan profesi nya sebagai Manager di kantor percetakan Kanzaki hanya topeng... Mungkin Atsushi kehilangan nyawa bukan karena bunuh diri, mengingat betapa kejamnya dunia itu.


🌸🌸🌸


Izumi keluar dari kamar mandi di klub elit milik Kazegami-Kai —salah satu klan Yakuza terbesar di Tokyo — klub yang dikenal dengan nama 'Mugen' ini adalah Klub paling mewah yang dimiliki oleh organisasi Yakuza itu.


Izumi berjalan dengan anggun melewati ruangan demi ruangan VIP yang tak pernah kosong. Sampai tiba-tiba ia melihat dua orang pria berdiri di ujung lorong dengan gerak-gerik yang mencurigakan. Sorot matanya yang dingin menatap kedua orang itu penuh curiga.


"Kapan tepatnya menurutmu si Taoka itu akan bergerak?"


Taoka? Izumi menatap curiga. Apa Taoka yang mereka maksud adalah Taoka-nya? Salah satu petinggi dari Klan Kazegami-Kai?


Sambil menyalakan sebatang rokok, pria yang satunya menjawab dengan nada meremehkan. "Bocah ingusan itu pasti sedang kebakaran jenggot, tak lama lagi dia pasti bergerak."


Mendengar nama Taoka, Izumi penasaran untuk mengikuti. Ia pura-pura menerima telpon, sambil berjalan agak jauh dari dua pria itu. Keduanya masuk ke dalam ruang VIP, pintunya masih terbuka jadi Izumi bisa Sedikit mengintip. Ada beberapa pria dan hostess di sana.


Izumi tanpa pikir panjang langsung masuk ke dalam ruangan. "Mama-san memintaku untuk datang ke ruangan ini," ucapnya.


Semua pria yang ada di ruangan itu bersorak gembira. "Mimpi apa aku semalam kita diberi hadiah dewi cantik seperti ini."


Tanpa penolakan, Izumi langsung dituntun duduk di tengah sofa, diampit dua pria berbadan besar. Dari yang Izumi dengar, orang-orang ini adalah pria-pria yang mencari kesenangan duniawi dan memanfaatkan Kazegami-Kai sebagai supplier mereka. Obrolan terus berlanjut, mulai dari bagaimana bisnis mereka bekerja, 'barang' bagus apa saja yang mereka dapat dari Kazegami-Kai, hingga celetukan terakhir yang membuat Izumi membeku.


"Aku tidak mau berurusan dengan Hakai-Gumi," ucap Sawamura—pria dengan jam tangan emas melingkar di pergelangan tangan kiri— "bisa-bisa aku berakhir seperti Atsushi."


Izumi pernah mendengar soal Atsushi. Pria itu adalah Anggota dari Klan Hakai-Gumi. Dua bulan lalu, Sayu yang merupakan asistennya di Salon Aoba—salah satu tempat pencucian uang klan Kazegami-Kai — terus bercerita soal pria dari Hakai-Gumi yang mati bunuh diri.


"Kurasa itu hanya konflik internal, kau tahu kudenger hubungan antar rekan di Hakai-Gumi tak seperti Kazegami-Kai. Mereka bertikai mempertemukan kekuasaan," sahut Sugai sambil menenggak minuman dari gelas. "Tapi pembunuhan itu kuakui cukup rapi."


Pembunuhan? Bukankah Atsushi mati bunuh diri? Rupanya celotehan Sayu benar, kematian itu terlalu janggal untuk dikatakan sebgai bunuh diri.


"Oi," pria di ujung ruangan sudah mabuk berat. "Kenapa kalian semua meributkan nyawa bajingan itu? Dia pantas mendapatkannya karena mencoba berurusan dengan Taoka. Si bodoh itu tidak tahu betapa liciknya bocah ingusan Murakami itu."


Pikiran Izumi semakin berkecamuk. Semua informasi dadakan ini membuatnya terkejut. Fakta bahwa Atsushi tidak bunuh diri melainkan dibunuh, dan juga ... Apa hubungan semua ini dengan Taoka?


Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, dua orang pria masuk ke dalam ruangan dan mata Izumi sedikit melebar saat melihat salah satu dari pria itu. Itu adalah salah satu anggota dari Klan Hakai-Gumi, ia bisa tahu saat melihat tato di lengan kiri pria tersebut. Sebuah tato dengan lambang Klan Hakai-Gumi.


Pria itu duduk di hadapan Izumi. Namun ketika pandangan mereka bertemu, Izumi bisa merasakan betapa tajam tatapan mata itu.


"Sugai-san," panggil Izumi pada pria di sebelahnya. "Kurasa aku harus ke toilet sebentar." Masih dengan senyuman palsu di wajahnya Izumi berbisik pelan.


"Aku akan segera kembali."


🌸🌸🌸


Malam itu, angin dingin menusuk kulit saat Izumi melangkah keluar dari klub. Kepalanya masih dipenuhi informasi mengejutkan yang baru saja ia dengar-Atsushi tidak bunuh diri, melainkan dibunuh. Hubungan antar anggota Hakai-Gumi pun jauh lebih berantakan daripada yang ia kira. Dan yang paling membuatnya resah-Atsushi berurusan dengan Taoka sebelum kematiannya.


Izumi menggenggam ponselnya erat, ibu jarinya dengan panik menekan nomor Taoka berulang kali. Nada sambung terdengar, tetapi tidak ada jawaban.


Taoka! Angkat teleponku!


Jantungnya berdetak kencang. Ia harus segera bicara dengan Taoka-pria itu pasti tahu sesuatu. Tapi di saat yang sama, sebuah pertanyaan terus menghantuinya.


Apakah semua ini akan membuat Taoka mendapat masalah?


Izumi mempercepat langkah, sepatu haknya berdecit di atas aspal basah. Klub tempatnya keluar bukan tempat biasa, melainkan sebuah bar eksklusif di distrik yang jarang dilewati orang malam-malam begini. Semakin ia berjalan, semakin terasa sepi.


Lalu, tiba-tiba—


Sebuah bayangan bergerak cepat dari gang gelap di sebelah kiri.


Izumi tersentak, tetapi belum sempat bereaksi, dua orang pria lain muncul dari depan, menghalangi jalannya. Ia mundur, hanya untuk menemukan seseorang sudah berdiri di belakangnya.


Jebakan.


"Dengan terburu-buru begitu, kau akan terpeleset, Nona," salah satu pria di depannya berujar santai, nada suaranya mengejek.


Izumi tidak menjawab. Matanya langsung mengamati mereka, mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Ia menilai cepat-tiga pria, tubuh mereka lebih besar dan jelas lebih kuat. Tetapi jika ia bisa mengalihkan perhatian mereka sesaat saja...

Lihat selengkapnya