Beberapa hari berlalu dengan Sora menjalani aktifitasnya sebagai manajer di Salon Aoba. Meskipun ia berusaha fokus pada pekerjaannya, pikirannya terus dipenuhi oleh ingatan yang muncul malam itu-ingatan tentang Izumi dan Taoka.
Besok, ia akan bertemu dengan Izumi di kafe Yandara seperti minggu lalu. Sora punya begitu banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan, terutama tentang hubungan Izumi dengan Taoka. Namun, sebelum itu, ia harus melewati hari ini lebih dulu. Hari ini adalah hari Rabu, hari di mana Taoka datang ke salon. Dengan segala yang baru ia ketahui, entah kenapa perasaan canggung menyelimutinya.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan salon sudah tutup, menyisakan hanya Sora dan Sayu di dalamnya. Seperti minggu lalu, mereka sedang membereskan beberapa hal di meja resepsionis.
Sora menunggu dengan sedikit gugup. Ia berusaha menata pikirannya, tetapi perasaan itu kian menguat saat mendengar deru mesin mobil berhenti di depan salon. Suara pintu mobil terbuka, lalu derap langkah yang mantap dan teratur.
Taoka telah tiba.
Seperti biasa, pria itu masuk dengan gagah dan penuh wibawa. Langkahnya santai, tapi tak terbantahkan membawa aura dominasi yang membuat ruangan terasa lebih sempit. Ia mengenakan setelan hitam yang rapi, dengan jam tangan mahal melingkar di pergelangan tangannya. Saat ia berjalan mendekat, Sora bisa mencium samar aroma khas dari parfumnya.
Taoka berhenti tepat di depan mereka, matanya menatap lurus ke arah Sora.
"Kudengar beberapa hari yang lalu seorang customer melayangkan komplain atas hasil kerjamu, Izumi."
Suaranya tenang, tapi ada nada tajam yang terselip di sana.
Sora merasa tenggorokannya kering. Ia tahu siapa 'customer' yang dimaksud Taoka-pastilah Izumi yang minggu lalu tiba-tiba datang ke salon.
Ia menundukkan kepala sedikit, memilih untuk meminta maaf. "Maafkan saya, Taoka-san. Itu tidak akan terulang lagi."
Sejujurnya, sejak awal Sora sudah berusaha menghindari kontak mata dengan pria di hadapannya ini. Setiap melihat Taoka, ingatan malam itu kembali berputar di kepalanya-siluet tubuh pria itu, suara Izumi yang memanggil namanya dengan lirih...
Namun, sebelum suasana bisa semakin canggung, langkah lain terdengar memasuki ruangan.
Makoto, tangan kanan Taoka, mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga atasannya.
Taoka melirik ke arah Sora sebelum berbicara.
"Bersiaplah. Tuan Takiya akan sampai ke sini lima menit lagi."
Tubuh Sora langsung menegang.
Tuan Takiya... Takiya Hideo?Pemimpin tertinggi Kazegami-Kai? Untuk apa dia datang ke sini?
🌸🌸🌸
Iring-iringan mobil berhenti di depan Salon Aoba, jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan rombongan Taoka. Mobil-mobil hitam dengan kaca gelap itu berbaris rapi di sepanjang jalan. Beberapa pria berbadan tegap turun terlebih dahulu, memastikan area aman sebelum akhirnya seorang pria berusia sekitar tujuh puluh tahun melangkah keluar dari mobil utama.
Takiya Hideo.
Begitu memasuki salon, semua orang yang berada di resepsionis segera membungkuk hormat. Taoka, Makoto, Sayu, dan juga Sora menundukkan kepala dalam-dalam sebagai bentuk penghormatan tertinggi kepada pemimpin Kazegami-Kai.
Hideo berjalan dengan mantap. Meski usianya tak lagi muda, setiap gerak-geriknya memancarkan wibawa seorang pemimpin yang telah lama berkuasa. Tatapannya tajam, seakan mampu menembus siapa pun yang berani berhadapan dengannya.
Ia berhenti di depan Sora dan mengamatinya dengan seksama.
"Bagaimana keadaanmu, Izumi?" tanyanya dengan suara dalam, namun terdengar tulus.
Sora mengangkat kepalanya sedikit dan tersenyum tipis. "Saya sudah pulih, Takiya-sama. Terima kasih atas perhatiannya."
Hideo mengangguk kecil. "Syukurlah. Aku senang kau bisa kembali bekerja untuk Kazegami-Kai."
Meski nada bicaranya lembut, Sora tahu bahwa di balik kata-kata itu tersirat makna lebih dalam. Dalam dunia mereka, loyalitas adalah segalanya. Fakta bahwa ia kembali bekerja menunjukkan bahwa ia masih berguna bagi organisasi-dan Hideo mengingatkannya akan hal itu.
Setelah berbicara dengan Sora, Hideo mengalihkan pandangannya ke Taoka, seolah hendak membahas sesuatu yang lebih serius. Namun, sebelum ia sempat berbicara, suara benda jatuh terdengar dari dalam ruangan salon.
Brak!
Semua orang refleks menoleh ke arah sumber suara.
Sayu menghela napas dan melangkah ke depan. "Biasanya itu kucing liar yang menerobos masuk," katanya santai. "Saya akan mengeceknya."
Ia pamit dan berjalan menuju sumber suara, meninggalkan ruangan resepsionis. Kini, hanya tersisa Hideo, Taoka, Makoto, dan Sora di ruangan.
Hening sesaat.
Tiba-tiba-
"Aaaaakh!!"
Suara teriakan Sayu terdengar dari dalam!
Sebelum mereka sempat bereaksi, lampu di salon tiba-tiba padam.
Kegelapan menyelimuti ruangan.
Sora langsung merasakan jantungnya berdetak kencang. Apa yang terjadi?!
🌸🌸🌸
Kilatan dari lampu darurat menyinari salon dalam pencahayaan redup, menciptakan bayangan-bayangan panjang di dinding. Suara erangan Sayu terdengar samar di tengah keheningan yang mencekam.
Kemudian-
Dor!
Suara tembakan memecah udara.
Sora menyaksikan dengan mata kepala sendiri saat peluru menembus lengan atas Hideo. Pria tua itu tersentak ke belakang, darah segar langsung membasahi lengan jasnya.
"Takiya-sama sebelah sini!" Sora langsung bereaksi cepat. Ia menarik Hideo untuk bersembunyi di belakang meja resepsionis. Untuk beberapa saat, spot ini cukup aman karena belakang mereka tertutupi tembok.
Di sisi lain, Taoka dan Makoto langsung mencabut senjatanya dan membalas tembakan. Ia tetap dalam posisi bertahan, memperhatikan keadaan sekitar. Beberapa anak buahnya masuk ke dalam ruangan. Serangan baku tembak tak dapat dihindari, dan detik selanjutnya suara ledakan tiba-tiba terdengar dari halaman salon. Bersamaan dengan itu, beberapa orang yang bukan merupakan anggota Kazegami-Kai mulai masuk ke salon.
"Kita tidak bisa terus disini," ucap sora. "Saya akan membawa anda ke ruangan saya, Takiya-sama." Sora menatap sekeliling, jantungnya berdegup kencang. Ia lalu melihat kesempatan saat matanya bertemu Dengan lampu gantung di tengah ruangan.
"Taoka!" Sora memanggil setengah berteriak. Jemarinya menunjuk ke lampu gantung. "Lepaskan tali sambungannya! Aku akan membawa Tuan Takiya ke ruanganku. Aku butuh distraksi!!"