Setelah kembali dari sesi interview. Herton dan aku disibukkan dengan aktivitas kami masing-masing. Seharian aku berkutat di depan komputer, mencari informasi tentang IKAPEL dan anak perusahaanya. Herton juga tengah asik mengerjakan pekerjaannya di depan komputer.
“Drrt drrt,” getar ponsel.
“Halo?” sahutku lembut. Seolah sudah tau siapa yang tengah menghubungi walau nomor yang masuk belum tersimpan.
“Halo, dengan Ibu Sasha Thalina?” suara lembut wanita menyahut.
“Iya. benar, Bu,” sahutku.
“Baik, selamat Ibu Sasha, Anda dinyatakan lolos diterima di perusahaan JAPELshine!”.
Ketika mendengar kata selamat, aku menggigit bibirku karena menahan rasa bahagia.
“Baik, Ibu. Terima kasih!” sahutku sesaat sebelum panggilan diakhiri.
Aku menghela napas panjang lalu membuangnya dengan bersuara keras. “Hah!” desah kerasku.
Herton menoleh melihat tingkahku.
“Eh, lo kenapa?” tanya Herton penasaran.
“Ton, masih ada harapan buat nemuin Yudi!” tambahku lagi. “Aku diterima! Di salah satu anak perusahaan Ikapel!”
“Hmm, terus rencana lo gimana?” tanya Herton dengan sebelah alisnya yang terangkat.
“Nah, itu dia gue masih bingung, Ton. Gimana caranya, tapi aku lagi cari info biar bisa masuk ke perusahan target!” tanyaku pada Herton.
Kami berdua mencoba mencari informasi agar sesegera mungkin bisa masuk ke kantor IKAPEL dan menemukan Yudhi. Perusahaan IKAPEL adalah posisi terakhir kali GPS Yudhi aktif.
***
Hari ini adalah hari ke sembilan bekerja sebagai Marketing Officer di JAPELshine. Pekerjaanku lebih banyak melakukan penawaran melalui telepon, email, dan melalui sosial media. Sangat jarang melakukan penawaran secara langsung, dan rutinitas ini seperti memperlambat rencanaku.
Menghela napas panjang. Pekerjaan yang setiap hari punya target semakin menguji kesabaranku. Malam ini, aku diajak lembur oleh timku untuk membahas strategi marketing kami yang tidak capai target harian.
“Sasha?” panggil seseorang.