VENTO GEHEIM

Oky Rizkiana S
Chapter #10

Di mana Yudhi?

Ketika kembali dari hutan, aku teringat akan kejadian sebelas tahun yang lalu, alur sebenarnya masih menjadi teka-teki hingga sekarang. Ditambah lagi, hari ini aku mendengar kabar bahwa Yudi sudah tidak kelihatan selama lima hari. Tidak biasanya, walau memang ini bukan pertama kalinya Yudi menghilang untuk beberapa hari, tapi sebelumnya kami masih bisa melacak lokasinya. Dari lokasi terakhir, Yudi berada di perusahaan IKAPEL. Yudhi memulai misinya saat aku sedang cuti dan ikut kegiatan relawan.

Minggu ini, sebenarnya aku berniat mengantarkan surat pengunduran diriku kepada om Hendrajat. Namun berapa keanehan mulai terjadi di agensi, setelah 16 tahun berdiri, agensi mulai teguncang oleh berbagai masalah dan polemik inter perusahaan, membuatku memikirkan kembali niatku. Saat ini, aku sedang melakukan perjalanan menuju Head Quarters (Kantor Pusat) agensi di pegunungan selatan Jawa Barat untuk mastikan sesuatu kepada Om Hendrajat dan melihat langsung perkembangan informasi Yudhi.

Perjalanan yang kutempuh kurang lebih dua jam melalui kereta disambung naik bus ke halte. Menggunakan kereta dari Jakarta ke Stasiun Bogor, dan butuh menaiki bus lagi ke Terminal Cipanas. Disambung lagi naik ojek ke arah pegunungan Gede. Orang-orang di kereta mulai begitu sibuk dengan membahas tentang keluaran terbaru HP samsung, yaitu Samsung J prime. Beberapa brosur Smartphone terbaru dari berbagai merek juga kerap berserakan di jalanan. Dunia yang kujalani saat ini mulai terasa bergerak cepat, sekembalinya aku dari daerah pinggiran ke rutinitas awal tak kusangka perubahannya sebesar ini. Bahkan informasi yang kami dapatkan saat ini lebih instan tanpa harus menunggu kurir menyampaikan pesan.

Sudut-sudut dan jalan-jalan kota dipenuhi billboard iklan produk teknologi seperti komputer, smartphone, earphone yang menarik, sejenak mengalihkan perhatianku, takjub dengan perubahan yang secepat ini. Sementara aku yang masih menggunakan Nokia X2, handphone ini setahun yang lalu masih eksis dan banyak digunakan orang, kini berganti ke smartphone layar sentuh. Sebagai seorang agen kami tidak terlalu membutuhkan kecanggihan suatu alat komunikasi karena sejauh ini yang terpenting adalah kerahasiaan informasi dan keamanan data.

Dari terminal menuju daerah pemukinan gunung Gede aku melaju menggunakan ojek yang mangkir di depan, waktu yang ditempuh sekitar 20 menit.

Tepat di depan sebuah lorong langkahku terhenti, melirik ke arah sekitar memastikan tidak ada yang mengikuti sebelum memasuki lorong itu, kira-kira dua ratus meter ke depan aku berjalan menuju sebuah kamar mandi umum yang tidak digunakan lagi. Di dalam kamar mandi itu ada sebuah cermin. Di balik cermin yang menempel di dinding, aku menekan tombol dan beberapa tombol perintah.

“Bip bip bip..” bunyi tombol saat ditekan.

“Klik.” Pintu terbuka.

Pintu yang ku lewati adalah pintu belakang HQ, aku memilihnya agar tidak terlalu mencuri perhatian yang lain. Saat berjalan melewati ruangan information process, aku melihat Tedjo tengah berbicara dengan seorang pegawai sembari mengoperasikan komputernya. 

“Ning?” panggil Tedjo sambil berjalan ke arahku saat menyadari kehadiranku.

“Hei, gimana sejauh ini? tanyaku.

Dia mengangkat sebelah alisnya. Tersenyum sinis. Ya, gitudeh, Ning!”

Tedjo mendekat ke arahku sambil melihat sekitar kami. “Kamu sudah tahu?” tanya Tedjo dengan suara pelan.

“Apa?” sahutku heran.

Dia kemudian berjalan sambil memberikan kode untuk mengikutinya, aku mengikutinya dari belakang. Memasuki ruangan Tedjo dan dia mengenakan masker mulut, sambil duduk di sofa yang ada di ruangan itu. 

“Herlan hilang!” ucap Tedjo.

“Kabur?” sahutku. Dengan bibir sedikit terbuka tanpa pelafaran aku berbicara dengan tertahan.

“Kamu gak tahu? Sepertinya ada penghianatan, Ning!” ucap Tedjo. “Tapi ada yang menutupi kasusnya! Kami tidak bisa melacak posisinya dan bos juga seperti tidak khawatir.”

“Kamu tahu dari mana?” tanyaku.

“Dua minggu sebelumnya, tepat setelah kamu pergi, Herlan juga hilang kontak, tapi saat itu misinya sudah dinyatakan selesai. Tidak ada juga komplain dari perusahaan yang menggunakan jasa kita”

“Trus?” tanyaku.

“Aku juga masih belum yakin!” balas Tedjo. Mendekat ke arahku. “Direktur tempat perusahaannya melakukan misi, meninggal tiga hari yang lalu!”

Sontak mataku terbelalak mendengar info Tedjo. 

“Kamu ngerti kan, Ning?” tanya Tedjo. Melangkah keluar ruangan yang tadinya tertutup sekarang terbuka ketika Tedjo meninggalkan ruangannya dan informasi yang mengagetkanku. Sebelum Tedjo melangkah jauh, aku menyusulnya.

“Djo?” panggilku.

Lihat selengkapnya