Aku tidak pernah lupa saat kita bersama menghadapi kekesalan dan kesenangan. Yang semua emosi bercampur, kadang senang, sakit sepertinya tidak masalah saat kita bersama. Tapi tidak ada yang sesakit ketika kita benar-benar tidak ingin mengenal satu sama lain lagi.
Dunia spionase mengajarkanku keahlian penyamaran dan berpura-pura, orang yang ku kenal bisa menjadi asing agar misi berjalan lancar. Ketika bertemu dengan agen yang kukenal, kami melakukan kontak dengan lebih personal dengan menggunakan kode. Namun, saat berpapasan dengan Yudhi sangat terasa asing dan semua yang sudah kupelajari sepertinya menghancurkan perasaanku. Di sisi lain, aku bahagia Yudhi aman, dan itu memang tujuanku memastikan kalau Yudhi baik-baik saja.
Aku menemui Yudhi diatas gedung. Aku belum percaya, kalau orang yang selama ini kami cari-cari ada di depanku dan dia baik baik saja. Aku mendekat merangkul Yudhi yang sudah sangat kurindukan.
“Yud!” ucapku.
Yudhi diam saja tidak ada rangkulan balik.
Aku yang menyadarinya melepas rangkulan menarik diriku selangkah ke belakang. Yudhi masih diam dan tidak bicara. “Kamu baik-baik aja kan, Yud?” memegang kedua lengan Yudhi.
Dia mengangguk.
“Yud?” tanyaku. “Yud, kenapa lo gak ada update misi?” mengintimidasi. “Sebenarnya apa yang terjadi di IKAPEL ini! Aku merasa ada yang gak beres, Yud!"
Yudhi hanya diam.
“Jelasin Yud, please!” paksaku.
“Semua baik-baik aja” Yudhi dengan ekspresi datarnya.
“Apa?” tanyaku, tidak percaya.
“Ning, kamu berhenti aja, jangan ikut campur terlalu jauh lagi!” Yudhi memperingati.
“Hah?” sahutku. “Lo kenapa Yud?”
“Supaya lo aman!” ujar Yudhi dengan melotot.
“Aman? kita gak pernah dengar kata aman sejak jadi agen,” ketusku.
Yudhi diam.
“Kita pergi dari sini oke?” pintaku.
Dia menggeleng kepala.
“Gue mau brenti, Ning! Jadi agen!” tambahnya lagi. “Gue cuman pengen hidup tenang!”