°Terimakasih telah mengajarkanku cara untuk tersenyum, aku hampir saja melupakannya°
Laki–laki itu masih sibuk dengan pemikirannya sendiri membuat gadis bermata hijau safir itu penasaran namun, rasa penasarannya tersebut ia biarkan karena tidak baik jika ingin tahu masalah orang lain.
Gadis bermata hijau safir itu meredam kemarahannya akibat dihina wanita tua tadi dengan memakan permen rasa Peach yang berada didalam saku bajunya, ia juga mengambil permen rasa Apel lalu ia memberikan kepada laki-laki yang berada disampingnya.
Laki-laki itu menerima permen itu dengan senyum tipis dan memakannya. Suasana yang canggung pun mencair. Laki-laki tersebut mulai mengambil nafas panjang lalu ia mulai bertanya dengan gadis disampingnya.
"Jika boleh tahu kemana tujuanmu?,” Tanya laki-laki itu sambil melepaskan satu Earphone yang berada ditelingannya dengan mulut yang masih mengulum permen rasa Apel tetapi, gadis itu tidak menghiraukannya. Membuat laki-laki itu sedikit merasa geram.
“Apa susahnya menjawab pertanyaanku?,” Omel laki-laki itu membuat gadis bermata hijau safir itu mendengus kesal.
Gadis itu sudah duluan menghabiskan permennya dan segera menjawab pertanyaan laki-laki itu dengan tatapan marah.
'Teman barunya ini benar-benar tidak sopan!' Pekiknya dalam hati, ia menatap tajam laki-laki itu.
“Apakah ibumu tidak pernah mengajarkan bahwa dilarang berbicara saat makan?,”Jawab cepat gadis itu membuat laki-laki terdiam.
"Haruskan kamu berbicara dengan nada seperti tidak menyukaiku?,” Balas laki-laki itu dengan nada tenang membuat gadis itu segera mengalihkan pembicaraannya.
“Sepertinya kamu bertingkah bodoh lagi! Bukankah kamu mengetahui bahwa tujuan kita sama,” Jawab gadis itu datar tanpa ekspresi.
“Hahaha... aku baru menyadarinya,” Ucap laki-laki itu mencoba kembali mencairkan suasana. Laki-laki itu mendengus kesal pada sikap dingin dan cuek gadis bermata hijau safir disebelahnya.
“Apakah hatimu terbuat dari es batu. kamu tidak lelah menganggap semua hal itu serius. Sepertinya suasana hatimu buruk?,” Ucap laki-laki itu seperti memaparkan hipotesisnya membuat gadis itu dengan refleks memukul bahunya.
“Aku sudah bilang jangan menyimpulkan sesuatu seperti kamu tahu segala hal, itu menyebalkan!,”Hardik gadis itu, membuat laki-laki di sampingnya tertawa terbahak-bahak, padahal tidak ada yang lucu.
“Aku lelah menganggumu. Mengapa kamu susah sekali mengendalikan emosimu. Coba kamu dengarkan lagu klasik seperti Beethoven misalnya atau lagu Arasemen Chopin Mungkin, aku senang mendengar Chopin - Nocturne op.9 No.2 ” jelas laki-laki itu membuat gadis bermata hijau safir itu hanya mengangguk seadanya.
“Sepertinya percuma kamu menjelaskannya kepadaku karena, aku tidak terlalu menyukai musik klasik. Aku lebih suka jazz atau Rock Alternative,” Jelas gadis bermata hijau safir itu membuat laki-laki di sampingnya kesal setengah mati dengan sikapnya.
“Bagaimana jika kamu bersikap dengan manis seperti aku?,” Tanya laki-laki itu hanya diangguki dengan pelan oleh gadis bermata hijau safir itu bahkan ia tidak menjawab sama sekali. Membuat laki-laki itu mulai paham dengan sifat introvert gadis itu.
“Jika boleh tau kamu murid baru?,” Tanya laki-laki itu dengan wajah yang sulit gadis itu artikan. Gadis itu hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Laki-laki itu terlihat memasang earphonenya kembali dan melirik jam sekilas lalu beranjak pergi mengambil sepedanya.
“Baiklah, aku akan mengantarmu mungkin kamu tidak tahu dimana letak sekolahmu sendiri, ayo cepat naik,” Ucap laki-laki itu menoleh sekilas membuat gadis bermata hijau safir itu kembali mengangguk.
“Makasih,” Ucap gadis itu dengan kaku, sebenarnya merasa sangat tidak nyaman jika harus menerima bantuan dari orang lain yang tidak ia kenali. Selama ini, ia tidak pernah mendapatkan bantuan dari orang lain.
“Santai saja, sudah siap ayo kita jalan” Ucap laki-laki itu sambil mulai mengayuh pedal sepedanya. Entah gadis itu merasa hatinya menghangat, laki-laki yang baru ia kenal ini memiliki senyum manis dan lesung pipit yang menawan.
Gadis itu semakin merapatkan diri dan melingkarkan tanganya di pinggang laki-laki itu tanpa diminta. Bukan bersikap lancang, tetapi ia tidak pernah di gonceng menaiki sepeda sebelummnya. Laki-laki itu terkekeh kecil, gadis itu tersentak kaget mendengar kekehannya.
”Jika boleh tahu nama kamu siapa?,” Suaranya yang lembut dan menenangkan.
Gadis itu tersenyum kecil “Namaku karamel. Karamel Amoura Divana, ” Ucap gadis yang bermata hijau safir itu, ternyata laki-laki yang memboncengnya ini sangat baik kepadanya walau sedikit menyebalkan. Tapi sikap menyebalkan laki-laki ini membuat Karamel tersenyum kecil, jadi seperti ini rasanya berteman dengan seseorang.
Ia tidak pernah keluar rumah untuk sekedar bermain, papanya selalu menjaganya sehingga papanya harus membayar mahal untuk home Schooling yang ia lakukan selama 16 tahun. Karena kepergiaan ayahnya membuat karamel fustasi sehingga ia sering melakukan terapi mental dan psikiater menyuruh untuk berteman dengan banyak orang untuk membantu mnghilangkan depresinya.