Terik matahari menelusup celah serat kaus yang kupakai terasa menyengit. Dua orang menggiring membawa paksa aku ketika kedua tanganku diikat. Beberapa meter di hadapanku aku bisa mengenal daerah yang kami masuki, kembali ke pemukiman. Mereka memasukkanku ke sebuah tempat yang berjeruji kayu. Sebentar saja aku di sana, mereka kemudian memasukkan Yudhi, Herlan dan Lili bersama aku di jeruji itu.
“Gimana keadaan kalian?” tanyaku.
Lili hanya diam tidak menjawab apapun walau aku tahu dia mendengarnya. Herlan tidak menjawab, raut wajahnya tampak kesal. Tidak ada pertanyaan yang tersisa lagi, hanya penasaran tentang apa yang sedang terjadi. Seketika aku tersadar, saat salah seorang dari kami tidak di sini.
“Sujan di mana?” tanyaku heran.
Herlan melihat ke arahku. “Tadi dia di belakang samamu, Ning!” ujarnya.
“Aku baru inget, Sujan sepertinya kabur duluan sebelum aku sadar ada orang asing di belakang kami,” ucapku sambil mendesah. “Semoga dia gak ketangkap seperti kita!.”
Sesekali Yudi melirik ke arah Lili, namun Lili sama sekali tidak melirik atau menoleh ke arah Yudhi. Aku ingin sekali bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi dari ekspresi wajah mereka aku sangat takut malah melukai perasaan Lili. Diam adalah pilihan terbaik.
“Li, kamu gak mau ngomong apa-apa?” tiba tiba Yudi angkat bicara menoleh ke arah Lili
Lili malah buang muka dan tidak membalas pandangan Yudi, “ Gak usah ge-er kamu!” ucap lili
“Trus kenapa kamu tadi?” tanya Yudhi.
“Gak ada pilihan lain!” balas Lili.
“Pilihan apa? Emang kamu tahu tadi ngapain?” sahut Yudi.
“Gak usah nyolot ya!”
“Loh trus kenapa kamu nyium aku di depan banyak orang? Padahal kamu gak tau apa-apa,” ketus Yudi.
“Heh, memangnya lo mau di sini seumur idup lo!” ujar Lili. “Udah deh, emosi gue blum stabil, ditambah nyium lo makin hancur emosi gue!”
“Jadi kamu pikir aku gak sedih? Ini termasuk pelecehan tau!” ucap Yudi dengan mengangkat sebelah alisnya.
“Iyuh, siapa yang lecehin lo, aku geli tahu sebenarnya tapi ya udahlah!” balas Lili. Memutar bola matanya ke atas dan ke bawah.
“Ya makanya jelasin, atau kamu memang mau ambil kesempatan dalam kesempitan!” tanya Yudi penasaran.
Aku yang melihat pertikaian mereka tertawa kecil dan tersenyum sendiri seperti ada pelaku dan korban yang sedang negosiasi.
“Idih! Plis deh gak usah menghayal!” ucap Lili. Menarik napas. “ Sebenarnya gue belum mood jelasinnya! Tapi karena si mata empat ini nyolot, gue nyerah!”
Kami mulai mengarahkan perhatian pada Lili.
“Yud, lo itu mirip sama raja mereka!”
Diam sejenak.