VEIL OF LIES

Ao Helmalia
Chapter #3

Chapter 2 : Piece of Memory

Sora merasa seperti sedang bermimpi.


Dunia di sekelilingnya samar, bagai fatamorgana yang terus berubah. Ia melihat sesosok wanita berdiri di hadapannya-cantik, tubuhnya semampai, rambut hitam panjang yang tergerai anggun membingkai wajah ovalnya.


Sora tidak mengenal wanita itu. Atau setidaknya, begitulah yang ia pikirkan.


Namun, tiba-tiba...


Ingatannya mengalir seperti air.


Misaki Izumi.


Sora bahkan tidak tahu bagaimana nama itu muncul di kepalanya, tapi ia tahu bahwa itu adalah nama wanita itu.


Ia melihat potongan-potongan kehidupan wanita itu-sebuah kehidupan yang sama sekali asing, namun terasa nyata.


Seorang gadis kecil yang tumbuh dalam dunia yang keras...

Tangan yang berlumuran darah...

Senyuman manis yang menyembunyikan kebohongan...

Suara seorang pria yang memanggil namanya dengan nada dalam dan berkuasa.


Sora hampir hanyut dalam bayangan itu ketika tiba-tiba.


Hening.


Seluruh dunia terasa sunyi.

Tak ada suara, tak ada gerakan.


Lalu, perlahan ... Sora membuka mata.


Langit-langit putih. Aroma antiseptik. Suara detak jam memenuhi ruangan.


Dan kemudian-


"Izumi! Izumi, syukurlah!"


Seseorang memeluknya.


Sora merasa tubuhnya didekap erat oleh seorang gadis yang tampak begitu emosional. Tapi yang lebih aneh adalah sensasi yang ia rasakan-ada sesuatu yang tidak benar.


Tubuhnya terasa... berbeda.


Ia bisa merasakan rambut panjang yang jatuh di bahunya, bisa merasakan kelembutan kulitnya yang bukan miliknya. Ada sesuatu yang asing di dirinya.


Dan ketika gadis itu akhirnya melepaskannya, Sora menatapnya dengan bingung.


"Siapa kau?" tanyanya dengan suara yang terdengar asing di telinganya sendiri.


🌸🌸🌸


Suasana di ruangan itu terasa surreal.


Sora masih berusaha memahami apa yang terjadi. Gadis yang tadi memeluknya kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca, seakan benar-benar mengenalnya. Namun, Sora sama sekali tak mengenal gadis ini.


Tiba-tiba, sekelebat ingatan muncul di kepalanya.


Seperti sebuah film yang berputar dengan cepat.


Nama gadis itu muncul begitu saja dalam benaknya, tanpa ia sadari. Sayu.

Teman dekat dari Masaki Izumi.


Sora terdiam. Nafasnya tertahan. Bagaimana ia bisa tahu itu?


Kepalanya terasa penuh, seperti ada sesuatu yang dipaksakan masuk ke dalam pikirannya. Ia menatap Sayu dengan ekspresi campur aduk antara bingung, takut, dan... sadar.


Kenapa ia tahu nama gadis ini?

Kenapa ia bisa melihat potongan-potongan kehidupan seseorang yang bukan dirinya?


Sesuatu tidak beres.


Kebingungan ini berlangsung cukup lama, hingga matanya secara tak sengaja menangkap pantulan di jendela ruangan.


Samar, Tapi cukup jelas untuk membuatnya merasa ada sesuatu yang salah. Itu bukan wajahnya. Jantungnya berdetak lebih kencang. Tangannya bergetar.


Dengan suara yang hampir tak bisa keluar, Sora menoleh ke Sayu.

"B-Berikan aku cermin." suaranya lirih, tapi memaksa.


Sayu tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya dengan cepat meraih cermin kecil dari meja di samping tempat tidur. Ia menyerahkannya pada Sora.


Sora mengambil cermin dengan tangan gemetar, lalu matanya membelalak.


Wajah yang ia lihat di cermin bukan dirinya.


Itu bukan Aizawa Sora.


Itu Misaki Izumi.


Sora tak bisa bernapas. Darahnya berdesir cepat, tubuhnya seketika membeku. Ia menatap wajah di cermin-mata yang bukan miliknya, bibir yang bukan miliknya, seluruh wajah itu... bukan dirinya.


"Ini tidak mungkin... Ini..." suaranya tercekat.


Tangan Sora melemah. Cermin itu jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping.


Lalu-


Rasa sakit menghantam kepalanya.


Kuat.


Menyerang tanpa ampun.


Ingatan-ingatan itu-mimpi itu-kini membanjiri pikirannya dengan paksa.


Suara-suara asing bergema di kepalanya.

Senyuman yang bukan miliknya.

Tangan yang berlumuran darah.

Sebuah ciuman di bawah cahaya lampu neon.

Desiran bisikan seorang pria yang memanggil namanya-bukan sebagai Sora, tapi sebagai Izumi.


"ARRGH-!!!"


Sora meraung kesakitan, kedua tangannya mencengkeram kepalanya, seolah ingin menahan sesuatu yang masuk dengan paksa ke dalam benaknya.


Sayu terlonjak panik.

"Izumi?! Hei! Ada apa?! IZUMI!!"


Pintu ruangan terbuka.


Seorang dokter masuk bersama beberapa perawat, langsung bergegas ke arah Sora yang kini menggeliat di tempat tidur dengan ekspresi penuh penderitaan.


"Pegangi dia!" perintah dokter.


Para perawat mencoba menahan Sora, sementara ia terus meronta, kesakitan dan ketakutan.


Di sudut ruangan, Sayu berdiri dengan tubuh gemetar.


Air matanya jatuh, melihat sahabatnya meraung tanpa bisa berbuat apa-apa.


🌸🌸🌸


Lihat selengkapnya