Ditinggalkan dan meninggalkan adalah dua hal yang tidak sama, tapi kudapati keduanya hampir selalu memilukan. Perihal ditinggalkan, saat kecil, ayah pergi dan tidak kembali, perihal meninggalkan, aku meninggalkan diriku dalam banyak pertanyaan yang tak bisa kutanyakan, pertanyaan dalam diriku seperti ingin kututurkan pada orang, tapi entah mengapa justru diam yang membuatku hening.
Hari ini, ibu dan aku akan menghadiri acara wisuda Cindy. Sejak pagi kami sudah hadir di aula kampus, namun belum bertemu dengannya sedari tadi. Acara hampir mulai dan kami masih berdiri menunggu di pintu masuk, sedangkan mahasiswa/mahasiswi memakai jubah dan toga wisuda berdatangan meramaikan aula hari itu.
“Drrt drtt drrt,” getar hp dari tas tanganku.
Karena sibuk memperhatikan orang yang berlalu lalang, aku hampir lupa harusnya menghubungi Cindy. HP ku masih bergetar sesaat aku ingin mengangkat panggilan masuk, tapi panggilan tiba-tiba dimatikan. Karena tidak tahu siapa dan kami belum bertemu Cindy, akhirnya melalui pencarian kontak kuklik tombol panggil di ponselku.
"Bip bip bip," bunyi panggilannya keluar.
Beberapa waktu panggilan tidak diterima, akhirnya kami memutuskan duduk menunggu di dekat pintu masuk. Aku mencoba memanggil lagi tapi tidak ada respon sama sekali. Kulihat panggilan yang tak terjawab, ada nomor baru.
“Ning?” sahut ibu. Menepuk nepuk lenganku pelan, menunjukkan sesuatu ke arah depan gerbang.
Cindy akhirnya datang dengan jubah dan toga di kepalanya, serta makeup yang memoles wajah mungil adikku memercantik penampilannya.
“Ibu?” ucap Cindy. Membuka tangannya untuk memeluk ibu.
Memasuki aula.
Suara riuh menjadi tenang saat MC memulai membaca prakata khas tanda acara sudah dimulai.
"Drrt drrt drrt," getar ponsel. Terasa bergetar di atas paha.
Tak memungkinkan untuk dijawab aku akhirnya mengubah nada dering menjadi bisukan. Panggilan tak terjawab dengan nomor yang sama menjadi 2 kali, tidak ingin terganngu dengan panggilan yang nomornya tidak tahu aku akhirnya memastikan nada deringnya sudah berubah menjadi bisu, dan memasukkannya kembali ke dalam tas.
Suasana haru dan bahagia mengisi aula wisuda, mata berkaca-kaca dan bangga bisa menyelesaikan studi dan mendapat gelar, seperti terbayar sudah perjuangan selama ini. Kurasakan perasaan bahagia adikku Cindy saat rektor memindahkan tali toga dari kiri ke kanan dan berfoto dengan beliau. Ibu yang diam-diam mulai berkaca-kaca sesaat nama Cindy dipanggil untuk secara resmi lulus menjadi Sarjana Ekonomi. Acara wisuda tidak berlangsung lama, setelah satu persatu peserta di panggil, acara ditutup dengan wejangan dari Rektor khususnya bagi para wisudawan dan wisudawati.
Ibu dan aku keluar lebih dulu dari aula karena suhu yang cukup panas membuat gerah, tak lama setelah itu, acara resmi ditutup. Sementara kami masih menunggu Cindy untuk berfoto-foto dengan teman-temannya sebagai kenangan di hari spesial ini. Sebelum kami melanjut ke studio untuk berfoto bersama, namun masih menunggu Raka pulang kantor dulu.
Tak ada kegiatan yang berarti ku cek lagi ponselku sembari duduk bersama ibu di kantin dekat aula. Ada simbol telepon berwarna merah terlihat di layar depan ponselku, setelah ku cek ternyata nomor dengan buntut 098 yang sama kembali menelepon.
“Siapa sih?” ucapku bergumam.
Kulihat histori panggilannya dan rincian waktu ketika menelepon, karena penasaran aku akhirnya menelepon kembali nomor tersebut.